Cerita ini dimulai tanggal 7 Juni 2021, saya dan ketiga teman saya terpapar virus Covid 19.Â
Kaget, panik, dan tidak mengerti langkah-langkah apa saja yang harus saya lakukan. Hari itu terasa berjalan dengan cepat, handphone tidak berhenti untuk mengetik pesan dan menerima banyak panggilan masuk.Â
Dimulai saat saya sedang membeli beberapa obat dan vitamin di apotik dekat tempat tinggal saya, seorang teman bertanya kepada saya, "Mba, lo positif juga?"
Seketika saya jawab, "Iya cuy". Lalu perbincangan kami mulai meluas ke teman-teman yang sudah dinyatakan positif terlebih dahulu untuk menjalani isolasi mandiri atau akhirnya dirawat di rumah sakit.Â
Ketiga teman saya memiliki beberapa gejala yang sama, yaitu dimulai dengan radang dan demam. Namun, di antara mereka bertiga mungkin hanya saya yang tidak "parah", menurut pemahaman saya saat itu.Â
Cerita tentang teman saya yang pertama, ia seorang wanita yang sedang hamil 5 minggu dan sudah merasakan sakit radang, demam hingga mual selama seminggu ini.
Akhirnya pada tanggal 6 Juni 2021, saya memintanya untuk tes antigen dan kemudian ia dinyatakan positif. Lalu satu kantor, serentak melakukan tes antigen dan pada esoknya empat orang dinyatakan terpapar positif Covid 19.Â
Berikutnya saya sedikit ceritakan tentang teman saya yang kedua. Ia seorang wanita dan memiliki riwayat kista pada sel telurnya dan juga memiliki penyakit GERD.Â
Awalnya teman kedua saya menceritakan bahwa sariawan yang ia derita selama seminggu ini telah menjadi nanah dan membuatnya menjadi susah makan dan sering batuk.Â
Ia pergi ke rumah sakit swasta untuk tes PCR dan hasil antigennya menyatakan positif. Ia ingin sekali cepat mendapatkan perawatan di rumah sakit rujukan pemerintah.Â
Saat itu ia pergi ke puskesmas terdekat untuk meminta surat rujukan rawat pasien Covid 19. Namun sungguh disayangkan, tenaga kesehatan malah kesal dan memarahinya hingga menyatakan bahwa dirinya menipu tugas keamanan untuk tidak tes suhu.Â