Mohon tunggu...
Dzakiyah Fikra
Dzakiyah Fikra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Guru

خير الناس أنفعهم للناس

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Buku Catatan Ustadzah Adzani

3 Februari 2021   23:06 Diperbarui: 3 Februari 2021   23:19 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4 April 2021

Waktu bergulir begitu cepat bak pelari maraton yang telah mendekati garis finis.  Menerjang semua kenangan yang telah terukir selama satu tahun ke belakang. 

Kini Adzani telah sampai di titik akhir cerita. Ia menghela nafas panjang, lalu melanjutkan langkahnya perlahan menyusuri anak tangga. Dengan seragam biru khas guru Pondok tempatnya mengabdikan diri dan sepatu pantofel yang menambah indah penampilannya seakan menjadi pembungkus hatinya yang kala itu sedang sedih. Hari ini adalah hari perpisahannya dengan anak-anak didiknya kelas 1N.

Dari awal ia telah merasakan bahwa perpisahan nanti akan sangat menyedihkan. Bagaimana tidak, telah banyak hal yang ia lalui bersama-sama dengan anak didiknya. 

Bagi anak didiknya, ia bukan hanya seorang wali kelas, tapi juga kakak, teman dan terkadang bak seorang ibu yang sangat sayang kepada anaknya. Banyak pengalaman yang ia dapatkan selama menjadi wali kelas. 

Ia belajar sabar di kala mendengar beberapa anak didiknya ada yang nakal, melanggar peraturan dan mendapat hukuman. Ia belajar menjadi pendengar yang baik ketika ada anak didiknya yang menceritakan kesedihannya karena merasa tidak punya teman, susah hafalan dan lain sebagainya. Ia belajar menjadi kreatif ketika melihat kelas yang biasa-biasa saja, lantas ia pun mengajak mereka menghias kelas, membuat jadwal pelajaran, jadwal piket, struktur kelas dan menggantung foto-foto bersama mereka. 

Ia juga belajar bak psikolog yang mencoba mendalami karakter anak didiknya yang berjumlah 33 orang dengan sifat yang berbeda-beda. Ada yang pendiam karena jarang diajak berkomunikasi oleh orang tuanya, ada juga yang ternyata selalu diikuti oleh makhluk halus karena keturunan, ada yang hafidzah Qur'an, ada yang memiliki penyakit paru-paru basah dan masih banyak lagi.

Kini dirinya telah berada tepat di depan pintu, di atasnya tergantung papan nama kelas berwarna hijau bertuliskan "Kelas 1N". Dari dalam kelas terlihat wajah-wajah yang sedari tadi menunggu dirinya. Ia pun melangkah masuk.

"Ahlan wa sahlan Yaa Ustadzatii" ucap mereka dengan lantang dan penuh semangat.

Adzani tidak bisa menyembunyikan senyumnya, setiap kali bertemu dengan anak-anak didiknya, segala masalah bak luntur karena kehadiran mereka. Adzani mempersilakan mereka duduk kembali. Dari raut wajah mereka, tidak nampak kesedihan. Sepertinya mereka tidak merasakan seperti apa yang Adzani rasakan. Ia berdiri di tengah-tengah 33 wajah yang menatap dirinya, ia diam sejenak sembari memperhatikan wajah anak-anak didiknya satu persatu.

"Alhamdulillah, besok sudah liburan akhir tahun, bagaimana? Semuanya senang kan?" Adzani memulai pembicaraan.

"senang Ustadzah..." ujar mereka serempak.

"Bagaimana kemarin ujiannya?"

 "Ada yang susah Ustadzah" salah satu siswi bernama Putri menjawab.

 "Ana bisa Ustadzah, tapi beberapa ada yang lupa juga"

 "Matematikanya susah Ustadzah" sambung beberapa siswi lainnya. hingga beberapa menit mereka ribut menjawab pertanyaan yang baru saja Adzani lontarkan.

 "Oh iya... hari ini Ustadzah akan membagikan Rapor Mental Kalian yang akan kalian bawa pulang ke rumah nanti. Namun sebelum itu Ustadzah akan membagikan sebuah kertas, tuliskan di atasnya kesan-kesan kalian selama di kelas 1H atau apapun yang ingin kalian tulis. Yang sudah, silakan kumpulkan" perintah Adzani kepada anak didiknya.

"Na'am Ustadzah" jawab mereka serempak.

Adzani membagikan kertas, dan mereka pun mulai menuliskan kata-kata di atasnya. Beberapa menit kemudian satu demi satu kertas pun terkumpulkan.

"Baik, sekarang Ustadzah akan membagikan Rapor Mental kalian, dilihat nilai dan prestasinya... tahun yang akan datang harus lebih baik dari tahun ini" ucap Adzani sembari membagikan Rapor Mental satu persatu.

 "Ana ada yang dapat s"

"Ana nilai muhadatsahnya rendah"

 "Ana kebersihannya s, coba lihat punya anti!"

Seketika kelas menjadi ramai. Adzani hanya memperhatikan. Ada pesan terakhir yang ingin Adzani sampaikan, namun ia menunggu hingga kelas cukup tenang. Adzani melihat jam yang melekat di tangannya, 10 menit lagi waktu istirahat.

 "Baik Ukhty.... setelah ini, perbanyaklah doa.. karena kalian pulang tanpa tahu apakah kalian naik kelas atau tidak. Kalian baru akan tahu nanti pada bulan Ramadhan ketika kalian di rumah. Emm... Ustadzah juga ingin minta maaf kalau selama satu tahun ini ada banyak kekurangan Ustadzah dalam mengajar dan membimbing kalian, maaf jika beberapa kali kalian datang ke depan kamar Ustadzah untuk menyetorkan hafalan di pagi hari, namun Ustadzah tak kunjung keluar. 

Maaf jika beberapa penjelasan Ustadzah di kelas masih belum jelas. Maaf jika ada kata-kata yang pernah terlontar dari mulut ini yang melukai hati kalian. Semoga tahun depan kalian semua naik kelas dan mendapatkan wali kelas yang lebih dari Ustadzah" Tanpa Adzani perhatikan, beberapa anak didiknya menangis mendengarkan perkataannya.

 "Ustadzah... kita juga minta maaf"

"Na'am Ustadzah, maafkan kita juga"

"Ustadzah antum tuh baik banget sudah seperti Ibu kami"

"Ustadzah tahun depan sama kita lagi yah"

Adzani memang masih memiliki sisa waktu pengabdian satu tahun lagi, dalam batinnya, ia ingin sekali bersama mereka lagi di tahun yang akan datang.

"Semoga saja" doanya dalam hati.

Adzani mengeluarkan buku catatan dari tas yang di bawanya lalu mengulurkannya kepada anak didiknya. Beberapa tangan menggapainya, yang lain sontak mendekat penasaran dengan isinya. Lembar demi lembar mereka baca perlahan-lahan. Di dalamnya ada biodata beserta foto mereka satu-satu. Ada surat-surat yang pernah mereka tulis untuk ustadzah Adzani. Mereka sampai pada lembar terakhir yang isinya adalah kejadian-kejadian penting tentang mereka.

***

23 Juni 2020

Sebuah surat kuterima. Dan itu adalah kalian.

25 Juli 2020

Kedatangan santriwati baru.

27 Juni 2020

Pembagian kelas santriwati baru.

28 Juni 2020

Hari pertamaku mengajar "Tamrin Lugoh".

11 Juli 2020

Lomba hadrah Antar Angkatan.

3 Agustus 2020

Dua orang pengurus rayon Mesir melapor tentang masalah Rina di rayon. Kata mereka Rina suka salat dhzuhur sendiri, jarang menggunakan bahasa resmi. Jujur, hal ini membuatku sedih. Aku hanya mampu berdoa, semoga Allah melembutkan hatinya.

5 Agustus 2020

Ustadzah Afifah marah kepada kelas 1N karena ada yang tidak memperhatikan pelajaran.

15 Agustus 2020

Hari pertama kelas 1 menggunakan papan nama.

31 Agustus 2020

Kelas 1 mendapat nomor stambuk baru. Sekarang mereka terlihat benar-benar Saniwati pondok Darussalam.

6 September 2020

Malam pidato. Irbah kabur dari ruangan pidato. yaAllah dek...

4 September 2020

Jum'at pagi setelah olahraga bersama di depan masjid diumumkan pemenang lomba menghias tempat kapur. Alhamdulillah juara satu dari angkatan kelas 1 ialah 1N.

14 September 2020

Irbah kabur lagi. Kali ini ia berhasil kabur dengan melepas jilbab dan menggunakan baju tidur hingga keluar pondok. Alhamdulillah ada warga yang melapor akhirnya ia bisa dibawa kembali ke pondok.

19 September 2020

 Irbah akhirnya dipulangkan secara baik-baik.

4 Oktober 2020

Akhir masuk kelas semester satu.

18 Oktober 2020

Hari akhir ujian lisan.

19 Oktober 2020

Salah satu personel 1N mendapat jilbab pelanggaran.

4 November 2020

Hari akhir ujian tulis.

16 November 2020

Pembukaan tahun ajaran baru semester 2.

21 November 2020

Pembagian rapor hasil ujian semester 1.

10 Januari 2020

Ulangan harian pelajaran "Tamrin Lugah"

17 Januari 2020

Lomba Cerdas cermat antar angkatan

5 Februari 2020

Pembuatan hasta karya oleh setiap anggota kelas 1N yang nantinya akan dibagikan kepada para Ustadzah pengajar.

3 Maret 2021

Akhir masuk kelas semester 2

4 April 2021

Hari terakhir bersama malaikat-malaikat kecil titipan Allah

Teng....teng....teng.... dentingan bel pertanda waktu istirahat membuyarkan segalanya. Waktu Adzani telah habis. Anak didiknya masih terlihat serius membaca lembaran demi lembaran di buku itu. Perlahan, tanpa berniat memecahkan keseriusan mereka, ia melangkah keluar kelas. Baru selangkah keluar dari pintu, anak-anak didiknya serentak berlari ke arahnya dengan mata yang berkaca-kaca. Adzani berbalik, mereka semua kompak memeluk Adzani. 

Adzani berusaha kuat di depan mereka, ia membendung air matanya kuat-kuat. Adzani tidak ingin ada air mata yang jatuh, telah lama ia tidak pernah menangis, terakhir adalah dua tahun yang lalu ketika Ayahnya meninggal. Berbagai hal sedih dan menyakitkan setelah itu tidak lagi dapat membuatnya menangis. Namun kini, bendungan yang ia bangun dengan kokoh tak bisa ia tahan lagi. Tetes demi tetes membasahi pipinya, ia pun membalas pemelukan mereka.

***

"Assalamualaikum Ustadzah" sapa orang di seberang telepon.

"Waalaikumsalam, siapa ini?" tanya Adzani.

"Ini Halimah Ustadzah, Halimah ingin mengabarkan kalau Alhamdulillah halimah naik kelas 2B. Terima kasih atas bimbingan antum selama ini..." dengan nada bahagia, orang di seberang telepon itu menjelaskan.

"Oh... iya.. Alhamdulillah halimah, sampaikan salam Ustadzah ke orang tuamu yah" balas Adzani.

"Baik Ustadzah, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Kini Adzani senang dan sangat bersyukur, ke-33 anak didiknya dapat naik kelas, walaupun dalam kelas yang berbeda-beda.

Kring...kring...kring....

"Assalamualaikum...1N yah?" Adzani dengan senang mengangkat telepon itu.

"Waalaikumsalam, bukan Ni... ini ana Hasna, ana ingin memberi tahu anti tentang satu hal. Mungkin nggak kita ketemu?" ujar Hasna dari balik telepon. Hasna merupakan teman sepengabdiannya di Pondok.

"Oh.. Hasna.., nggk apa-apa Hasna, bicara lewat telepon aja". Balasnya.

"Baiklah, tapi ana harap anti jangan kaget. Jadi, seperti tahun-tahun sebelumnya, dari pondok kita pasti mengutus beberapa Ustadzah pengabdian tahun terakhir ke berbagai pondok cabang. Dan bapak wakil pengasuh memilih anti untuk mengabdikan diri di tahun terakhir anti di pondok cabang yang ada di luar Jawa, tepatnya di Riau. Persiapkan dirimu, 5 Syawwal keberangkatannya." Jelas Hasna panjang lebar.

Bak petir yang menyambar di pagi hari, kabar tersebut membuat Adzani kembali hujan air mata. Kini ia bukan hanya berpisah dengan anak-anak didiknya, namun juga dengan Pondok yang dicintainya. Langit tiba-tiba mendung, hujan deras membasahi pondok Darussalam, alam seakan mampu merasakan kesedihan yang kala itu Adzani rasakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun