Baru saja aku hendak melangkah suara Bian terdengar. Aku otomatis memutar tubuh ku kembali dan saat ini mata ku dengan mata Bian saling tatap.Â
"Hm?" aku bingung dengan maksud Bian.Â
"Sampai kapan lu mau menghindar dari gue?" tanya Bian. Sekarang aku mengerti akan ucapan Bian.Â
"Bian, plis. Kita udah ngebahas ini sebelum nya," ucap ku.Â
"Yaudah oke, gue kemaren cuma mengutarakan perasaan gue doang sama lu. Gue ga maksa lu buat jadi pacar gue, terus kenapa lu malah menghindar dari gue?" ucap Bian.Â
Aku terdiam, aku tidak tahu mau menjawab apa. Aku dan Bian baru berteman beberapa bulan ini akan tetapi kemaren Bian mengatakan kalau dia menyukai ku. Tentu saja aku menolak Bian, karena sudah jelas aku mencintai Gavin, sebenarnya bukan itu saja alasan aku menolak Bian. Bian itu terkenal badboy, aku takut kalau laki-laki itu hanya mempermainkan perasaan ku saja.Â
Alasan aku mengindari Bian, karena aku malu untuk bertemu dengan laki-laki itu setelah menolak cinta nya kemaren. Karena selama berteman dengan Bian, aku selalu menceritakan soal Gavin. Soal mencintai Gavin, aku tidak menduga kalau ternyata Bian menyukai ku.
"Kita masih bisa berteman, Fa. Gue gak akan marah sama lu soal kemaren," ucap Bian.Â
"B-bukan gitu Bian," ucap ku terbata-bata.Â
"Terus apa, apa alesan lu menghindari gue?" tanya Bian. "Kalau lu, emang merasa gak enak soal kemaren santai aja. Gue akan nungguin lu, sampai lu yakin sama gue,"Â
"Lu mau ke kantin kan?" karena melihat Farah yang tak kunjung menjawab akhirnya Bian bertanya. Aku mengangguk kecil.Â