Realita seperti itu menjadi sebuah kebiasaan. Karenanya, ketika ditanya tentang perasaannya ketika dijelek-jelekkan, Ganjar menjawab, biasa saja. Karena memang ia seorang politikus, tentu tahu dan sangat paham dengan habit seperti itu sebagai medan politik.
Memilih menjadi “tukulisme” adalah hak seorang Ganjar. Karena memang untuk apa harus menjawab dengan ketus pula. Banyak waktu terbuang. Lebih baik fokus menjalani tugas dan tanggungjawab yang lain. Tanpa mengabaikan adanya kritik itu, jika memang dimaksudkan sebagai koreksi.
Jika gara-gara dijelek-jelekkan dan disebut kemlinthi Ganjar marah, hanya akan mengendorkan saja semangat juangnya untuk terus bisa bekerja dengan baik.
(Dwi Klik Santosa)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI