Matahari dan BulanÂ
By. Dwiroso
Ketika malam belum larut
Aku tengadakan kepala
Memandangi hamparan langit hitam
Bertabur bintang
Berkerlapan
Alam berbaur dalam gugus semesta
Jutaan bola mengumpul dalam lingkungannyaÂ
Udara malam
Menggigit nadi
Tuhan,Â
Kau hamparkan angkasa raya
Dan masing-masing tak sia-sia Kau ciptakan
Hanya keterbatasan hamba
Yang menalar bahwa bumi satu-satunya
Tempat hidup hamba
Sungguh diluar sana
Hamba tergagap untuk sanggup memahami seberapa besar nilai guna benda-benda itu sehingga harus Kau ciptakan
Hamba hanya debu di belantara raya
Hamba hanya simbol ketidak berdayaan di jagat maha karyaMu
Ketidakberdayaan semakin nampak dari kesombongan hamba
Yang selalu merasa paling benar dan berkuasa
Sikap tidak sungguh-sungguh dalam mengkaji samudera ilmuMU
Membuat hamba melupakan bahwa Engkau sangat mampu melenyapkan raga dan jiwa hamba dalam sekejap
Seperti debu yang menempel pada benda lalu kita tiup atau kita sapu dalam hitungan detik musnah..
Itulah perumpamaan hamba jika Kau menghendaki
Hamba ceroboh dengan pikiran ini
Hamba menganggap Kau terlalu berlebihan dalam mencipta
Padahal seandainya di alam ini hanya ada bumi dan kita
Maka sesungguhnya ia tak akan bisa beredar
dan kita pun tak mungkin ada di atasnya
adanya benda-benda langit lain di antara bumi
planet-planet
lalu bergabung menjadi galaxy
menjadi irisan dari tata surya
adalah bagian dari hukum keseimbanganÂ
yang saling menyeimbangkan gerak orbit antara satu benda langit dengan benda langit lainnya
sehingga tidak saling tabrakÂ
Matahari yang berpijar
tak membuat benda-benda didekatnya terbakar
karena jarak yang telah di atur oleh Tuhan
dan pancaran energi panasnya
menghidupi seluruh makhluk dibumi
Â
Matahari adalah pelajaran untuk mendidik kita
renungi keberadaannya...
kita adalah matahariÂ
apabila yang kita pancarkan mempunyai daya guna bagi kehidupan sesama dan lingkungan
Apa yang kita miliki
ilmu kita
akhlak kita
pengalaman kita
jabatan kita
harta
apabila sanggup menjadi energi bagi keberlangsungan keadilan, keharmonisan, kemakmuran hidup bersama
maka,
sesungguhnya itulah matahari
dan apabila telah berbagi, maka sinarnya akan menjadi rahmat bagi yang masih terkelamkan
itulah mereka yang di umpamakan bulan yang gelap
dan kenyataannya matahari tidak egois
ia membagi cahayanya kebulan
lalu cahaya itu dipantulkan kembali kebumi
hingga bulan yang gelap itu pada akhirnya seperti bercahaya,
membuat malam menjadi indah dengan hadirnya bulan dengan purnamanya
apakah kita sanggup menjadi matahari
yang berbagi cahaya dengan bulan
sehingga bulan menjadi memiliki keindahan
bukan semata benda langit yang gelap
atau kita hanya seperti benda-benda langit yang berada di ribuan tahun kecepatan cahaya
yang seolah tak nampak nilai gunanya
karena kita telah membiarkan kekayaan dalam diri dan otak kita
tidur dan mendengkur...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H