Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketetapan Hati, Keras Kepala, Bukanlah Kepala Batu

27 Agustus 2022   16:45 Diperbarui: 27 Agustus 2022   17:09 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maksudnya, kang?"

"Lho ini apa ... Dengan cara ini, pertama, sang kucing yang liar itu, setelah kita sediakan pakannya sebagai santapannya, takkan menjamah lagi lauk persedian makanan kita. Kedua, para tikus pun akan hengkang dengan sendirinya bila seringkali mengetahui adanya para kucing di sekitar persembunyianya, apalagi sampai kucing memergoki dirinya dan berhasil menangkapnya. Kawan-kawan tikus lainnya, pasti berupaya menyelamatkan diri dari sergapan sang kucing."

"Oh, ya?"

"Ya, dan terbukti di rumah ini. Sang istri yang acapkali menggerutu karena dongkol terhadap kedua hewan yang dianggap sebagai hewan pengganggu kenyamanan dan kebersihan rumah, otomatis terobati. "

Sang tetangga pun pamit mohon diri untuk pulang, sembari menyampakan kepada saya untuk segera belanja pakan kucing  dan segera menerapkan apa yang telah saya lakukan terhadap para kucing liar.

 Ketetapan hati dan keras kepala terhadap sebuah prinsip hidup yang objektif ilmiah, yakni tentang hidup seimbang nan universal, salah satunya sikap hidup seimbang terhadap para kucing liar terkait dengan ekosistem yang mengalami ketimpangan, dapatlah diterapkan dalam bersolusi terhadap kucing dan tikus liar yang acapkali dianggap mengganggu lingkungan kita. 

Ketetapan hati dan keras kepala tgerhadap sebuah prinsip hidup seimbang menurut Ajaran Tuhan Semesta Alam, itu sudah seharusnya konsisten dilakukan dalam menghadapi segala persoalan di setiap aspek kehidupan yang tengah kita jalani. Sebab, hal yang demikian itu bukanlah dan tidaklah sama dengan ungkapan kata sebagai 'Kepala Batu' dalam kontekstualnya, yang tak pernah mau tahu dengan segala sesuatu di seluruh aspek kehidupan menurut Ajaran Tuhan Semesta Alam yang seimbang nan universal. 

Semoga! Salam Satu Bangsa Indonesia_Nusantara dalam Bhhinneka Tunggal Ika, dan Salam Seimbang ...

*****

Kota Malang, Agustus di penghujung bulan, Dua Ribu Dua Puluh Dua.   

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun