Mohon tunggu...
Djono W. Oesman
Djono W. Oesman Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pemerhati masalah sosial

Selanjutnya

Tutup

Hukum

KPK Gaya Mlipir di Kasus Enembe

7 Oktober 2022   07:00 Diperbarui: 7 Oktober 2022   07:08 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di depan gerbang rumah Enembe, ada tenda atap terpal warna merah. Beberapa simpatisan yang bersiaga kemudian tampak memegang sejumlah busur panah. Tanda siaga.

Setelah melewati gerbang, masih ada gerbang lagi. Penjagaan lebih ketat lagi. Padahal, dari situ sampai rumah Enembe masih sekitar 200 meter lagi. Tapi, wartawan hanya boleh sampai di sini.

Sulit dibayangkan, apa jadinya seumpama Enembe dijemput paksa petugas KPK. Penjagaan begitu ketat. Dan, tampaknya pihak KPK sudah tahu situasi ini.

Walaupun penegak hukum tidak gentar. Tidak boleh gentar. Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo kepada pers di Mabes Polri, Jumat, 30 September 2022, menyatakan, siap membantu KPK.

Kapolri: "Kami sudah menyiapkan 1.800 personel di Papua. Kami siap untuk mem-backup apabila dibutuhkan KPK."

Warga Papua pun mendukung KPK. Ketua Generasi Garuda Sakti Indonesia Provinsi Papua, Apbsalom Yarisetouw dalam keterangan pers, Sabtu, 1 Oktober 2022, mengatakan:

“KPK harus jemput paksa, didampingi TNI dan Polri. Bapak Lukas Enembe sudah dua kali mangkir dari panggilan pemeriksaan KPK. Penegak hukum harus bisa tegakkan hukum di Indonesia."

Menurutnya, warga Papua yang demo beberapa waktu lalu untuk menghalangi proses hukum terhadap Enembe, juga penjaga di rumah Enembe, oknum yang diduga dibayar.

“Itu bukan semua masyarakat Papua. Sehingga TNI dan Polri harus segera menuntaskan."

Warga Papua lain, juga mendukung KPK. Sekitar 40 orang warga Papua dipimpin tokoh agama Islam Papua, Ismail Asso, berdemo ke Gedung KPK di Jakarta, Rabu, 5 Oktober 2022. Mereka meneriakkan dukungan terhadap KPK.

Ismail Asso: "Papua itu otonomi khusus. Otonomi khusus itu di atas kertas, tapi isinya uang. Uangnya itu triliunan rupiah. Terlalu besar dan sangat besar di semua Indonesia digelontorkan ke Papua. Sementara penduduknya ada berapa? Sekitar dua juta jiwa. Tapi rakyat Papua hidup miskin."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun