Evtushenko menulis itu, setelah sepuluh tahun tragedi di Moskow. Ketika prosesi pemakaman Pemimpin Uni Sovyet, Joseph Stalin, 5 Maret 1953 di usia 74. Stalin tokoh legendaris dunia.
Masyarakat Sovyet dari mana-mana datang ke Moskow. Sekadar memberi penghormatan terakhir kepada Stalin. Semua orang ingin mendekati peti mati. Berdesakan. Terjadilah tragedi.
Ratusan orang mati, terinjak-injak. Nikita Khrushchev pemimpin Uni Sovyet 1958--1964, menyatakan, 109 orang tewas. Ratusan terluka.
Tapi, tidak semua kerumunan berbahaya. Malah, jarang yang menjadi tragedi. Asalkan, ada pemimpin yang paham psikologi massa.
Prof John Drury, guru besar Psikologi Sosial di The University of Sussexdi dekat London, Inggris, diakui para psikolog internasional sebagai pakar kerumunan. Ia sering jadi pembicara, khusus soal itu.
Dalam wawancara dengan reporter The Crowd Magazine, yang dimuat 13 Oktober 2019, ia menjelaskan detil tentang kerumunan. Bentuknya, psikologi massa yang menyatukan massa. Bahayanya. Sampai manajemen kerumunan.
Menurutnya, logika individu hilang ketika berkerumun. Berubah jadi logika massa. Artinya, jika di antara massa ada yang mengawali melakukan sesuatu, atau berkata sesuatu, maka kerumunan bakal ikut-ikutan.
Bagai kerumunan bebek. Jika tidak dikendalikan, bisa berpencaran. Tapi kalau ada penggembala, mereka akan nurut arahan penggembala. Aman.
Bahaya, jika terjadi sesuatu yang mendadak. Sedangkan, gembala tidak mengantisipasi sesuatu yang terjadi itu. Maka, kerumunan bakal semburat berpencar. Liar. Semakin sesuatu itu bersifat bahaya, dampak terhadap kerumunan semakin bahaya. Dan cepat.
Prof Drury memberikan ilmu psikologi kerumunan. Ditujukan kepada mereka yang akan menggelar kerumunan. Supaya aman. Ada tiga:
Pertama, mengenal psikologi kelompok.