Mohon tunggu...
Dyah Eka Kurniawati Hadiyanto
Dyah Eka Kurniawati Hadiyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Forensik Fakultas Sekolah Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya

Salam kenal semua, basic pendidikan saya dari Teknologi Laboratorium Medis dan saat ini sedang melanjutkan study di Sekolah Pasca sarjana Universitas Airlangga, Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembaran Mayrina (Dimuat di Majalah HAI)

27 November 2022   19:28 Diperbarui: 27 November 2022   19:57 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembaran Mayrina

Mei-mei. Satu nama unik yang entah darimana nama itu bisa muncul di otakku dan selalu melayang-layang menghantui pikiran dan segenap perasaanku. Mei-mei adalah saudara kembar Mayrina. Dia anak OSIS, cukup populer juga di sekolah ini. Dan lebih akrab disapa May. Kami teman seangkatan. Aku sering melihatnya. Sekilas, mereka berdua sangat susah dibedakan. Sama-sama berkulit putih susu, tinggi sempurna, dan wajahnya juga hampir sama.

Begitupun dengan tatapan matanya. Tetapi meski identik, aku masih bisa membedakan keduanya. Bagiku, mereka itu beda. Mei-mei sering melihatku. Maupun denganku, kami saling melihat dari kejauahan. Aku belum penah sekalipun mengajaknya bercerita, hanya senyuman isyarat saja yang terukir dari bibir kami.

       **

Aku mengetahui keberadaannya. Yang sembunyi-sembunyi. Ia berdiri di dekat jendela kelasku.

"Elo ngerasa ada yang lihat elo dari tadi nggak??" tanya Jordan teman sebangku. Aku berhenti mencatat sejenak. Kulirik pelan ia yang masih disana.

"Biarin," ujarku sembari tersenyum senang. Kalau memang dia ngerasa bahagia karena melihatku lama, kenapa tidak? Lagipula ia juga cantik. Sesuai kriteria ku.

"Yang ngelirik elo diam-diam itu si Mayrina," lanjut Jordan. "Elo juga suka ama dia?"

Aku mengerutkan sepasang alis tipisku. Tersenyum aneh.

       "Elo nggak bisa bedakan mana Mayrina mana Mei-mei, ya??"

       "Mei-mei? Kok elo tahu dengan kembarannya si Mayrina?? Emangnya elo pernah ketemu?"

       "Sering."

       "Sering?!!!""

       Aku melihat Jordan dengan tatapan heran. "Biasa aja kelees.."

       "Elo jangan ngeyel. Yang selalu merhatiin elo diam-diam itu Mayrina. Bukan si Mei-mei."

"Dia Mei-mei.." tandasku sambil melihat ke arah jendela. Ternyata Mei-mei sudah pergi, Mungkin ia mendengar apa yang aku ributkan dengan Jordan hanya karena masalah sepele ini. Aneh rasanya. Jordan tetap bersikeras kalau gadis tadi adalah May, tapi itu Mei-mei. Aku bisa bedakan mereka.

May dan Mei-mei sama-sama cantik. Namun menurut penilaianku, lebih menarik Mei-mei dari May, meski ia tak sepopuler May. Rambut mereka sama-sama panjang. Hanya saja rambut Mei-mei lebih halus dan selalu diurai. Tak seperti May yang selalu diikat, dengan poni yang dijepit di belakang. Bisa dikatakan ia lebih tomboy. Harusnya dengan perbedaan seperti itu, Jordan bisa membedakan. Namun, kenapa dia sulit? Entahlah.

       **

Akhir-akhir ini aku sering mendengar gosip tentangku, yang berhubungan dengan May. Dengar-dengar dia menyukaiku. Ahh, mana bisa? Tapi aku tak ambil pusing. Biarlah berlalu dengan sendirinya. Lama-lama juga ganti berita lain yang lebih hot.

Ddrttt.. drrtt..  Ponselku bergetar sebelum aku berangkat sekolah. Ternyata sebuah pesan dari Mayrina. Aku heran. Tumben dia SMS. Dengan cepat aku membukanya.

       Don, elo berangkat jam berapa??

       Jam 7 kurang 10.  (Balasku)

       Tak ada jawaban dari May.

       Why?

       Mau bareng.

       Kenapa?

       Aku pusing, lemas banget. Sakit kepala, dan gak ada yg nganter -.-

Oke. Aku paham dengan maksud May. Dia memintaku untuk menjemputnya. Tak apa. Aku selalu melewati rumahnya saat berangkat atau pulang sekolah. Tapi di satu sisi, aku khawatir kalau Mei-mei sampai tahu. Aku pun takut jika ia menganggapku dan May punya hubungan yang spesial. Padahal kami hanya sebatas teman. Aku pun takut kalau hubungan kekeluargaan mereka merenggang karenaku.

Ah. Aku terlalu banyak mikir. May berlari kecil saat aku lewat di depan rumahnya. Aku tak kunjung menarik gas motorku. May heran denganku yang masih diam sambil melihat rumahnya.

       "Kenapa?"

       "Mei-mei sudah berangkat?"

       "Mei-mei???!!!" tanya keras May hampir membuatku tuli. "Kamu bisa kenal sama dia??"

       Aku tersenyum dengan pertanyaan bodoh itu. "Iyalah tahu! Satu sekolah juga."

       "Kalian saling bertemu dimana??"

Aku melirik wajah May sekilas. Sepertinya dia terlihat heran dengan nadaku yang menyebutkan soal Mei-mei. Apa ini karena gosip angin yang sudah beredar luas itu?

       **

Aku tak tahu dengan pasti bagaimana sikap May dan Mei-mei sebagai saudara kembar. Aku heran, saat berangkat atau pulang sekolah, May dijemput dengan sedan hitam mewah setiap hari. Dan saat keluar mobil, hanya May saja yang turun. Mei-mei tak pernah diajak. Aku kasihan melihatnya. Ia seperti di anak-tirikan. Saat istirahat Mei-mei menyendiri dari temannya yang lain. Sejahat itukah May yang tak mau menemani Mei-mei?

Pandanganku terpaku lama pada seorang gadis bergaun putih dan berambut panjang yang sedang duduk di bangku taman. Ia sendiri tanpa seseorang yang menemani. Tanganya sibuk menulis di buku kecil. Aku belum berpindah tempat. Ingin sekali ku temui dia saat itu juga. Pandangan kami saling beradu dari kejauhan. Ia tersenyum semanis mungkin yang tak bisa aku tolak. Senyuman yang menggodaku untuk mendekati dan menemani waktu sorenya di taman.

"Don!!!" panggilan keras itu menggagalkan niatku. Itu suara May yang mencegahku menemui Mei-mei.  Saat ku lihat lagi, bangku di taman sudah tak ada orang. Sepi senyap.

       **

Sepertinya May memang menyukaiku. Namun aku tak suka dengannya. Cara dia menjauhkanku dengan Mei-mei.

May langsung terisak saat aku menyinggung nama Mei-mei, dan ingin sekali bertemu dengannya. Aku bingung karena tetesan air mata May yang deras. Aku diajak ke suatu tempat luas yang sangat sepi. Aku paham. Ini tempat apa. Ini sebuah makam.

"Mei-mei hanya tinggal kenangan, Don." isak May. Aku benar-benar heran dan tak mengerti apa yang teah terjadi selama ini, denganku. May memberiku sebuah buku harian kecil. Itu buku yang aku lihat dibawa Mei-mei kemarin. Ya, benar.

Lembar demi lembar ku buka. Kuserapi mendalam tulisan dan sajak puitis yang ditulis disana.

Seorang pemuda dengan aura mempesonanya adalah satu dari penyemangatku melawan kanker yang makin sakit menggerogoti sekujur tubuhku ini. Hingga mungkin aku sudah tak kuat, ia masih menggema di hatiku, meski ia tak menyadari jika ia adalah bara semangatku untuk sembuh.

Ku tutup buku itu. Lututku lemas lalu jatuh di depan pusara Mei-mei. Ku pegangi batu nisannya dengan berlinangan air mata. Kenapa aku baru tahu saat ia telah tiada...

       ****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun