Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar Humor dan Satir Cerdas dari Antologi Cerpen Anton Chekhov

30 November 2009   10:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:08 1267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
//www.photographersdirect.com)

Dua orang bersahabat itu pun bergegas pergi dan menggabungkan diri dengan iring-iringan penguburan itu kembali. Orang yang mati itu dibawa dalam satu iringan karnaval yang berjalan lambat sehingga sebelum mencapai lokasi pemakaman mereka punya cukup waktu untuk menyelinap memasuki beberapa kedai minum dan sebentar membicarakan aib orang di belakang mereka sekedar untuk memuaskan hati Babylonov.

Dipemakaman diselenggarakan upacara pendek untuk panitia. Ibu mertua, istri, dan ipar perempuan, mengikuti adapt kebiasaan yang berlaku, menangis sambil meratap. Tatkala jenazah diturunkan ke liang lahat, sang istri malahan menjerit! “Minggir –biarkan aku ikut mati bersamanya—tetapi tak jadi, mungkin karena masih ingat pensiunnya. Vodkin menunggu sampai semuanya menjadi tenang, ia lalu maju ke depan, mencari tempat yang mudah dilihat para pelayat. Dan mulai.

“Yakinlah kita semua bahwa mata dan telinga kita tidak memperdayakan kita? Pemakaman ini, wajah-wajah yang bersimbah air mata ini, duka nestapa dan ratap tangis ini, adakah ini bukan merupakan mimpi yang mengerikan? Wahai, ini bukan mimpi, penglihatan kita pun tidak memperdayakan kita! Ia yang baru saja kemarin begitu ceria, begitu segar, muda remaja dan begitu murni, yang baru kemarin, seperti seekor lebah yang tidak kenal capai terus mendengung, di depan mata kita mempersembahkan madunya kepada tanah airnya bagi kebahagiaan bersama, ia yang –sekarang telah kembali ke debu, menjadi sebuah ketiadaan. Maut tak kenal damai telah meletakkan tangannya yang meremukkan atas dirinya pada suatu ketika, dan pada seluruh tahun-tahun pengabdiannya yang subur, ia tetap pada puncak kekuatan dan penuh harapan yang cemerlang. Oh, kehilangan yang tak bisa ditemukan lagi! Siapa gerangan yang dapat menggantikan dia? Kita tak memiliki seorang pengabdi masyarakat yang jarang tolok bandingannya ini dalam hal kebaikannya, selain Prokofy Osipych seorang. Ia telah mengabdikan jiwa raganya untuk menjalankan tugasnya yang mulia, tanpa sedikit pun pernah menyisakan bagi dirinya sendiri. Demikian banyak malam-malam tanpa tidur telah ia manfaatkan untuk bekerja, Ia memanglah seorang seorang yang tidak egois atau Cuma memikirkan dirinya sendiri, dan bukan pula seorang yang betrmental korup… betapa ia telah memandang rendah kepada mereka yang menggodanya dengan suap supaya merusak kebaikan umum, yang tega mengumpannya dengan sekedar keenakan hidup supaya mau mengkhianati tugas yang dipikul kepadanya! Wahai, dengan mata kepala kita sendiri telah menyaksikan betapa Profoky Osipych membagikan penghasilannya yang tak seberapa itu kepada kaum fakir miskin sesamanya, dan kalian sendiri baru saja mendengar betapa tangis duka para janda dan para yatim piatu yang hidupnya tergantung pada kemurahan hatinya. Demi pengabdiannya yang tuntas kepada tugasnya maupun pekerjaan baiknya, ia telah menjadi asing terhadap kehidupan yang senang gembira dan bahkan memalingkan dirinya sendiri dan fasilitas pribadi. Seperti anda sekalian ketahui, ia tetap tinggal membujang sampai dengan hari hayatnya yang terakhir! Dan siapa akan menggantikan tempatnya sebagai seorang rekan? Betapa jelas kini saya melihat didepanku wajah yang lembut tercukur bersih, meninggalkan kita pergi dengan senyuman manis, betapa jelas saya mendengar suaranya yang lembut penuh cinta dan persahabatan itu! Istirahatlah dengan damai, Profoky Osipych! Tidurlah dengan tenang – kau pengabdi yang jujur dan setia!”

Sementara Vodkin meneruskan pidatonya, para pelayat saling berbisik-bisik sau sama lain. Setiap orang menyukai pidato itu, apalagi dibumbui dengan linangan air mata, akan tetapi didalamnya terdapat keganjilan. Pertama, tak seorang pun mengerti mengapa sang orator itu menyebut nama almarhum itu Profoky Osipych, bukannya Kiril Ivanovich. Kedua, setiap orang tahu bahwa almarhum telah menggunakan waktu hidupnya untuk hidup penuh cekcok dengan istri yang dinikahinya, maka tidak bisa dibilang seorang bujangan. Ketiga, muka almarhum justru dilebati bulu-bulu liar, cambang, janggut, kumis segala dan sama sekali tidak pernah kenal pisau cukur, maka sesungguhnya misterius, mengapa sang orator tega melukiskannya sebagai bermuka bersih bercukur. Karena bingung dan malu, para hadirin pun saling bertukar pandangan dan mengangkat bahu.

“Profoky Osipych!” lanjut sang orator, seraya memandang kea rah gundukan tanah kuburan itu dengan penuh perhatian. “Wajahmu begitu bersih –jadi kenapa musti saya katakana buruk?—kau begitu keras dan tegar, namun kita semua tahu bahwa dibalik penampilan lahiriyah itu berdetaklah jantung hati semurni emas!”

Perlahan-lahan para hadirin mulai mengetahui adanya sesuatu yang aneh pada diri sang orator itu. Matanya terpaku pada satu titik, ia bergoyang-goyangh gugup dan mulai mengangkat bahunya pula. Sekonyong-konyong ia menjadi pucat pasi, mulutnya menganga keheranan, dan ia menoleh ke arah Poplavsky.

“Tapi ia masih hidup!” desisnya, seraya memandang penuh ketakutan.

“Siapa?”

“Profoky Osipych! Ia berdiri di sana didekat nisan!”

“Bukan dia yang mati, tapi Kiril Ivanovich!”

“Tapi kau sendiri yang bilang sekretarismu yang mati!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun