Mohon tunggu...
dwiramadhani
dwiramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi memancing

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gangguan Mental Politisi dan Dampaknya Terhadap Demokrasi di Indonesia

9 Januari 2025   02:08 Diperbarui: 9 Januari 2025   02:08 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik adalah arena yang penuh dengan intrik, ambisi, dan ketegangan. Dalam konteks ini, kesehatan mental para politisi sering kali terabaikan, padahal kondisi psikologis mereka dapat memengaruhi keputusan yang diambil dan dampaknya terhadap masyarakat. Kasus-kasus gangguan mental di kalangan politisi bukanlah hal baru; mereka mencerminkan realitas yang lebih besar tentang bagaimana tekanan politik dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental. Dalam opini ini, kita akan membahas beberapa fakta mengenai gangguan mental di kalangan politisi, memaparkan beberapa kasus nyata, serta menganalisis efek dari fenomena ini terhadap demokrasi di Indonesia.

Fakta tentang Gangguan Mental di Kalangan Politisi

Statistik dan Penelitian

Berdasarkan penelitian, politisi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan mental dibandingkan dengan populasi umum. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Political Psychology, sekitar 40% politisi mengalami gejala depresi atau kecemasan yang signifikan selama masa jabatan mereka. Hal ini disebabkan oleh tekanan yang luar biasa yang mereka hadapi dalam menjalankan tugas mereka. Politisi sering harus menghadapi kritik publik, tuntutan pemilih, dan tekanan dari partai politik mereka sendiri.

Jenis Gangguan Mental

Beberapa jenis gangguan mental yang umum terjadi di kalangan politisi meliputi:

Depresi: Politisi sering mengalami depresi akibat tekanan emosional dari tanggung jawab yang besar dan harapan tinggi dari masyarakat.

Kecemasan: Kecemasan dapat muncul dari ketidakpastian politik, seperti hasil pemilihan umum atau kebijakan yang akan diambil.

Gangguan Bipolar: Beberapa politisi mungkin mengalami fluktuasi mood yang ekstrem, yang dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk membuat keputusan rasional.

Narsisme: Beberapa politisi menunjukkan ciri-ciri narsisme, yang dapat mengarah pada perilaku egois dan kurangnya empati terhadap orang lain.

Post-Election Stress Disorder (PESD)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun