Senasib tapi tak sejalan
Sang fajar mulai menampakan cahayanya tak membuat gadis berusia 18 tahun patah semangat untuk mengejar ilmu. Karina Derwinanta, sebut saja dengan nama Karina. wanita yang saat ini tengah menunggu angkutan kota guna menuju ke SMA Bangsa II.
Aku fikir setelah sekolah aku dapat membantu ayah untuk berjualan di pasar- batin karina dengan mata yang menatap jalan raya.
"Mbak jadi naik engga?" tanya pak supir angkot dengan nada ramah
"Iya pak" ucapku dengan bergegas
Tiba di sekolah, 10 menit sebelum bel membuatku segera berlari untuk masuk ke kelas agar tidak di hukum oleh guru. Tanpa di duga seorang laki-laki menabrakku hingga aku terpental
"Sory, gue engga sengaja tadi" ucapnya sembari mengulurkan tangan
"Iya gapapa kok" ucapku sembari membenahi seragamku yang sedikit kusut hingga sejenak aku terpejam oleh ketampanan orang yang di depanku hingga suara bariton besar masuk ke telingaku
"Hai kalian, bukannya segera masuk kelas, malah berdiam disini. niat sekolah tidak!" ucap seorang guru kesiswaan yang sangat garang hingga siapapun murid yang bertemu dengannya pasti lari
"eeh iya pak, ini saya juga mau masuk" ucapku setengah teriak dan segara pergi ke kelas meninggalkan lelaki yang menabrakku
"weeh tunggu gue, elah ditinggal pula" ucapnya mengikutiku