"Saya kan gak biasa dan masih risih setengah takut dengan kucing, dan bapak kan juga sudah paham?" timpal sang anak perempuan saya.
"Bapak kan sudah pernah bilang, bahkan berkali-kali, belajarlah, gak apa-apa, kucing tersebut gak bakalan menggigit kamu. Apalagi kalau sudah  tahu dan mengenali kamu membiasakan kasih makanan bagi mereka, pasti mereka akan tahu diri dan jadi akrab dengan kamu."
"Nggak laah, aku masih belum berani, pak ..."
"Ya, sudahlaah, bapak takkan memaksa kamu ..."
Tak berselang lama saya mengisi pakan ke mangkok plastik wadah pakan kucing, satu demi satu para kucing berdatangan menyantap pakannya.Â
Hampir bersamaan dari itu, sang tetangga yang tadi siang bercengkerama dengan saya, datang memenuhi ajakan saya untuk bertandang ke rumah pada sore hari agar tak penasaran terhadap jawaban saya atas rencana saya menjawab pertanyaannya tadi siang. Begitu menyaksikan para kucing liar yang sudah tak liar lagi sedang makan di wadah yang saya sediakan di teras rumah, sang tetangga pun berujar,Â
"Oh, ini toch jawabannya, kang?"
"Ya, itulah kenapa saya tadi siang menunda jawaban atas pertanyaan sampeyan, karena saya tak ingin dituduh asbun, omdo, tanpa adanya tindakan sebagai pembuktian ..."
Sang tetangga pun hanya manggut-manggut dalam bahasa tubuhnya sebagai pertanda bahwa dirinya telah paham dengan apa yang saya maksudkan.Â
"Wah, kalau begitu, ini cara yang yang bisa diadopsi untuk diterapkan di rumah. Apalagi, di rumah juga banyak tikus, kang ..."
"Tepat sekali, dua hal yang akan kita dapatkan dalam hal ini," sahut saya.