Mohon tunggu...
Djono W. Oesman
Djono W. Oesman Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pemerhati masalah sosial

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gubernur DKI Sejuta Hari

19 Oktober 2022   12:42 Diperbarui: 19 Oktober 2022   12:50 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kamis, 17 Desember 2015 terjadi tragedi. Ahok dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh ibu muda, nama Yusri Isnaeni (waktu itu usia 32).

Kronologi: Gubernur Ahok menerbitkan Kartu Jakarta Pintar (KJP) buat seluruh warga DKI. Khusus yang miskin-miskin. Di KJP, setiap bulan ditransfer oleh Bank DKI, Rp 330.000. Rutin otomatis tiap tanggal satu. Dananya dari APBD DKI.

KJP hanya untuk beli kebutuhan anak sekolah. Pakaian, sepatu, tas, buku, alat tulis, apa pun. Toko-toko untuk beli itu, sudah ditunjuk. Menyebar ratusan toko se-DKI. Punya link khusus dengan Bank DKI, buat pencairan.

Warga, beli-beli tinggal menyerahkan KJP ke toko. Lalu, tokonya tinggal gesek. Barang-barang tinggal diangkut pulang warga. Suatu model baru bagi Indonesia, menuju rakyat sejahtera.

Syarat cuma satu: KJP dilarang diuangkan. Supaya tidak dibuat beli macam-macam, selain kebutuhan anak sekolah. Memang itu mirip ATM, tapi bukan ATM.

Ternyata bisa disiasati begini: Pemegang KJP ke toko-toko tertunjuk. Minta digesek, tukar uang. Toko memberi syarat pula ke pemegang KJP, dipotong 10 persen. Total cair jadi Rp 300.000 per bulan. Tokonya untung Rp 30.000.

Kasus Yusri Isnaeni begini: Dia mengaku ke wartawan, hendak beli seragam sekolah anak. Datanglah dia ke toko tertunjuk. Tertolak. Kata pihak toko, jaringan off-line. Isnaeni datang lagi, tertolak lagi. Off lagi.

Toko mengaku bisa melayani, asal dicairkan. Atau tukar duit. Tapi dipotong 10 persen, Rp 30.000. Isnaeni terpaksa mau. Dicairkan. Tapi dia tidak ikhlas dipotong Rp 30.000. Itu, kan hak dia. Duit dia. Duit rakyat buat dia.

Kamis, 10 Desember 2015 Isnaeni mendatangi Gedung DPRD DKI Jakarta. Niatnya mau tanya, kenapa begitu? Kenapa harus dipotong Rp 30.000?

Kebetulan di DPRD sedang rapat dengan Gubernur DKI. Isnaeni menunggu sampai rapat selesai. Begitu rapat usai, dia melihat Ahok. Langsung, Isnaeni mendatangi Ahok. Yang saat itu dikerubuti wartawan, tanya in-itu.

Isnaeni mendesak wartawan, langsung protes ke Ahok. Dia ceritakan kronologi. Protes Isnaeni: "Mengapa KJP sulit? Mengapa saya kena potongan Rp 30.000?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun