Perlahan-lahan mataku mulai hangat ingin menumpahkan air yang dari tadi aku tahan agar tidak keluar dari mataku. Ku Tarik nafas dalam agar aku jauh lebih tenang.
Ya. Aku harus tenang dalam menyikapi berita ini. Aku harus bisa pulang ke rumah dengan selamat dan menyampaikan kabar buruk ini kepada keluargaku. Aku tidak boleh memperburuk keadaanku yang sudah buruk.
Dokter Dwi juga terdiam. Ia memperhatikan aku. Suster Cantik yang dari tadi hanya berdiri agak jauh dari kami perlahan mulai mendekatiku. Sepertinya, ia terlihat berjaga-jaga jika sampai hal terburuk terjadi kepadaku.
“Hal terburuk apa yang akan terjadi pada saya dengan adanya massa ini di batang otak saya?” Akhirnya ku beranikan bertanya hal yang mungkin akan membuatku lebih shock lagi.
“Ibu bisa saja tiba-tiba kehilangan kesadaran, atau mungkin koma, bahkan mungkin titik” Jelas dokter Dwi singkat.
Jleb!
Jawaban dokter Dwi membuatku tambah shock lagi. Namun aku telah bertekat untuk menguatkan diriku sendiri. Aku berusaha tenang. Alhamdulillah ada juga manfaatnya keahlianku sebagai hipnoterapist dalam kondisi ini. Minimal aku bisa menenangkan pikiran dan tubuhku sendiri.
“Apa yang bisa saya lakukan untuk penyakit saya? Apakah ada obat atau tindakan untuk mengambil tumor ini?” Tanyaku lagi dengan berusaha tenang.
“Untuk kasus tumor pada batang otak, penyakit ini tidak ada obatnya, dan tidak bisa dilakukan tindakan operasi atau apapun dikarenakan masalah ‘lokasi’ tumor yang berada di depan batang otak.” Dokter Dwi menjawab dengan singkat. “Batang Otak adalah pusat keseimbangan tubuh Manusia, karena itu, tidak mungkin kita mengotak-atik lokasi tersebut.”
Buk!
Lagi-lagi jawaban Dokter Dwi membuatku shock untuk yang ketiga kalinya dalam waktu kurang dari setengah jam ini. Ku tenangkan lagi tubuh dan pikiranku yang tadi hampir saja membuatku pingsan.