“dulu gimna emang nya Fit?”
“Ya gtu lah, sekarang udah merokok dia, udah berubahlah”
“ouuh gtu pula, iyaa deh.” Tutupku.
Ku urungkan niatku, untuk secara membabi buta mengungkapkan isi hati ini. Namun kata-katanya membuat ku sedikit besar hati, dan percaya kalau apa yang aku rasa sama seperti yang dia rasa, karena dwy kecil dengan dwy dewasa memang sudah berubah, atau memang benar bukan aku orang yang dia maksud. Atau mungkin dia tak ingin pacaran, aku kenal dia, mungkin itu alasan yang lebih realistis.
***
Disetiap obrolan pasti aku sisip-sisipkan ungkapan-ungkapan tentang perasaanku, dan pertanyaan-pertanyaan yang membuat dia berkata tentang perasaannya. Hingga sautu ketika dia mengirim pesan seperti ini.
“Tak banyak syarat yang kupinta
Untuk jadi suamiku kelak, aku Cuma pinta syarat satu,
Dia lah lelaki yang setiap subuh, sholat berjamaah di Masjid,