Bukan menyalahkan optimisme, namun sisi lain pesimisme ini bisa dijadikan bahan untuk berpikir bahwa, ketika kita berada disituasi tertentu, misalnya  ibaratkan menunggu hasil ujian atau wawancara, orang yang optimis mereka menerima pukulan lebih besar dan kekecewaan yang lebih besar, dan dampaknya berpengaruh terhadap suasana jiwa yang lebih buruk dibandingkan dengan pesimisme secara umum.Â
Disini juga Fuschia Sirois, juga memberikan sisi baik pesimisme jika dilihat dari segi kesehatan, Ia memberikan gambaran mengenai tindakan orang yang memiliki strategi pesimis defensif dalam pencegahan wabah penyakit menular, ia mengambarkan bahwa orang yang punya tindakan pesimis defensif akan lebih sering mencucui tangan dan tindakan pencegahan lainnya, karena mereka akan lebih khawatir jatuh sakit selama wabah.
"Orang menetapkan ekspektasi rendah yang tidak realistis sebelum memasuki situasi untuk mempersiapkan diri mereka sendiri untuk potensi kegagalan dan untuk memotivasi diri mereka sendiri untuk bekerja keras untuk menghindari kegagalan itu" (Norem & Cantor, 1986).Â
Ya.. Pesimisme Desensif membayangkan bagaimana jika skenario ini akan menghasilkan hal-hal yang negatif, hal ini akan mentrigger diri untuk bekerja lebih baik, dan bahkan memotiviasi diri untuk tampil lebih baik.Â
Sama halnya dengan pandangan, Frieder R. Lang, PhD dari Universitas Erlangen-Nuremberg di Jerman dalam Jurnalnya tentang Psychology and Aging  dimana orang tua yang punya tingkat harapan terhadap masa depan yan rendah mereka cenderung akan mendorong masa depannya untuk lebih berhati-hati melalui tindakan mereka, misalnya terkait dengan kesehatan mereka. Frieder R. Lang, PhD  juga menilai tingkat optimisme dan pesimisme masa depan ini juga tergantung dari usia dan sumber daya.
in the end, Gagasan pesimisme defensif menekankan bahwa, pesimis jenis ini membuat mereka lebih berpikir tentang peristiwa masa depan yang mungkin berjalan tidak baik-baik saja, sehingga mereka mampu mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan buruk terjadi. Â
Mereka akan menaruh ekspetasi yang rendah, sehingga bisa meminimalisir kekecewaan yang berlebih. Namun, pesimisme dalam bentuk lain yang menimbulkan  kekesalan terhdap diri sendiri atau bahkan menyalahkan diri sendiri atas hal negatif ini.Â
Ini bukan soal yakin atau tidak yakin atas ekspetasi dan bukan benar atau salahnya menjadi orang yang pesimis, namun berpikir tentang kemungkinan buruk ini bisa jadi strategi mereka untuk mengambil tindakan yang dibutuhkan atas ekspetasi negatif mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H