“Kiril Ivanovich pernah menjadi sekretaris kami –kau mencampur adukkannya, badut konyol kau! Profoky Osipych memang sekretaris kami sebelumnya, itu betul, tapi ia telah dialihtugaskan dua tahun yang lalu ke seksi kedua sebagai juru tulis kepala.”
“Ah, astaga!”
“Kenapa kau tidak meneruskan? Ini mulai membingungkan!”
Vodkin kembali ke gundukan makam itu dan menyingkat piadtonya dengan segala kelihaian bicaranya. Profoky Osipych, seorang pegawai sipil yan lebih tua dengan muka bersih bercukur, memang benar-benar sedang berdiri di dekat batu nisan, seraya memandang marah kepada sang orator dan mukanya cemberut.
“Terpaku terperangahlah kau di sana!” para pegawai sipil itu tertawa sekembalinya mereka dari pemakaman bersama Vodkin. “Bayangkan mengubur seseorang, padahal ia masih hidup.”
“Satu pertunjukan yang menyedihkan, anak muda!” Profoky Osipych menggeram. “Pidato macam begitu mungkin saja dibenarkan kalau saja seseorang memang meninggal, tapi kalau orangnya masih hidup –itu cuma membangkitkan kelucuan, Tuan! Demi Tuhan, kenapa kau sampai berbuat hal sekonyol itu? Tidak egois, tidak korup, tidak makan suap! Untuk mengatakan semacam itu atas diri orang yang masih hidup, kau tentunya bergurau, Tuan. Dan siapa yang meminta kepadamu, orang muda, mempercakapkan mukaku? Licin, bersih, buruk, memang mungkin saja, tetapi kenapa kau menarik perhatian orang dengan omongan yang bukan-bukan semacam itu? Tidak Tuan, saya adalah seorang pendosa!”
Ooo$$$$$oooO
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H