Mohon tunggu...
DWY NOVIALITAYOVANDA
DWY NOVIALITAYOVANDA Mohon Tunggu... Lainnya - كُنْ فَيَكُونُ

Dwy Novialita Yovanda_190402080021

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pahlawanku

9 Juli 2024   08:32 Diperbarui: 9 Juli 2024   08:49 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Allahu akbar.. Allahu Akbar.." Suara sayub adzan shubuh mulai berkumandang. Aku terbangun dari mimpi malamku. Segera kuberanjak bangun untuk membersihkan diri dan mengambil air wudhu. Kulaksanakan kewajibanku dua rakaat untuk menggugurkan satu tanggungan. Kupanjatkan untaian kata indah untuk kedua pahlawanku kepada Sang Pencipta yang Maha Agung. Semoga keselamatan dan kesejahteraan selalu menyertainya. Aamiin..

Mentari pagi mulai muncul secara perlahan, burung bernyanyi riang dengan kicauan, bunga-bunga kuncup pun tersenyum bermekaran. Langit cerah biru membentang membawa kedamaian.

"Selamat pagi ibu, selamat pagi ayah", kusapa orang tuaku dengan tanpa beban. "Selamat pagi juga gadisku kecilku" sahut ayah

"Segera pergi mandi Arina, ganti baju lalu sarapan ya cantik" lanjut ibu.

Kubersiap diri untuk melaksanakan tugas "harusku" sebagai penuntut ilmu. Tugas pentingku dimasa itu hanyalah belajar untuk menggapai sebuah impian. Perempuan hebatku selalu membantuku disaat aku susah, dia menjadi tumpuhanku ketika aku tak sanggup lagi menahan beban. Ia setia berada disampingku dalam setiap langkahku. Melayani aku dan keluargaku dengan penuh kasih sayang.

"Bu, aku berangkat sekolah dulu ya, waktu keburu siang", pamitku kepada Ibu. "Iya, hati-hati dijalan nak. Belajar yang rajin ya, jangan lupa nanti siang bekalnya dimakan". "iya Ibu", sambil berangkat kesekolah.

"Garuda bang"

"Iya non"

"Berapa?"                                                                            

"1.500 non, naik angkot jauh dekat untuk anak sekolah sama saja"

"Ini bang"

"Waduh kok 5.000? Ini masih pagi, sudah bayar besok saja non"

"Sudahlah, ambil saja kembaliannya bang"

Suasana sekolah di pagi hari masih sejuk dengan pohon besar berdiri kokoh yang rindang, hal ini membuat aku semangat untuk menerima materi dari guru baik. Bel pertama berbunyi tiga kali, pertanda bahwa pembelajaran akan segera dimulai. Seperti biasanya, aku selalu duduk didepan sendiri. Ya, banyak sih yang bilang bahwa tempat duduk menunjukkan prestasi, itu alasan aku selalu semangat untuk duduk dibangku terdepan.

"Selamat pagi anak-anak, bagaimana kabarnya hari ini?"

"Kabar baik bu"

"Syukur lah kalian sehat semua", "Hari ini kita akan belajar tentang karangan fiksi..."

Detik demi detik terus berlalu, "Teng.. Teng.. Teng.. Pelajaran hari ini telah selesai, sampai jumpa besok pagi dengan semangat belajar baru". Bel berbunyi pertanda waktu pulang telah tiba.

Seperti biasa aku pulang dengan naik angkot.

"Arina..."

Aku menoleh

"Arina naik angkot kan? Bareng yuk", Airin menawariku untuk naik angkot bersama.

"Dengan senang hati, yuk"

Lima menit lamanya menunggu angkot, akhirnya muncul juga.

"Pondok Jati bang?"

"Iya, naik saja"

Di dalam angkot, aku dan Airin saling mendongeng tentang pelajaran hari ini.

"Uhh.. Hari ini menyebalkan Rin, masak aku dituduh mencontek. Seharusnya aku duduk di depan sama kamu Arina"

"Ya sabar Airin, hari ini kamu belum beruntung. Maka dari itu besok-besok kalau pelajaran kamu duduk di depan. Duduk di depan itu banyak untung loh"

"Iya deh, benar juga katamu"

"Eh, aku sudah mau turun nih. Kamu hati-hati di jalan ya Airin"

"Kamu juga hati-hati di jalan"

"Pondok Jati bang"

"Ciitttt...." abang angkot mengerem dadak angkotnya

"Ini bang, uang pas ya"

"Iya dik, terima kasih"

Aku turun di depan gang. Jarak antara gang depan sampai rumahku sekitar satu kilometer. Aku selalu jalan kaki dari gang menuju rumahku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun