Dengan mempunyai banyak informasi kita semakin kaya akan pengetahuan dan tidak mudah ditipu, selain itu juga dengan cara mengikuti protokol kesehatan pandemi yang telah ada, memperkaya kegiatan beribadah, itu semua juga merupakan perwujudan dari hasil kritisme kita terhadap tanda (ayat-ayat) yang sifatnya kontekstual.
Baca juga : Gorengan BIN: Generasi Milenial Terpapar Terorisme karena Tidak Berpikir Kritis
Pemahaman inilah yang harus dipahami masyarakat. Masyarakat yang kritis mampu mewujudkan suasana yang aman, nyamai dan damai (masyarakat madani). Bukankah islam telah memerintahkan kita untuk berfikir kritis, bahkan sampai pada tahap merenung ?.
Untuk peran masyarakat yang kritis sangat di butuhkan di era pandemi serakarang ini. Di masa pandemi ini, kita dituntut untuk keras untuk mampu memahami masalah yang saat ini sedang dialami yang mampu memunculkan perspektif baru.
Dengan kemampuan mengkoneksikan satu informasi dengan informasi lainnya dan dapat menemukan solusi yang tepat untuk memulai "kehidupan baru" yang bisa disebut Problem Solving, yaitu pemecahan masalah atau solusi dari masalah yang  sedang terjadi belakangan ini.Â
Selain itu kita harus mampu mengembangkan gagasan baru dan memiliki sikap responsive, terhadap situasi sekarang ini dan dapat menerima secara terbuka terhadap perspektif yang baru dan berbeda karena adanya pandemi ini. Hemat saya kritis disini bukan asal kritis, tetapi berfikir disini adalah kritis yang positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H