Mohon tunggu...
Dwi Nur Rachmawati
Dwi Nur Rachmawati Mohon Tunggu... Lainnya - enthusiasts with self and society

enthusiasts with self and society

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Lho Sisi Baiknya Jadi Orang yang Pesimis

7 Oktober 2020   16:10 Diperbarui: 7 Oktober 2020   16:14 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Self - Saya mengenal makna pesimis ya, akhir-akhir ini. Selama ini. Bahkan sejak dahulu saya ingin selalu menanamkan pemikiran saya, bahwa, saya harus selalu yakin akan suatu hasil yang baik-baik saja. 

Menurut saya, sikap optimis yang sudah saya tanamkan di diri saya dari saya kecil hingga sekarang, malah justru menekan saya dan membuat pola pikir saya tidak berkembang terutama terkait dengan pengambilan keputusan-keputusan. 

Tidak jarang saya mendengar ungkapan berupa dorongan yang berbunyi seperti ini "KAMU PASTI BISA!!" mungkin sebagaian orang akan menjawab "PASTI!" atau bahkan mungkin menjawab "TAU DARI MANA SAYA BISA?". 

Ya, saya tidak mau menekan diri saya untuk tetap berpikir baik-baik saja yang malah justru disatu sisi ini akan memberikan kerugian bagi saya, gimana kalo pertanyaannya di balik ? Bagaimana kita bisa berpikir yang hal-hal buruk tapi, bisa jadi ini akan membuat kita lebih baik nantinya ?

Saya melihat bahwa optimisme yang saya tanamkan selama ini adalah, saya harus yakin akan harapan saya untuk menghasilkan sesuatu yang baik, tanpa mengendalikan tindakan-tindakan apa yang harus saya lakukan jika, apa yang saya harapkan tidak sesuai dengan proyeksi atau bahkan ekspetasi saya. 

Jika berpikir harapan, ini cukup menyinggung tentang masa depan, masa depan itu biasanya terkait dengan target, capaian, tujuan atas harapan yang kita pikirkan dari sekarang.

 Namun,  menurut sebuah penelitian tentang studi psikologi, pesimisme ini justru mungkin akan memberikan manfaat. Pesimisme diartikan bukan hanya tentang berpikir hal-hal yang negatif. 

Ada bentuk pesimisme yang menurut saya menarik yaitu, tentang Pesimisme Defensif, yang dalam ilmu psikologi ini bisa membawa pemikiran negatif ini ketingkat yang baru dan bahkan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. 

Peneliti mengungkapkan bahwa pesimisme defensif ini adalah bagian dari strategi orang-orang yang mengalami cemas untuk membantu mereka dalam mengelola kecemasannya. Hal yang paling ditekankan adalah "Bagaimana mereka bisa menentukan ekspetasi rendah atas suatu hasil dari rencana atau situasi tertentu".

Fuschia Sirois seorang peneliti dari University of Sheffield dari Departemen Psikologi memberikan ilustrasi,yaitu seseorang yang memiliki pola pemikiran pesimis defensif, saat wawancara kerja,  ia akan melihat kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi saat wawancara sehingga ia  akan berlatih sampai wawancara sesungguhnya dimulai. 

Bukan menyalahkan optimisme, namun sisi lain pesimisme ini bisa dijadikan bahan untuk berpikir bahwa, ketika kita berada disituasi tertentu, misalnya  ibaratkan menunggu hasil ujian atau wawancara, orang yang optimis mereka menerima pukulan lebih besar dan kekecewaan yang lebih besar, dan dampaknya berpengaruh terhadap suasana jiwa yang lebih buruk dibandingkan dengan pesimisme secara umum. 

Disini juga Fuschia Sirois, juga memberikan sisi baik pesimisme jika dilihat dari segi kesehatan, Ia memberikan gambaran mengenai tindakan orang yang memiliki strategi pesimis defensif dalam pencegahan wabah penyakit menular, ia mengambarkan bahwa orang yang punya tindakan pesimis defensif akan lebih sering mencucui tangan dan tindakan pencegahan lainnya, karena mereka akan lebih khawatir jatuh sakit selama wabah.

(BUNTE.de)
(BUNTE.de)

"Orang menetapkan ekspektasi rendah yang tidak realistis sebelum memasuki situasi untuk mempersiapkan diri mereka sendiri untuk potensi kegagalan dan untuk memotivasi diri mereka sendiri untuk bekerja keras untuk menghindari kegagalan itu" (Norem & Cantor, 1986). 

Ya.. Pesimisme Desensif membayangkan bagaimana jika skenario ini akan menghasilkan hal-hal yang negatif, hal ini akan mentrigger diri untuk bekerja lebih baik, dan bahkan memotiviasi diri untuk tampil lebih baik. 

Sama halnya dengan pandangan, Frieder R. Lang, PhD dari Universitas Erlangen-Nuremberg di Jerman dalam Jurnalnya tentang Psychology and Aging  dimana orang tua yang punya tingkat harapan terhadap masa depan yan rendah mereka cenderung akan mendorong masa depannya untuk lebih berhati-hati melalui tindakan mereka, misalnya terkait dengan kesehatan mereka. Frieder R. Lang, PhD  juga menilai tingkat optimisme dan pesimisme masa depan ini juga tergantung dari usia dan sumber daya.

in the end, Gagasan pesimisme defensif menekankan bahwa, pesimis jenis ini membuat mereka lebih berpikir tentang peristiwa masa depan yang mungkin berjalan tidak baik-baik saja, sehingga mereka mampu mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan buruk terjadi.  

Mereka akan menaruh ekspetasi yang rendah, sehingga bisa meminimalisir kekecewaan yang berlebih. Namun, pesimisme dalam bentuk lain yang menimbulkan  kekesalan terhdap diri sendiri atau bahkan menyalahkan diri sendiri atas hal negatif ini. 

Ini bukan soal yakin atau tidak yakin atas ekspetasi dan bukan benar atau salahnya menjadi orang yang pesimis, namun berpikir tentang kemungkinan buruk ini bisa jadi strategi mereka untuk mengambil tindakan yang dibutuhkan atas ekspetasi negatif mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun