Mohon tunggu...
Dwi Yuliati
Dwi Yuliati Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Freelancer | Badminton Lovers

Man Jadda Wajadda

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Karenamu, Biaya Rawat Inapku Nol Rupiah

22 Desember 2018   09:00 Diperbarui: 22 Desember 2018   09:12 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kesehatan selalu tampak berharga setelah kita kehilangannya," Jonathan Swift

Nikmat sehat merupakan salah satu anugerah dari Tuhan yang patut kita syukuri. Tanpa kesehatan, hidup tak akan seimbang. Ketika sakit datang mendera, kita tak bisa menikmati hidup dengan sempurna. Makan tak selera, tak bebas berpergian, tidur tak nyenyak dan segala macam penderitaan yang dialami. 

Bulan Januari merupakan bulan penuh gairah untuk bergegas menyongsong masa depan untuk meraih mimpi-mimpi, namun apa daya saya harus jatuh sakit. Tubuhku menyerah di tengah padatnya aktivitas kerja sambil kuliah yang ku jalani. Ya, tubuh ini butuh istirahat. Awalnya ku kira itu hanya lah sakit masuk angin biasa.

Teringat saat itu hujan turun dengan derasnya. Saya pun menerobos rintihan hujan agar bisa segera sampai rumah. Kala itu suhu badanku meningkat drastis. Demam, pusing, muntah-muntah serta rasa ngilu menjalar di seluruh tubuh.

Dengan wajah pucat, badan lemas dan menggigil saya periksa ke dokter. Selesai memeriksa dokter berkata, "Jangan makan yang pedas dan asam dulu ya mbak!" Lalu beliau memberi saya obat dengan diagnosa sementara sakit maag. Memasuki hari ketiga demam ternyata kondisi saya tak kunjung membaik. Berat badan semakin menyusut karena asupan tak tercukupi sedangkan muntah-muntah sudah tak terhitung berapa kali dalam sehari.

Karena kondisi badan tak kunjung membaik, saya mendatangi lagi dokter di faskes tingkat pertama. Melihat kondisi kesehatan saya yang semakin menurun, dokter memberikan rujukan ke salah satu rumah sakit di kota Klaten agar saya dapat diperiksa lebih lanjut oleh dokter spesialis penyakit dalam.

Berbekal surat rujukan dari faskes tingkat pertama dan kartu JKN-KIS, saya mendatangi sebuah rumah sakit di kota Klaten tersebut. Menurut pengalamanku proses registrasi pada waktu periksa di rumah sakit ini sangat mudah. Apalagi sudah ada karyawan yang menangani khusus bagian BPJS Kesehatan. Cukup menyerahkan kartu JKN-KIS, KTP, KK dan surat rujukan, maka saya sudah dilayani dengan baik.

Sembari mengantri diperiksa dokter, saya terduduk lemas di ruang tunggu dan ditemani oleh ibu saya. Tibalah giliran saya dipanggil masuk ke ruang praktek dokter. Saya menceritakan keluh kesah dan sakit yang saya rasakan kepada dokter. Dokternya baik, ramah dan paham apa yang saya keluhkan. Dengan spontan saya pun bertanya, "Apakah ada indikasi ke tipes atau Demam Berdarah dok?"

"Iya....bisa jadi mbak, nanti cek laboratorium dulu ya," jawab dokter. Lalu beliau pun memberikan surat pengantar untuk diambil darahnya di laboratorium. Eng ing eng, ini serius, saya diambil darahnya, berhadapan dengan jarum suntik, tambah lemas rasanya. Antara malu dan takut bercampur menjadi satu. Hanya bisa meringis dan tak berani melihat tangan yang diambil darahnya. Pengalaman pertama saya sekaligus menjadi rutinitas beberapa hari kemudian.

Tak menunggu terlalu lama, hasil laboratorium sudah keluar dan dokter membacakan hasilnya.

"Hasilnya positif mbak."

"Positif apa dok?" tanyaku dengan cemas.

"Positif tipes," jawab pak dokter.

"Jadi gimana, mau rawat inap apa rawat jalan?" lanjut pak dokter.

Belum sempat saya menjawab, ibuku langsung menyahut "Rawat inap saja dok." 

Gubrakkk...sejatinya, ada dua hal yang saya pikirkan saat itu. Pertama, jarum suntik yang saya takuti sejak kecil, karena dirawat inap, otomatis saya harus diinfus. Tak terbayangkan sebelumnya bagaimana rasanya jarum infus itu akan menancap di tangan.

Dan hal kedua yang saya pikirkan adalah biaya rumah sakit. Maklum saja, rumah sakit tempat saya rawat inap adalah rumah sakit swasta, dengan pelayanan yang bagus, tentu biaya perawatannya juga mahal. Apalagi ini adalah pertama kalinya saya menggunakan JKN-KIS bahkan sampai dirawat inap dan tak punya pengalaman sebelumnya.

Proses Administrasi yang Mudah dan Cepat

Sumber : dokpri
Sumber : dokpri

Karena memilih rawat inap, saya mengurus registrasi lagi ke bagian pendaftaran untuk memilih kamar. Saya menggunakan kartu JKN-KIS dari kantor tempatku bekerja sebagai pegawai swasta, kalau dulu kartu itu bernama kartu Jamsostek. Pelayanan di rumah sakit ini sangat cepat dan profesional. Karyawannya pun ramah. 

Meskipun rumah sakit swasta, tapi mereka tak membeda-bedakan antara pasien yang berobat dengan JKN-KIS dari BPJS Kesehatan ataupun umum. Ada pula karyawan yang khusus menangani bagian BPJS Kesehatan di rumah sakit tersebut. Sehingga prosesnya jadi lebih mudah.

Anggapan miring tentang pelayanan kurang memuaskan bagi pasien peserta JKN-KIS itu tak kurasakan, justru saya merasakan hal yang sebaliknya. Benar-benar pelayanan yang profesional baik dari rumah sakit maupun pemerintah melalui BPJS Kesehatan. Proses administrasi pun tak ribet, saya hanya menyerahkan lagi kartu JKN-KIS, KTP dan KK. Setelah itu tinggal duduk manis menunggu kamar.

Sempat Menjalani Rawat Inap Lebih Lama

Sebelum masuk ke kamar, saya diminta ke UGD dahulu untuk dipasang infus. Untuk pertama kalinya saya merasakan disuntik antibiotik yang rasanya masya allah, mau nangis tapi malu. Dua hari dirawat di rumah sakit keadaanku sudah membaik. 

Sudah mau makan, tak lagi merasakan demam yang tinggi, sudah tidak muntah-muntah, dan ku rasa badanku lebih fresh. Pastinya, ingin cepat pulang ke rumah. Namun saat kunjungan dokter ke kamar pagi itu, harapan ku untuk pulang harus tertunda.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang diambil dari sampel darah tiap pagi menunjukkan bahwa bakteri Salmonella typhi (bakteri penyebab tipes) sudah menjalar ke organ hati. Ada gangguan fungsi hati dimana kadar SGOT dan SGPT melebihi batas normal dari yang seharusnya. Dokter pun sampai kaget melihat hasil SGOT dan SGPT saya sangat tinggi, bahkan di atas 5x dari batas normal.

Karena ada gangguan fungsi hati tersebut, maka saya harus menjalani perawatan lebih lama lagi di rumah sakit. Sembilan hari lamanya saya menjalani rawat inap. Orang tua ku sudah ketar-ketir bagaimana dengan tagihan perawatan di rumah sakit. Bahkan mereka sampai bertanya ke bagian kasir untuk mengetahui jumlah tagihan sementara. Katanya saat itu sudah mencapai 3 juta rupiah lebih.

Kabar baiknya, semakin hari, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil yang semakin baik. Kadar SGOT dan SGPT sudah jauh menurun dan mendekati batas normal. Tepat di hari ke sembilan dirawat, saya pun sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.

Tak hentinya mengucap syukur alhamdulillah setelah menjalani perawatan cukup lama dirumah sakit dengan pelayanan yang baik. Dokter yang ramah, perawat yang cekatan dan ramah, senyum selalu mereka berikan kepada pasien. Dan saya sangat bersyukur bisa mendapatkan pelayanan yang baik dengan menggunakan kartu JKN-KIS tanpa dibeda-bedakan dengan pasien umum. Lewat perantara mereka lah, saya bisa sehat kembali. Alhamdulillah.

Tagihan Perawatan Nol Rupiah

Mbak Ana, perawat yang sering diajak ngobrol oleh ibuku itu datang membawakan surat-surat administrasi yang telah selesai diproses oleh pihak rumah sakit. Tak perlu syarat yang ribet dan kami sangat dimudahkan dengan segala proses administrasinya. Pelayanan yang sangat baik dari rumah sakit maupun BPJS Kesehatan.

Puji syukur alhamdulillah, biaya perawatan di rumah sakit tersebut semuanya ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Saya sama sekali tak mengeluarkan uang sepeserpun. Benar-benar nol rupiah. Tak ada tambahan biaya apapun. Lega sekali rasanya. Kalau dihitung-hitung, mungkin sudah jutaan rupiah yang harus saya keluarkan jika saya tak menjadi peserta JKN-KIS. Terima kasih BPJS Kesehatan, berkatmu biaya rawat inapku nol rupiah dan kini saya sehat kembali.

Mendaftarkan Orang Tua untuk Menjadi Peserta JKN-KIS

Besarnya manfaat keikutsertaan program JKN-KIS benar-benar saya rasakan. Saya lantas teringat kedua orang tua saya. Bagaimana jika mereka harus mengalami sakit parah dan harus dirawat inap, sementara mereka belum mempunyai jaminan kesehatan. 

Sebagai ucapan syukur dan sebagai anak yang peduli pada orang tua, tanpa pikir panjang saya mendaftarkan kedua orang tua saya sebagai peserta JKN-KIS Mandiri. Saya daftarkan mereka di kelas 3 supaya ringan dalam membayar iuran bulanannya.

Saya ingin memperhatikan kedua orang tua saya diusianya yang semakin menua salah satunya dengan menjadi peserta JKN-KIS agar mereka punya jaminan kesehatan. Beberapa waktu lalu pun mereka juga merasakan manfaat menggunakan kartu JKN-KIS tersebut.

Ibu saya sempat jatuh dari motor dan butuh beberapa jahitan di wajah, sementara bapak juga sempat sakit karena ada masalah di lambung-nya. Hal tersebut membuat mereka harus bolak-balik kontrol ke dokter. Memang tak ada yang menginginkan sakit, tapi dengan adanya JKN-KIS mereka bisa berobat secara gratis.

Saya pun juga rutin membayar iuran bulanan BPJS Kesehatan mereka supaya tetap aktif sebagai peserta JKN-KIS. Sementara iuran bulanan JKN-KIS saya sendiri sudah diurus dari kantor. Setidaknya jika tak menggunakan JKN-KIS, maka iuran-iuran tersebut bisa berguna bagi peserta JKN-KIS yang lain. 

Dengan iuran tersebut maka bisa bahu-membahu dan bergotong-royong demi tercapainya pelayanan kesehatan yang merata bagi semua masyarakat. Dengan bergotong-royong semua tertolong.

Sumber : dokpri
Sumber : dokpri
BPJS Kesehatan Terus Melayani Masyarakat di Seluruh Indonesia

Pemerintah mempunyai program JKN-KIS (Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Melalui program JKN-KIS ini, negara hadir untuk memastikan bahwa seluruh penduduk Indonesia terlindungi oleh jaminan kesehatan yang komprehensif, adil dan merata.

Hal tersebut juga sesuai dengan tanggung jawab negara yang tercantum dalam Pasal 34 ayat (3) UUD 1945 berbunyi,"Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak."

BPJS Kesehatan terus berupaya melayani masyarakat di seluruh penjuru Indonesia untuk mencapai tujuan yang mulia yakni Universal Health Coverage. Inovasi terus dikembangkan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya memiliki jaminan kesehatan.

Jika masyarakat memiliki jaminan kesehatan maka setidaknya akan menjamin kesejahteraan bagi banyak keluarga, sebab dengan kesehatan yang terjamin dan terpelihara, maka masyarakat dapat memilihara kondisi ekonominya.

Dilansir dari iklan layanan BPJS Kesehatan, sepanjang 4 tahun program JKN-KIS berjalan sudah lebih dari 92 juta kartu indonesia sehat yang dibagikan pemerintah kepada rakyat miskin dan tidak mampu. Roda program JKN-KIS pun terus berputar guna mengalirkan manfaat bagi penduduk indonesia. Kini akses pelayanan kesehatan tidak lagi terbatas. 

Dengan JKN-KIS rakyat bebas dari kekhawatiran akan mahalnya biaya kesehatan. Bersama BPJS Kesehatan, melayani sepenuh hati mengabdi untuk negeri.

Referensi :
www.bpjs-kesehatan.go.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun