Mohon tunggu...
Dwinita Ratnasari
Dwinita Ratnasari Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Gembel tapi Hidup

menyukai fotografi dan tertarik dengan ilmu sosial dan seni budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Transformasi Gauk, Sirine Tua di Plengkung Gading

13 November 2019   13:11 Diperbarui: 16 November 2019   18:32 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu gauk yang terdapat di Pelengkung Gading, Yogyakarta|Dokumentasi pribadi

Selain itu karena alat sudah sangat tua kemungkinan adanya kerusakan sangatlah tinggi perlu juga diadakan pembersihan alat secara rutin. 

Jika perlu diagendakan untuk mendatangkan teknisi dan melakukan pembersihan komponen-komponen yang ada. Pembersihan tidak hanya di dalam, tetapi diluar juga agar terlihat indah dan bersih.

Membicarakan tentang gauk atau sirine tua ini tidak terlepas juga dengan bunyi yang dikeluarkannya.

Bunyi dari sirine tua ini memiliki karakter yang seram dan dibunyikan dari level suara yang pelan hingga sangat kencang.

Pertama kali fungsi sirine tua ini digunakan untuk mengingatkan masyarakat jika terjadi bahaya yang akan datang. Maka dari itu secara psikologis bunyi ini membuat masyarakat kaget, takut, dan panik. 

Jika bunyi sirine tua tersebut diterapkan pada era sekarang, bunyi tersebut tidak sesuai dengan kondisi lingkungan dan fungsinya. Jadi alangkah baiknya bunyi tersebut kini dikumandangkan sebagai gambaran rasa nasionalis yang membuat semua orang bisa menerima dan mengingat peringatan hari tersebut.

Secara fisik, untuk pelestarian gauk juga perlu dapat perhatian. Ketika wisatawan datang mengunjungi atau menaiki Plengkung Gading, mereka cenderung menikmati atau mendapatkan informasi mengenai bangunan Plengkung Gading saja. 

Tidak banyak orang mengenal gauk atau sirine tua yang ada di Plengkung Gading. Maka dari itu perlu pelestarian dalam bentuk informasi dari gauk itu sendiri. Semisal papan informasi dimana menjelaskan gauk tersebut dalam sejarah dan fungsinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun