Mohon tunggu...
Dwikorahardo Histiajid
Dwikorahardo Histiajid Mohon Tunggu... profesional -

Saya bukan orang pintar dan bukanlah seorang penulis, Saya bukan sarjana. Namun ijinkanlah saya untuk belajar menulis. Saya adalah Senior Art Director di sebuah perusahaan EO, sebelumnya di Advertising Agency dan Food Supplement. Sebelumnya juga pernah sebagai editor di pets magazine, marketing dan trader perdagangan berjangka, di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Enam-enam

17 Agustus 2011   14:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:41 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Koruptor bilang; Gerbang emas kemerdekaan itu sudah menjadi milik kami! Dan kalian..., rakyat Indonesia pada umumnya, tidak akan kami perbolehkan untuk melewatinya! Sampai kapanpun! Camkan itu, hei... rakyat bodoh! Karena, jika kalian yang makmur, maka kami tidak bisa kaya-raya. Dan itu adalah bencana bagi kami. Oleh karena itu, kami tidak mau mengalami hal itu. Maka kami timpakan bencana kemiskinan untuk kalian. Sebaliknya, anugerah kekayaan untuk kami. Dan untukmu, Soekarno. Bung memang sudah harus pergi, selagi kami-kami ini nimbrung lahir kala itu, untuk mencuri.

17 - 8 - '45.

Apa ya, maksud dari angka-angka ini?

Tujuhbelas Agustus tahun seribu sembilanratus empatpuluh lima, hari proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Ya, semua orang juga tahu. Bahkan si koruptor, dari jaman dulu sampai sekarang, saat dalam keadaan sakaratul maut hebat yang sangat menyakitkan pun dia bisa tahu, bahwa itu adalah hari kemerdekaan kita. Dia Masih bisa menjawabnya, kalau ditanya. Karena saking hafalnya dengan tanggal keramat itu. Yang mana, jumlah bilangan angka-angkanya itu telah digunakan untuk pembentukan lambang NKRI - Garuda Pancasila. Juga digunakan untuk penentuan jumlah personil paskibraka. Bahkan ada beberapa dari rakyatnya pun juga berspekulasi mencari makna-makna baru dari angka keramat tersebut.

Namun, selagi asyik-asyiknya saya memikirkan penggunaan makna dari angka-angka itu, kok tiba-tiba terlintas sesuatu yang kotor dalam pikiran saya, ya? Berputar-putar dengan nakal dalam imajinasi saya dan tidak mau keluar. Sehingga saya pun secara sok-sok'an, berani mengambil kesimpulan ngawur dengan seenaknya, bahwa sebenarnya angka-angka unik ini juga punya arti perlambangan untuk saya.

"Lho, kok bisa?"

"Ya, bisa saja! Memangnya kenapa? Karena ini juga sesuai dengan kondisi fisik saya, kok? Yaitu; Hidup? 17 senti! Mati? 8 senti! Lamanya? 45 menit!"

"....................? ....................? ....................?"

"Lho, Kenapa? Apa ada yang salah dengan property saya, ya? Terlalu besar, ya? Apa kurang besar? Terlalu lama, ya? Apa kurang lama? Ehh...! Jangan-jangan ini... Jorok, ya!?

Wuaaahhhh...! Benar! Ini pikiran jorok! Ini pikiran kotor! Ini pikiran kurang ajar! Ini pikiran yang tidak tahu diri! Ini pikiran yang keterlaluan! Kok bisa-bisanya saya berpikiran kotor seperti itu? Iseng-iseng mempelesetkan secara jorok, hari paling bersejarah bagi bangsa Indonesia itu? Ini benar-benar bodoh dan konyol! Maafkan saya, Indonesia. Mungkin saya terlalu lama hidup dalam kemiskinan, terlalu lama tidak kreatif dan tidak produktif, karena saya sulit mendapatkan kesempatan itu di Negara ini. Sehingga pikiran saya ngelantur kemana-mana, hingga ke situ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun