Mohon tunggu...
Dwi Meilani Hasmiyatni
Dwi Meilani Hasmiyatni Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi AntarMateri Modul 3.1 Pengambilan Keputusan yang Bertanggung jawab

1 Mei 2023   03:20 Diperbarui: 1 Mei 2023   05:17 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi: 

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi: 

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh 

Dwi Meilani Hasmiyatni, S.Pd.

Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik.  Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu  itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik.  Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid? (Nadiem Makarim, 2020)

       Salah satu peran yang tak kalah penting dari seorang pemimpin pembelajaran adalah mengambil sebuah keputusan. Dalam mengambil sebuah keputusan tersebut tentunya seorang pemimpin pembelajaran haruslah bijak karena keputusan yang diambil menentukan arah dan tujuan suatu institusi atau lembaga serta menunjukkan nilai-nilai atau integritas dari institusi tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh kepada mutu pendidikan yang didapatkan murid-murid.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Ki Hajar Dewantara yang kita kenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.Banyak pemikiran-pemikiran beliau tentang pendidikan yang diadaptasi oleh sistem pendidikan Indonesia, salah satunya merdeka belajar dan semboyan pendidikan dalam menuntun melalui sistem "Among" melalui pratap trilokanya. Pratap triloka ini merupakan paradigma yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. 

       Menurut filosofi Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan bahwa mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani. dalam proses memanusiakan manusia tersebut maka tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada murid-murid, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pendidik  hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada murid agar dapat memperbaiki lakunya dan tumbuhnya kekuatan kodrat murid sesuai dengan kodrat keadaan dan kodrat zaman dari murid itu sendiri. 

Dalam menuntun segala kodratnya itu sendiri, Ki Hajar Dewantara memiliki semboyan yang sangat terkenal hingga sekarang. Semboyan itu dikenal dengan Patrap Triloka yang memiliki unsur-unsur (dalam bahasa Jawa) yaitu: Ing ngarsa sung tuladha (yang di depan memberi teladan/contoh) Ing madya mangun karsa (di tengah membangun prakarsa/semangat) Tut wuri handayani (dari belakang mendukung).

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka tersebut memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan tentunya keputusan yang diambil harus mampu memberikan teladan/contoh, membangun semangat dan memberikan dukungan untuk bawahannya.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Sebagai seorang pemimpin yang menuntun (among) tentunya harus mampu menginternalisasi nilai-nilai kebajikan yang ada dalam dirinya dalam sikap dan perbuatannya karena nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak yang luar biasa pada lingkungan sekitar kita. Untuk dapat mengambil keputusan yang bijak yang dapat dipertanggungjawabkan tentunya keputusan yang akan diambil harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang harus dilaksanakan dalam pengambilan dan pengujian keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga keputusan bisa dipertanggungjawabkan. 

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Nilai yang sudah tertanam tersebut dapat mempengaruhi terhadap keputusan yang akan kita ambil dalam penyelesaian suatu masalah. Sebagai orangtua dan guru hendaklah menanamkan nilai-nilai kebajikan universal yang akan terus bermanfaat bagi putra-putri kita. Nilai-nilai kebajikan universal yang tertanam dalam diri kita akan mempengaruhi kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Suatu contoh, jika anak sering diajarkan bagaimana cara menyenangkan orang banyak, maka dalam mengambil keputusan berpikir berbasis hasil akhir. Kalau sejak kecil sudah diajarkan menaati peraturan yang ada, maka cara berpikir kita akan berbasis peraturan. Dan apabila sejak kecil kita sudah diajarkan tentang empati, maka prinsip pengambilan keputusan kita lebih diajarkan tentang empati, maka prinsip pengambilan keputusan kita lebih besar akan berpikir berbasis rasa peduli.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Kegiatan coaching adalah keterampilan yang sangat penting yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin karena melalui coaching dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching terjadi hubungan yang kesetaraan yang memberdayakan coachenya. Dengan menggunakan pertanyaan-pertannyaan yang mengalir dengan alur TIRTA, fokus, kehadiran penuh dan mendengarkan secara aktif kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. 

Konsep coaching TIRTA itu sendiri sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Kegiatan pengambilan keputusan berkaitan erat dengan kegiatan coaching yang diberikan pendamping ataupun fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita. Terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil, di mana dengan coaching kita dapat menuntun seseorang untuk menemukan solusi terbaik dari segala masalah mereka. 

Dengan banyak mendengarkan dan menjadi coach bagi murid ataupun rekan sejawat, kita dapat menerapkan paradigma, prinsip, dan langkah-langkah dalam pengambilan dan pengujian suatu keputusan. Namun segala keputusan tetap kita serahkan kepada murid tersebut. Itulah bedanya dengan konselor ataupun mentor. Pengambilan keputusan yang diambil berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pasti akan lebih efektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Apabila dalam pengambilan keputusan masih terdapat keragu-raguan, maka untuk mempertimbangkan pengambilan keputusan tersebut bisa dibantu dengan sesi coaching. Rekan sejawat ataupun murid yang bermasalah dapat menceritakan secara jelas dan dapat kita bantu serta tuntun mereka untuk menemukan keputusan terbaik dari masalah mereka.

Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi melaui teknik 'coaching' dengan menggunakan pendekatan alur TIRTA.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika. Dengan kematangan aspek sosial emosional, seorang guru dapat mengambil keputusan yang bijak dan dapat dipertanggungjawabkan. 

Melalui pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, keputusan yang akan diambil diuji terlebih dahulu pada sembilan langkah pengambilan keputusan hingga pada lihat lagi keputusan dan refleksikan. 

Oleh karena itu, perlu kematangan sosial emosional untuk memikirkan kembali apakah keputusan yang kita ambil itu sudah tepat atau belum. Dengan merefleksikan dan bertanya kepada diri sendiri tentang keputusan yang diambil itu akan lebih membantu membuat keputusan yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan efektif.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik dimana dalam kasus keseharian, kasus dianalisis terlebih dahulu apakah itu merupakan dilema etika ataukah itu adalah bujukan moral. Dilema etika merupakan situasi dimana kita dihadapkan pada hal benar lawan benar, namun saling bertentangan. Sedangkan bujukan moral adalah situasi di mana kita dihadapkan dengan dua hal yang benar melawan salah. Seorang pendidik yang mempunyai nilai-nilai kebajikan universal yang tertanam baik dalam diri mereka dalam mengambil keputusan akan mengedepankan kepentingan murid. Serta patuh dan taat pada peraturan yang berlaku sesuai dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Jika ada studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika maka sebagai seorang pendidik dapat menerapkan paradigma mana yang sesuai dengan masalah tersebut serta prinsip mana yang akan diambil dalam pengambilan keputusan.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik tentunya harus berdasar pada prinsip, paradigma dan langkah pengambilan keputusan agar kita dapat secara bijak menyikapi pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Dalam pengambilan keputusan terdapat 4 paradigma dilema etika yang dapat digunakan yaitu paradigma individu lawan masyarakat, paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan, paradigma kebenaran lawan kesetiaan, dan paradigma jangka pendek lawan jangka panjang. Dalam pengambilan keputusan, kita mengenal ada tiga prinsip yang dapat kita ambil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri kita. Misalnya, guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Dan guru yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).

Terdapat 9 langkah yang ditempuh dalam pengambilan dan pengujian keputusan meliputi; 1) mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 3) mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, 4) pengujian benar atau salah, 5) pengujian paradigma benar lawan benar, 6) melakukan prinsip resolusi, 7) investigasi opsi trilema, 8) buat keputusan, 9) lihat lagi keputusan dan refleksikan. Langkah-langkah ini adalah sebuah panduan, artinya bukan sebuah metode yang kaku dalam penerapannya. Keberhasilan dalam pengambilan keputusan perlu diasah sehingga kita bisa memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab berdasar nilai-nilai kebajikan yang sudah terinternalisasi di dalam diri.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat agar berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman maka seorang pemimpin harus mampu menuntun (bukan menuntut) dengan menginternalisasi nilai-nilai kebajikan yang ada dalam dirinya yang muncul dapat memberikan contoh/teladan, semangat dan dorongan. Melalui pendekatan coaching alur TIRTA pemimpin harus mampu menggali pertanyaan yang mampu memberdayakan coachenya. Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pun harus  memperhatikan prinsip, paradigma dan langkah pengambilan keputusan agar berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang muncul di lingkungan sekitar untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika adalah sering terjadi perbedaan pandangan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan, dan sering dalam pengambilan keputusan tersebut , kita tidak mempunyai pilihan yang lain karena aturan yang ada pada pimpinan/ sekolah, adanya nilai-nilai kesetiakawanan yang masih kental dalam budaya di lingkungan menimbulkan rasa kasihan lebih dominan dan terburu-buru dalam pengambilan keputusan bahkan terkadang sering pula mengandung unsur politisasi. 

Terkait dengan tantangan yang muncul tersebut, tentunya perlu ada kesamaan visi dan misi dalam membangun tujuan bersama agar keputusan akhir disepakati dan dipertanggungjawabkan bersama sejalan dengan nili-nilai kebajikan yang sejalan dan sama-sama diyakini bersama.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita akan berdampak pada tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid. Untuk dapat mewujudkan memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda sehingga terwujud pembelajaran yang berpihak pada murid maka seorang pemimpin pembelajaran dalam praktiknya di ruang kelas harus mengimplementasikan pembelajaran yang berdiferensiasi dengan menerapkan kompetensi sosial dan emosional pada muridnya dalam kegiatan pembelajaran. Pada akhirnya murid pun dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan dalam belajar sesuai dengan potensinya masing-masing sehingga keputusan yang kita ambil tidak akan merusak tatanan potensi diri mereka masing-masing.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Oleh karena itu, untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar-benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah pembelajaran yang kita lakukan harus memperhatikan kodrat zaman dan keadaan murid. Kita tidak bisa menuntut murid untuk menjadi apa yang kita mau. Peran kita adalah menuntun (among) dengan semboyan ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Kita sebagai pendidik harus mampu memunculkan peran dan nilai yang dapat memberikan contoh, semangat dan dorongan pada murid agar murid tercapai keselamatan dan kebahagiaan sejati murid-muridnya.

Selanjutnya visi dan misi yang kita buat dan miliki pun harus berbasis pada kekuatan berpihak pada potensi murid. Kita pun harus mampu menerapkan profil pelajar pancasila pada diri murid, budaya positif di sekolah (semisal dengan perubahan mindset menuju stimulus respons, keyakinan kelas, penerapan segitiga restitusi) praktik pembelajaran yang berpihak pada murid untuk memenuhi kebutuhan murid dengan mempertimbangkan pula sosial dan emosional murid.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita pun harus terampil dalam mempraktikan teknik coaching untuk memberdayakan potensi coachenya selanjutnya dalam mengambil keputusan yang terkait dengan dilema etika dan atau bujukan moral, maka sebagai seorang pemimpin, dengan berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang diyakininya perlu juga memperhatikan paradigma, prinsip dan langkah-langkah pengambilan keputusan yang bijak.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman tentang konsep-konsep yang telah dipelajari di modul pengambilan keputusan yang bertanggung jawab berdasarkan nilai kebajikan yang diyakini ini memunculkan konsep baru dalam menghadapi dilema etika dan bujukan moral dengan menggunakan pendekatan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Dalam pengambilan keputusan terdapat 4 paradigma dilema etika yang dapat digunakan yaitu paradigma individu lawan masyarakat, paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan, paradigma kebenaran lawan kesetiaan, dan paradigma jangka pendek lawan jangka panjang. Tiga prinsip yang dapat kita ambil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri kita. Misalnya, guru yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan guru yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Dan guru yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).

Terdapat 9 langkah yang ditempuh dalam pengambilan dan pengujian keputusan meliputi; 1) mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, 3) mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, 4) pengujian benar atau salah, 5) pengujian paradigma benar lawan benar, 6) melakukan prinsip resolusi, 7) investigasi opsi trilema, 8) buat keputusan, 9) lihat lagi keputusan dan refleksikan. 

Hal-hal tersebut tentunya di luar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak. Disamping itu secara personal, dalam pengambilan keputusan diperlukan satu sikap keberanian dengan segala konsekuensinya.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum berselancar memelajari modul ini pengambilan keputusan yang diambil sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema lakukan hanya sebatas pada pemikiran didukung dengan beberapa pertimbangan. Sebelumnya keputusan yang diambil dianggap selesai bila sudah sesuai aturan dan tidak berdampak merugikan banyak orang. 

Dengan memelajari modul ini pengetahuan pun bertambah bahkan telah mempraktikkan, bagaimana cara pengambilan keputusan yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang tak lepas dari paradigma dan prinsip-prinsip yang ada.

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak mempelajari konsep ini ada perubahan apa yang terjadi dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini adalah mengubah mindset.  Sebelumnya yang terpikir bahwa pengambilan keputusan yang telah didasarkan regulasi dan sosial saja sudah cukup, ternyata banyak hal yang menjadi dasar. Dalam konteks ini terdapat 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah. 

Dalam jangka panjang untuk ke depan tentunya kita perlu mengimplementasikan landasan tersebut dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi.  Dengan landasan dalam pengambilan keputusan tersebut maka keputusan yang diambil akan lebih tepat dan lebih akurat dengan selalu berpihak pada murid.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Terakhir tentunya amatlah sangat penting mempelajari topik modul ini bagi kita sebagai seorang individu dan sebagai seorang pemimpin karena dimanapun dan sebagai apa peran kita pasti akan menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil keputusan. Dari keputusan tersebut akan dihasilkan kebijakan-kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. 

Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, maka seorang guru harus memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan. Sebagai landasan dalam pengambilan keputusan tersebut tentunya mengacu pada 9 langkah 4 paradigma dan  3 prinsip. Selain itu keputusan diambil melalui tiga uji yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).

Semoga Allah meridhoi dan memudahkan seriap langkah kita dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk murid-murid kita.

Aamin...aamin ya Allah ya Rabbalalamiin......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun