Setelah magrib, Kyulha diminta Nek Ati untuk memberi roti lagi kepada anak-anak di depan toko roti.
"Nek, kenapa nenek memberi roti-roti ini kepada mereka setiap hari? Apakah tidak rugi? Kan roti-roti ini bisa dijual lagi esok hari, kalau begini terus yang ada kita bakal rugi" ujar Kyulha.
Nenek Ati membalas pertanyaan Kyulha.
"Ini bukan soal untung-rugi, Kyulha. Lihatlah anak-anak itu kelaparan, mereka pasti kesulitan untuk mendapatkan makanan karena makanan di panti asuhan terbatas. Bahkan mereka tidak bisa merengek untuk sekedar meminta makan. Bayangkanlah jika kamu ada di posisi mereka," kata Nek Ati.
"Ah. Gitu ya, Nek," Kyulha jadi teringat kepada Kyutaro yang tadi malam kelaparan karena tidak ada makanan di rumah.
Tak lama, Nenek Ati menambah pembicaraannya.
"Ohiya. Kamu tahu tidak kalo sekecil apapun perbuatan baik yang kamu lakukan pasti akan mendapatkan balasan yang baik pula," ujar Nek Ati.
Kyulha mengangguk setuju.
"Dahulu, Ayahmu adalah anak yang sangat ceria, baik, dan patuh pada orang tua, namun semenjak kakek dan nenekmu tiada, ayahmu jadi sering terlihat murung dan sedih. Tidak hanya itu, sifat ayahmu juga banyak berubah. Oleh karena itu, nenek berusaha membuat ayahmu untuk kembali bahagia dengan membawakannya makanan, mengajaknya pergi, dan bahkan menganggapnya sebagai anak nenek sendiri,"Â
Kyulha mendengar Nek Ati dengan serius.
"Sekarang lihatlah semua kebaikan yang telah nenek lakukan ini terbalaskan dengan kebaikan juga. Kini ayahmu sangat perhatian pada nenek. Nenek tidak bisa lebih berterima kasih lagi padanya,"