Mohon tunggu...
Dr Dyah Prawesti, SpOG, MHSM
Dr Dyah Prawesti, SpOG, MHSM Mohon Tunggu... profesional -

Bekerja sebagai Dokter Spesialis Obgyn di Hinchingbrooke Hospital, Cambridgeshire, United Kingdom. Lulus Dokter Umum dan Spesialis Obgin dari FKUI serta Master of Health Service Management dari UNSW Sydney, Australia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Innalillaahi... Turut Berduka Cita Sedalam-dalamnya atas Meninggalnya Para Ibu dan Calon Ibu Indonesia

21 Desember 2013   16:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:40 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'uun...

Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya para ibu dan calon ibu Indonesia akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, di masa lalu, sekarang, dan yang akan datang...

Maafkan kami Bu, para dokter yang sedianya menolong ibu dengan segenap kemampuan dan keikhlasan, namun tak berdaya menghadapi lembaga peradilan tertinggi yang putusannya berkekuatan hukum tetap, bahkan lembaga tertinggi konstitusinya pun tega menganalogikan Ibu dengan mobil rusak, dan kami dokter yang melayani dengan montir yang harus sukses memperbaikinya karena kami menerima honor...

Maafkan kami Bu, yang mengerti dan mengapresiasi bahwa proses persalinan, melahirkan bayi ke muka bumi adalah proses berbahaya, Ibu mempertaruhkan nyawa untuk itu, sampai keadaan ibu lemah lunglai dan sakit berat. Mungkin Majelis Mahkamah Agung tidak pernah menemani istrinya melahirkan sehingga tidak tahu bahwa begitulah perjuangan Ibu untuk melahirkan...

Maafkan kami Bu, bila nanti ketika Ibu kami temui dalam keadaan sakit berat, lemah lunglai kehabisan tenaga, persalinan tak maju dan bayi dalam kandungan Ibu gawat, kami malah melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan. Bukannya menolong Ibu untuk segera melahirkan bayi, kami akan terpaksa harus melakukan pemeriksaan jantung ibu dulu, sebab bila tidak kami lakukan maka bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Majelis Hakim Agung akan bertanya kepada kami mengapa kami tidak lakukan pemeriksaan jantung.

Iya Bu, kami juga tahu bahwa kondisi Ibu emergensi, tapi Majelis Hakim Agung itu mungkin pernah sekolah kedokteran di tempat yang tidak bisa membedakan mana kasus EMERGENSI dan mana kasus ELEKTIF. Mungkin sekolah kedokteran para Majelis Hakim Agung itu adalah sekolah kedokteran terbaik di seluruh dunia, jadi mereka lebih pintar dan lebih tahu bagaimana menatalaksana Ibu dibandingkan kami yang setiap harinya bertemu dengan kasus-kasus seperti Ibu....

Maafkan kami Bu, bila nanti ketika Ibu kami temui dalam keadaan kesakitan, sakit berat, lemah lunglai tak bertenaga, janin dalam kandungan ibu gawat harus segera dilahirkan, kami harus menjelaskan panjang lebar infomed consent mulai dari risiko paling kecil sampai risiko Ibu bisa meninggal karena operasi sesar.

Iya Bu, kami juga paham bahwa sejak puluhan abad lalu semua orang juga tahu bahwa risiko terbesar proses persalinan adalah meninggal, bahkan Nabi kita bilang bahwa perempuan yang meninggal melahirkan itu ibarat orang yang berjuang membela agama, mati syahid. Jelaslah Nabi kita yang hidup puluhan abad lalu itu lebih pandai dari Majelis Hakim Agung yang hidup pada jaman sekarang dengan segala informasi tersedia di mana-mana.

Iya Bu, kami juga paham betul setiap detik yang tertunda melahirkan bayi Ibu bisa berarti nyawa Ibu atau bayi Ibu tidak tertolong, yang karenanya kami sebagai dokter berkewajiban untuk menolong segera, walaupun tanpa consent tertulis dari Ibu sekalipun, for Ibu and baby's best interest. Mungkin Majelis Hakim Agung kurang gaul, tidak tahu kewajiban kami yang ini, padahal kewajiban ini dikenal dan dipraktikkan di seluruh dunia...

Maafkan kami Bu, kami memang bodoh tidak bisa memprediksi apakah ibu akan mengalami komplikasi emboli udara saat dan setelah persalinan, apalagi mencegah kejadian tersebut, sehingga itu dianggap sebagai kealpaan kami. Nanti mungkin kami akan meminta Majelis Mahkamah Agung mengajari kami bagaimana memprediksi dan mencegah emboli saat dan setelah persalinan. Nanti akan kami promosikan ke seluruh dunia, Indonesia adalah negara pertama yang bisa memprediksi dan mencegah emboli, dan yang lebih hebat lagi ditemukan oleh Majelis Hakim Agung. Pasti menjadi penemuan mengguncang dunia, bahkan di negara-negara maju pun kejadian ini tak dapat diprediksi dan dicegah, hanya bisa diminimalisir risikonya.

Maafkan kami Bu, kalau nanti kami bertemu Ibu, maka kami akan menjadi sok hati-hati nggak jelas dan sebisa mungkin meminimalisir berhubungan dengan Ibu. Sebabnya adalah bila nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dengan Ibu, maka Majelis Hakim Agung akan menyalahkan kami, menggunakan istilah "hubungan kausal" yang kami juga tidak mengerti apa maksudnya. Mungkin kami memang bodoh dalam bertata bahasa sehingga tidak paham, namun pembuktian hubungan kausalitas itu jauh lebih kompleks daripada sekedar hubungan dokter-pasien, pasien ditangani, kemudian pasien meninggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun