Mohon tunggu...
Dwita HumairohRupansa
Dwita HumairohRupansa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang, di halaman saya. Semoga kalian menyukai tulisan saya

Saya wanita berumur 20 tahun, saat ini saya sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Nasional.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Kekerasan yang Terjadi pada Ade Armando

7 Mei 2022   14:00 Diperbarui: 7 Mei 2022   14:01 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Propaganda dan Opini Publik

Kekerasan Terhadap Ade Armando

___

Dwita Humairoh Rupansa

Kekerasan terhadap salah satu dosen tetap Universitas Indonesia yaitu, Ade Armando. Diketahui beliau, dikeroyok massa saat mengikuti aksi demonstrasi yang berlangsung di depan gedung DPR pada hari Senin 11 April 2022. 

SIAPA ADE ARMANDO?

Sebelum masuk ke kronologi nya, ada baik nya kita mengenal siapa Ade Armando. Ade Armando dikenal sebagai pakar komunikasi, lahir di Jakarta 24 September 1961. Dia mengajar di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI). Sebelumnya, nama Ade Armando cukup akrab terseret kontroversi akibat konten-kontennya di media sosial. Ia pernah menuliskan di akun Facebook nya pada 2017 silam

 "Allah kan bukan kan bukan orang Arab. Tentu Allah senang kalau ayat-ayatnya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, Cina, Hiphop, Blues," 

Karena unggahan tersebut ia dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Ia pun ditetapkan sebagai tersangka sejak 2017 atas dugaan pelanggaran UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Namun, hingga lima tahun kasus tersebut mandek. 

Pada tahun yang sama, ia juga pernah mengunggah foto Ketua FPI, Rizieq Shihab, bersama beberapa ulama yang mengenakan topi khas Santa Claus. Ada pula cuitan 'azan tak suci' yang turut menjadi perbincangan publik. Karena itulah, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI tersebut kerap mendapat panggilan polisi. 

KRONOLOGI PENGEROYOKAN

Sebelum pengeroyokan terjadi, Ade Armando sempat diwawancarai wartawan. Ade mengaku dia tidak ingin mengikuti aksi demonstrasi tersebut, Tujuannya saat itu adalah memantau dan menyatakan turut mendukung aspirasi tolak perpanjangan masa jabatan presiden. Adapun Ade menambahkan ingin memberikan dukungan moril gerakan BEM SI. 

"Saya tidak ikut demo. Tetapi saya memantau dan saya ingin menyatakan dukungan, tetapi saya dengar BEM SI pecah," kata Ade Armando sebelum massa berkumpul di depan gedung DPR RI, dikutip dari Bisnis.com. 

Dilihat dari pantauan media, Ade Armando sempat beradu mulut dengan sekelompok orang ditambah dengan suara teriakan "bunuh Ade Armando". Disaat itulah terlihat sejumlah massa mengenakan baju berwarna hitam mulai melempari gedung DPR/MPR dengan batu dan kayu. Tak lama kemudian, Ade juga mulai dipukuli oleh massa yang diperkirakan sejumlah 30 orang dengan kayu hingga batu. Bajunya pun dilucuti hingga tersisa pakaian dalam dan kaos nya saja

Dari pengeroyokan tersebut Ade Armando mengalami pendarahan otak. Beliau, dibawa ke rumah sakit Siloam, Jakarta Selatan sekitar jam sepuluh malam 

Saya langsung nemenin beliau (Ade) ketika dokternya itu menjelaskan. Hasil CT scan tadi malam, itu menunjukkan Bang Ade pendarahan di otak belakangnya, jadi itu memanjang," kata sahabat Ade Armando, Nong Darol Mahmada, saat ditemui di RS Siloam, Selasa (12/4/2022) dikutip dari Detik. 

Dapat dilihat dari rekam jejak Ade Armando, banyak masyarakat yang kurang menyukai cara menyampaikan pendapatnya. Di media sosial Ade Armando kerap membuat kontroversi masalah agama dan menyerang kelompok lain yang berseberangan pandangan dengannya. Seolah kebal hukum, Ade Armando kerap beberapa kali dilaporkan ke polisi, tapi sampai sekarang tidak pernah jelas kelanjutannya. 

Tindak pengeroyokan yang terjadi kepada Ade Armando harus dilihat secara lebih masuk akal semua ini berawal dari tulisannya yang diunggah di sosial medianya. kekerasan wacana sebenarnya lebih berbahaya karena berpotensi memecah belah bangsa juga melukai hati banyak orang. Bagi yang dekat dengan kekuasaan barangkali merasa aman bicara apa saja. Akan tetapi, kesabaran publik tentu ada batasnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun