Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar Humor dan Satir Cerdas dari Antologi Cerpen Anton Chekhov

30 November 2009   10:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:08 1267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
//www.photographersdirect.com)

Agar anda dapat mengenal, mengetahui dan belajar gaya penulisan ala Anton Chekhov yang telah sedikit saya uraikan di atas. Berikut mohon anda bersabar untuk membaca lumayan panjang dari awal hingga akhir salah satu cerita pendeknya yang menawan, The Orator yang ditulis Chekhov pada 1886. Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Orator Ulung dan dikutip dari buku "Matinya Buruh Kecil", penerbit Melibas Jakarta Tahun 2001. Buku itu sendiri merupakan terjemahan dari karya Anton Chekhov "The Early Stories".

Silakan anda baca sekarang! Nikmati kedahsyatan alur ceritanya....

Orator Ulung

[caption id="attachment_3239" align="alignleft" width="182" caption=" Buku Early Stories Anton Chekhov (http://www.librarything.com)"]

[/caption]

PADA suatu pagi nan indah mereka menguburkan Juru Taksir Pajak, Kiril Ivanovich Babylonov. Ia meninggal oleh dua keluhan yang sering ditemukan di tanah air kita, istri yang cerewet dan alkoholisme. Tatkala iring-iringan upacara penguburan bergerak perlahan ke luar dari gereja menuju pekuburan, salah satu dari kolega almarhum, si Poplavsky, ke luar dari kereta dan menghambur mendatangi rumah temannya, Grigory Petrovich Vodkin. Vodkin masih muda, tapi namanya sudah terkenal. Seperti para pembaca akan ketahui nantinya, ia menyandang bakat yang langka dalam hal menyusun pidato tanpa persiapan lebih dulu untuk pernikahan, hari ulang tahun, dan ritus pemakaman. Ia dapat berpidato dalam segala kondisi, setengah tidur, dalam keadaan perut kosong, mabuk seperti seorang pangeran, atau dalam keadaan demam tinggi. Kata-kata meluncur dari mulutnya laksana air keluar dari pipa, berbuncah-buncah, kumbang-kumbang hitam didalam rumah minum tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan kata-katanya yang memabukkan dalam aliran perbendaharaan kata-katanya. Ia bicara begitu pintar begitu panjang bertele-tele, sehingga kadang, terutama pada upacara pernikahan seorang keluarga saudagar, satu-satunya jalan untuk menyetopnya ialah dengan mengundang polisi.

“Aku datang untuk minta bantuanmu, Sobat,” Poplavsky mengawali, begitu ia bertemu di rumah. “Pakailah mantelmu cepat dan mari kita langsung pergi. Salah seorang warga kami meninggal, kami baru saja mengetahuinya bahwa ia telah pergi ke dunia lain, dan seseorang harus memberikan pidato perpisahan terakhir yang mendayu-dayu… Kami mempercayakannya kepadamu, sobat karib. Kami selama ini tidak pernah merepotkanmu jika yang meninggal itu anak-anak, tapi kali ini adalah sekretaris kami –soko guru departemen, begitulah kau mungkin akan mengatakannya. Kami tidak bisa mengubur orang penting ini tanpa pidato.”

“Sekretarismu?” Vodkin menguap. “Orang yang selalu mabuk itu?”

“Ya, dia. Di sana akan disediakan hidangan kue dan santapan istimewa… Ongkos kereta untuk kita. Ayolah, sobat! Beri kami sekedar kata-kata yang menghibur ala Cicero pada upacara pemakaman itu, dan kami sangat berterima kasih sekali atas itu!”

Vodkin dengan senang hati menyetujuinya. Ia pun mengusutkan rambutnya, memasang muka melankolik dan berangkat bersama Poplavsky.

“Aku ingat sekretarismu itu,” ujarnya, begitu ia duduk di dalam kereta. “Kau memang seharusnya menemukan seorang tukang tipu dan tukang kecoh yang lebih besar, semoga Tuhan memberi tempat istirahat yang layak bagi arwahnya.”

“Jangan begitu dong, sobat, kan orang tidak boleh bicara jelek tentang orang yang sudah meninggal.”

“Tentu saja tidak –aut mortuis nihil bene*)—tapi orang itu memang bajingan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun