Membedah Novel Ilana Tan: Summer In Seoul
Summer In Seoul, merupakan novel pertama karya Ilana Tan yang diterbitkan pada tahun 2006 dan merupakan novel pertama dari Tetralogi 4 Musim: Summer In Seoul, Autumn In Paris, Winter In Tokyo,dan Spring In London. Novel ini awalnya ditujukan untuk mengikuti sebuah lomba oleh Ilana Tan, namun sayangnya dia tidak berhasil memenangkan lomba itu, hingga pada akhirnya Ilana Tan merevisinya kembali dan terbitlah novel ini. Hal ini di tuliskannya dalam novelnya yang berjudul Seasons To Remember.
Novel Summer In Seoul merangkum suka duka kehidupan dunia hiburan Korea Selatan, dengan nuansa romantis yang menjadi tema utama cerita ini. Summer In Seoul lebih condong ke arah dunia hiburan yang dipenuhi oleh media dan wartawan yang menjadi penguasa dari jalannya cerita cinta antara Sandy dan Jung Tae-Woo.
Secara keseluruhan, cerita ini mengusung alur progresif non-tunggal (alur maju yang serbatahu). Seperti yang dicontohkan:
"Sekitar satu setengah jam kemudian, Sandy sudah berdiri di depan pintu rumah Jung Tae-Woo yang berada di kawasan perumahan mewah..." (Hal.59, Enam)
Hal ini juga dibuktikan pada bagian:
"SEJAK hari itu, Sandy mengalami hari-hari biasa. Walaupun juru bicara Jung Tae-Woo sudah meluruskan gosip itu, ....." (Hal.149, Empat Belas)
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Sandy, yang merupakan gadis berdarah Korea-Indonesia sehingga juga memiliki nama korea, Han Soon-Hee. Kerasnya kehidupan di Seoul tidak pernah menjadi masalah dalam hidupnya, mengingat dirinya yang telah tinggal di Korea sejak lama. Sandy sendiri tergambarkan sebagai sosok gadis yang ramah, tertuliskan dalam ucapannya yang sopan dan ramah.
"Selamat siang. Maaf membuat Anda menunggu lama."Â (Hal.24, Dua)
Sandy juga tergambarkan sebagai sosok gadis yang suka menggertak dan sedikit kasar dalam ucapan jika dia sedang dalam kondisi perasaan yang buruk. Sifat ini sering kali tergambarkan di saat Mr. Kim memanggilnya bekerja.
"Sandy menatap ponselnya dengan hati dongkol. "Lihat saja, kau akan menerima surat pengunduran diriku hari Senin nanti. Drakula! Pengisap darah! Hhh, bisa gila aku!"" (Hal.21, Dua)
Ancaman seperti itu sering kali diucapkannya, namun sampai saat cerita berakhir pun dia tak pernah mengundurkan diri dari tempat itu, dengan alasan dirinya yang begitu menyukai fashionsejak kecil dapat belajar banyak dari Mr. Kim yang begitu berpengalaman dan penuh pengetahuan akan fashionseperti pada bagian berikut.
"kata-kata ini sudah sering diucapkannya, tapi ia belum pernah benar-benar mengajukan surat pengunduran diri. Walaupun Mister Kim orang yang aneh dan seenaknya, Sandy merasa bisa belajar banyak darinya. Sejak kecil Sandy suka sekali dunia fashion. Jadi, walaupun jalan tidak selalu lancar, ia senang bisa bekerja dengan perancang busana terkenal yang tidak segan-segan mengajarinya banyak hal." (Hal.59, Enam)
Tak hanya itu, dia pun tergambarkan sebagai sosok yang tidak gegabah dalam mengambil kesimpulan serta berpikiran positif dan terbuka. Hal ini tertuliskan pada bagian di saat terungkap sudah bahwa fans yang meninggal di acara jumpa fans Tae-Woo 4 tahun yang lalu adalah kakak Sandy. Tae-Woo terus meminta maaf karena merasa bersalah akan hal itu, namun sandy mengatakan:
"Hati Sandy terasa seolah diremas. Kenapa Jung Tae-Woo yang harus meminta maaf? Justru ia sendiri yang ingin meminta maaf karena tidak menceritakan hal ini sejak awal." (Hal.146, Tiga Belas)
"Tidak," gumam Sandy. "Untuk apa minta maaf? Kau tidak salah." (Hal.146, Tiga Belas)
 "Aku ingin kau mengerti aku tidak menyalahkanmu. Karena itu aku tidak pernah punya dendam terhadapmu. Mungkin awalnya kau sempat heran kenapa aku bersedia membantumu, kenapa aku bersedia terlibat dalam urusanmu. Saat itu aku hanya ingin mengenal dirimu, mengenalmu lebih baik. Aku ingin tahu kenapa kakakku sangat menyukaimu. Aku berpikir, bila aku bisa memahami alasan kakakku menyukaimu, aku akan merasa lebih memahaminya dan perasaanku akan membaik. Hanya itu." (Hal.146-147, Tiga Belas)
Dari penggalan cerita di atas, terlihat bagaimana Sandy tidak menyalahkan Tae-Woo atas meninggalnya kakaknya. Sandy yang bisa saja mengambil kesimpulan bahwa kakaknya meninggal karena menjadi fansTae-Woo, tanpa mempertimbangkan situasi, kondisi, dan sudut pandang Tae-Woo, akan langsung menyalahkan Tae-Woo, membenci Tae-Woo, dan tidak membantu Tae-Woo. Namun, dia tidak begitu. Dia memilih untuk membantu Tae-Woo, mengenal Tae-Woo lebih jauh, dan mendengarkan cerita dari Tae-Woo mengenai kejadian yang menimpa kakaknya.
Sandy juga tergambarkan sebagai anak yang sayang terhadap orang tuanya dan memiliki hubungan yang sangat baik bersama orang tuanya. Dan juga, saat kejadian kebakaran yang menimpa apartment Sandy, dapat tertuliskan dengan begitu jelas bahwa Sandy tidak ingin kedua orang tuanya khawatir.
"...Ia baru akan mencabut baterai ponsel itu ketika ia merasa harus menelepon ibunya untuk memberitahu ia akan segera sampai di rumah. Walaupun Sandy tinggal di Seoul dan orangtuanya di Jakarta, mereka sering menelepon dan mengecek keberadaannya. Tadi ibunya malah sudah sempat menelepon untuk menanyakan kenapa Sandy belum sampai di rumah.Ia membuka ponselnya kembali dan menekan angka satu yang akan langsung terhubung ke rumah orangtuanya di Jakarta...." (Hal.8, Satu)
 ".... Orangtuaku ada di Jakarta. Kurasa mereka tidak akan tahu tentang gedung apartemen yang terbakar di Korea. Aku juga tidak ingin membuat mereka khawatir. Lagi pula sekarang sudah larut sekali....." (Hal.94, Sembilan)
Dari apa yang saya lihat pada bagian di atas, Sandy adalah gadis yang tidak ingin orang tuanya khawatir, terlebih mengingat dirinya tinggal jauh dari orang tuanya. Meski di saat dia tengah lelah dan sedikit stress karena beberapa masalah, namun dia masih menyempatkan diri untuk menelepon orang tuanya. Dia bahkan sampai menjadikan nomor rumah orang tuanya di nomor satu panggilan cepat, yang mana menandakan bahwa orang tuanya adalah yang utama.
Secara keseluruhan cerita ini berlatarkan di Seoul, Korea Selatan. Namun hal ini tidak membuat Indonesia yang menjadi latar belakang kelahiran Sandy tidak digunakan. Latar Indonesia digunakan pada bagian mendekati akhir novel, juga menjadi latar pertemuan Jung Tae-Woo dengan orang tua Sandy, meski pertemuannya tidak dijelaskan secara terperinci. Namun, secara penggambaran Sandy sebagai seorang gadis yang memiliki darah Indonesia, tidaklah terlalu tergambarkan. Hal ini mungkin terjadi karena Sandy tinggal di Indonesia hanya sewaktu kecil dan hanya kembali ke Indonesia sesekali. Meski seperti itu, dia mampu berbahasa Indonesia dengan lancar.
Sebuah cerita romance, tentunya tidak akan dapat berjalan jika tidak ada pemeran pria yang menjadi pasangan hati pemeran utama wanita, Jung Tae-Woo. Tentu saja, Jung Tae-Woo menjadi bagian penting cerita ini, sebagai inti dari permasalahan utama yang dihadapi oleh Sandy. Jung Tae-Woo merupakan penyanyi solo terkenal di Korea yang digosipkan gay oleh media yang membuatnya meminta bantuan kepada Sandy untuk menjadi pacar pura-puranya untuk emngurangi rumor itu.
Sosok Jung Tae Woo di sini merupakan seorang pria yang tampan, pandai bernyanyi, pemain piano yang hebat, dan juga penuh karisma, terbukti dari banyaknya fans yang menunggunya setelah 4 tahun tidak ada kabar. Dari sudut pandang ku pun, dia pun merupakan seseorang yang begitu mudah khawatir jika itu sangat berhubungan dengan Sandy, tergambarkan dalam narasi penulis mengenai penampilan Tae-Woo setelah mendengar keadaan apartment Sandy.
"Tangan Tae-Woo langsung menyentuh kepalanya. Ia baru menyadari rambutnya acak-acakan. Ia baru ingat ia tadi sedang mengeringkan rambut ketika melihat berita kebakaran itu di televisi. Saking paniknya, ia langsung melesat keluar tanpa memikirkan penampilan." (Hal.94, Sembilan)
Memang wajar bagi seorang cowok jika mendengar kabar buruk mengenai gadis yang di sukainya sedang dalam masalah, langsung menghampiri gadis itu tanpa peduli dirinya. Sama di saat dia mendengar kabar bahwa Sandy mengalami kecelakaan pesawat, dia yang saat itu baru kembali dari Amerika Serikat segera mengambil penerbangan pertama yang bisa di dapatnya ke Jakarta.
Tae Woo pun tergambar sebagai sosok pria yang perhatian dan cukup romantis, yang akan melakukan segala hal demi orang yang disayanginya. Saat Sandy memintanya untuk bermain piano, maka dia akan bermain piano. Jung Tae-Woo pun pernah memberikan kejutan ulang tahun untuk Sandy. Dia membawa Sandy makan ke sebuah hotel berbintang, menyiapkan kembang api khusus untuk Sandy, dan juga menyanyikan sebuah lagu spesial untuk Sandy.
"Kalau suatu saat nanti kau rindu padaku, kau mau memberitahuku?" tanya Jung Tae-Woo.
"Supaya aku bisa langsung berlari menemuimu," jawab Jung Tae-Woo ringan. (Hal.135, Tiga Belas)
"Sudah lewat tengah malam. Jadi hari ini hari ulang tahunmu," kata Jung Tae-Woo. "Kau bahkan tidak sadar ya? Berarti kejutan yang sudah kusiapkan bisa dikatakan berhasil?"
Sandy tertegun, lalu tertawa. "Astaga, jadi makan malam tadi, bunga, kembang api,dan ponsel ini, semua itu untuk merayakan ulang tahunku?" (Hal.112, Sebelas)
Dari percakapan di atas telah tergambarkan dengan begitu jelas bagaimana romantisnya seorang Jung Tae-Woo. Bunga, makan malam mewah, kembang api, handphone baru, semua hal yang dilakukannya dan tiberikannya kepada Sandy telah lebih dari romantis.
Meski masalah mengenai kakak Sandy, Lisa, sempat menjadi penghalang antara hubungan Sandy dengan Tae-Woo, namun hal penyelesaiannya dijelaskan tidak secara terperinci. Penulis hanya menyebutkan:
"...Ia juga menggunakan kesempatan itu untuk lebih mengenal kedua orangtua Sandy. Setelah mengenal mereka secara pribadi, ia baru mengetahui dengan pasti bahwa sebenarnya kedua orangtua Sandy tidak membencinya karena kejadian empat tahun lalu." (Hal.162, Enam Belas).
Di atas telah disebutkan oleh penulis bahwa Jung Tae-Woo baru mengetahui dengan pasti bahwa orang tua Sandy tidaklah membencinya. Dari sudut pandang saya dan apa yang saya dapatkan saat membaca novel ini, alasan kenapa orang tuanya terus menyalahkan Tae-Woo atas kepergian Lisa adalah karena hati mereka yang masih belum bisa menerima kepergian anak mereka, di saat sepasang suami istri kehilangan anaknya, mereka butuh seseorang untuk disalahkan atas hal itu, membuat mereka berpikiran sempit dan tak mau melihat kenyataan apa yang terjadi saat ini. Sandy sendiri pun sempat menyebutkan pemikirannya mengenai orang tuanya yang terus menyalahkan Jung Tae-Woo atas meninggalnya Lisa. Saat itu, dia dan mamanya sedang berbicara melalui telepon dan mamanya terus mengomelinya karena dia masih berurusan dengan Jung Tae-Woo sampai mamanya kembali mengungkit-ngungkit masalah Lisa. Berikut penggalan pemikiran Sandy yang dituliskan oleh Ilana Tan:
"Pada dasarnya ibunya bukan orang yang berpikiran sempit, Sandy tahu itu. Ibunya bukan orang yang suka berandai-andai......" (Hal.138, Tiga Belas)
Tokoh selanjutnya ada Lee Jeong-Su. Kemunculan dia dalam ini lumayan banyak, dan juga menjadi bagian penting dalam cerita. Lee Jeong-Su adalah mantan Sandy yang meningalkan Sandy untuk wanita lain, namun, dalam cerita ditunjukkan bahwa dia berharap bisa mendapatkan kesempatan kedua dari Sandy.
""Soon-Hee, bisakah kau memberiku kesempatan sekali lagi?" Tanyanya......". (Hal.126, Dua Belas)
Dalam cerita, Lee Jeong-Su merupakan tipe cowok yang tidak bisa bertahan lama pada suatu pendirian. Hal ini tertuliskan oleh Ilana Tan dalam bentuk pemikiran Sandy, yang bisa dijumpai pada halaman 125 akhir dan halaman 126 awal (Buku versi PDF).
"Namun dari dulu, salah satu kelemahan Lee Jeong-Su adalah tidak bisa memantapkan keputusan. Ia tidak bisa bertahan lama pada satu pendirian."
Bagiku, dia sendiri merupakan pria yang cukup tidak tahu diri, dan tidak memiliki malu. Dia meninggalkan Sandy untuk bersama dengan wanita lain, dan di saat dia tengah menjalin hubungan dengan wanita itu, dia justru tetap melirik dan mendekati Sandy. Bahkan, dia mengakhiri hubungannya dengan wanita itu, dengan harapan dia dan Sandy bisa kembali seperti dulu.
Di sisi lain, pendekatannya kepada Sandy telah menimbulkan kejadian-kejadian penting dalam cerita. Dia telah berhasil membuat Jung Tae-Woo cemburu --dari sudut pandangku, karena penulis (Ilana Tan) tidak menuliskannya secara tersurat mengenai perasaan cemburu Tae-Woo-, tertuliskan dalam cerita di saat Jung Tae-Woo melihat Sandy dan Lee Jeong-Su pergi ke kafe. Dia sampai sebal ketika dia menghubungi Sandy dan ternyata handphonegadis itu tidak aktif. Jung Tae-Woo juga sampai melempar handphone-nya ke kursi penumpang karena melihat Sandy dan Lee Jeong-Su, dan sampai di saat dia dan Sandy berada dalam satu mobil dan dia sedikit kesal terhadap Sandy. Ini semua merupakan beberapa indikator adanya rasa cemburu dalam hati seorang pria. Intinya, kemunculan Lee Jeong-Su dalam cerita ini menunjukkan perasaan Tae-Woo terhadap Sandy telah lama ada namun dia baru menyadarinya jauh setelahnya.
"Kenapa ponselnya dimatikan?" tanyanya kesal. (Hal.43, Empat)
Pada saat itu, Jung Tae-Woo telah melihat Sandy dan Lee Jeong-Su jalan bersama, dan oleh karena itu dia menghubungi Sandy. Dalam perjanjiannya dengan Sandy, Sandy harus siap untuk membantu setiap kali Jung Tae-Woo membutuhkan, dan saya berpikir alasan dia menelepon Sandy adalah untuk menggunakan kesempatan itu agar Sandy tidak bersama Lee Jeong-Su lagi.
Kini beralih kepada latar waktu yang digunakan dalam Novel Summer In Seoul. Dalam dunia hiburan, aktivitas mereka tidak akan mengenal yang namanya waktu. Namun dalam cerita ini, waktu malam merupakan waktu yang menjadi latar beberapa kejadian penting. Paparazi,dengan kata lain merupakan wartawan. Para artis cenderung melakukan aktivitas yang 'mencurigakan' pada saat malam hari, saat dimana tidak banyak orang lagi yang berlalu-lalang dan di saat pencahayaan yang ada tidak mampu membuat mereka terlihat jelas.
Kejadian-kejadian penting yang terjadi pada waktu malam hari ada beberapa, mulai dari awal pertemuan Sandy dengan Jung Tae-Woo sehingga pertemuan ini menjadi awal dicurigainya Sandy sebagai kekasih Jung Tae-Woo. Pada saat itu, Jung Tae-Woo dan Park Hyung-Sik yang berniat mengantarkan Sandy untuk pulang ternyata tertangkap kamera, disaat Sandy keluar dari rumah Jung Tae-Woo hingga masuk ke dalam mobil.
"Sandy melihat artikel berjudul "Pertemuan Tengah Malam" yang ditunjukkan Young-Mi dan mendadak ia merinding. Artikel itu dilengkapi dua foto Jung Tae-Woo bersama seorang wanita."
"Foto pertama memperlihatkan Sandy dan Jung Tae-Woo yang sedang keluar dari rumah artis itu. Kepala Sandy tertunduk ketika difoto sehingga wajahnya tidak terlihat..."
"Foto yang kedua diambil ketika Jung Tae-Woo sedang membuka pintu mobil untuknya. Sosoknya tidak jelas karena terhalang tubuh Jung Tae-Woo..." (Hal. 18, Dua)
Bagian penting lainnya merupakan disaat mereka, Jung Tae-Woo dan Sandy, menikmati makan malam romantis mereka sekaligus merayakan ulang Tahun Sandy pada pertengahan malam, pergantian hari.
"Dan hari ini saya berencana menikmati makan malam yang romantis." Â (Hal. 103, Sepuluh)
Kutipan di atas merupakan bagian di saat Jung Tae-Woo memperkenalkan dirinya kepada Lee Jeong-Su dan juga pacar Lee Jeong-Su, seraya menggenggam tangan Sandy romantis.
Tak hanya itu, pada novel ini pun, latar siang menjadi latar yang juga berperan penting di beberapa bagian. Salah satunya yaitu pada saat sehari setelah jumpa penggemar, Sandy dengan terpaksa datang ke rumah Jung Tae-Woo dalam keadaan suara yang serak. Kejadian penting yang terjadi dalam bagian ini adalah saat Tae-Woo memainkan piano untuk Sandy untuk pertama kalinya.
"Suara dentingan piano yang lembut mulai terdengar. Sandy berdiri di samping piano, menopangkan dagu di atasnya sambil melihat jemari tangan Jung Tae-Woo menari-nari di atas tuts piano....." (Hal. 61, Enam)
Dan kejadian penting terakhir pada bagian ini yaitu pada saat Sandy yang salah mengira telepon yang berdering merupakan miliknya dan dengan segera menjawabnya. Namun ternyata telepon itu milik Jung Tae-Woo dan yang menelepon merupakan ibu Jung Tae-Woo.
""Bukankah ini ponsel Jung Tae-Woo?"
.........
"Oh... Benar, ini memang ponsel Jung Tae-Woo," kata Sandy agak gugup. "Akan saya panggilkan dia."
...."Tunggu sebentar. Anda ini nona yang ada di foto bersama Tae-Woo itu, ya?"
 "Anu... saya..." Sandy sungguh tidak tahu apa yang harus ia katakan. .........
"Tidak apa-apa," suara wanita itu berubah ramah. "Aku ibu Jung Tae-Woo."....." (Hal.63-64, Enam)
Ilana Tan menunjukkan latar waktu siang yang digunakannya melalui narasinya pada saat Sandy berdiri di depan rumah Jung Tae-Woo.
"....Ia mengangkat tangan untuk menaungi mata dari sinar matahari dan mendongak memerhatikan rumah itu dengan perasaan senang." (Hal.59, Enam)
Satu bagian terakhir yang menggunakan siang sebagai sorotan untamanya yaitu pada saat wajah Sandy terungkap ke dunia. Saat itu, Sandy, Jung Tae-Woo, Ibu Jung Tae-Woo, dan Park Hyun-Shik makan siang bersama pada suatu hari.
"Jung Tae-Woo merasa senang siang itu. Perasaannya ringan sekali selama makan siang tadi. Tapi perasaan itu tidak berlangsung lama. Ketika mereka berempat selesai makan siang dan keluar dari restoran, tiba-tiba saja begitu banyak orang mencegat mereka. Para wartawan mulai berebut mengajukan pertanyaan dan kamera-kamera diarahkan kepada mereka." (Hal.86, Delapan)
Dari contoh-contoh yang tersedia di atas, Ilana Tan menyampaikan latar waktunya secara terang-terangan, sehingga dengan segera pembaca dapat mengetahui bahwa kejadian itu terjadi pada malam hari.
Latar tempat yang menjadi tempat peling berkenan dalam cerita ini merupakan rumah Jung Tae-Woo. Pertemuan pertama, Jung Tae-Woo bermain piano untuk yang pertama kainya hanya untuk Sandy, menjadi tempat tinggal Sandy sementara mencari apartment baru, dan tempat Jung Tae-Woo merayakan ulang tahun Sandy tepat di pergantian hari.
- "Jung Tae-Woo agak bingung mendengar penjelasan Park Hyun-Shik. Pandangannya berpindah-pindah dari sang manajer ke gadis yang berdiri di hadapannya, lalu kembali ke manajernya lagi. Secara sekilas, ia mengamati orang asing yang sekarang ada di ruang tamunya itu...." (Hal.13, Satu)
- "...Sandy sudah berdiri di depan pintu rumah Jung Tae-Woo yang berada di kawasan perumahan mewah. Ia hanya bisa terkagum-kagum dalam hati...."Â (Hal.59, Enam)
- "Sepanjang perjalanan Sandy tidak berbicara dan Tae-Woo juga tidak mengajaknya bicara. Ketika akhirnya mereka tiba di rumahnya, Tae-Woo baru menyadari rumahnya terang benderang, pintu rumahnya lupa dikunci, dan televisinya lupa dimatikan karena ia begitu terburu-buru keluar rumah tadi." (Hal.94, Sembilan)
- "Sandy membuka-buka lemari sambil bersenandung pelan. "Ini dia." Ia mengeluarkan vas bunga berwarna biru, mengisinya dengan air, dan memasukkan bunga mawarnya ke sana. Ia mendengar Jung Tae-Woo memainkan beberapa nada lagu di pianonya.
- Sandy menoleh ke arah Tae-Woo. "Jung Tae-Woo ssi, nyanyikan satu lagu," pintanya. Lalu ia menghampiri laki-laki itu sambil membawa vas bunganya." (Hal.110, Sepuluh)
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu, dimana penulis mampu menceritakan seluruh kejadian yang ada, bahkan sampai apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh pun dapat tertuliskan dengan jelas.
"Ia masuk ke kamar Sandy dan hatinya seakan diremas begitu kuat ketika melihat gadis itu berbaring dengan mata terpejam. Tae-Woo menghampiri tempat tidur dan memerhatikan wajah Sandy yang lebam. Kepalanya diperban, begitu juga siku dan sebelah kakinya." Â (Hal.160, Lima Belas)
Selain contoh di atas, masih terdapat contoh lain, seperti yang terdapat pada hal 150.
"Tiba-tiba ponsel dalam genggamannya berbunyi. Ia menatap layar ponsel dan jantungnya langsung berdebar dua kali lebih cepat. Jung Tae-Woo."
Secara singkat, cerita ini menceritakan bagaimana Sandy, yang awalnya hanya menjadi 'pacar dalam foto' Jung Tae-Woo, berakhir mencintai seorang Jung Tae-Woo, bukan sebagai seorang artis, melainkan sebagai pria yang sesungguhnya. Saat hubungan cinta mereka mulai berjalan, masalah kakak Sandy menjadi penghalang hubungan mereka, hingga akhirnya masalah itu terselesaikan dengan penjelasan Jung Tae-Woo dan menjadi cerita dengan Happy Ending.
Tentang penulis? Hal ini membuat saya sedikit ragu ingin mengidentifikasi Novel Ilana Tan, mengingat tak ada informasi pribadi apapun yang bisa saya jadikan referensi untuk menentukan unsur Ekstrinsik dari Novel Ilana Tan.
Ilana Tan, meski telah meluncurkan 6 novel hingga saat ini, namun pembaca tidak dapat menemukan informasi apapun mengenai dirinya. Setiap kali kita mencari informasi pribadi Ilana Tan, selalunya yang keluar hanyalah: "Siapa itu Ilana Tan?", "Penulis terkenal yang tak diketahui identitas aslinya", "Tidak ada informasi apapun mengenai Ilana Tan",dan masih banyak lagi. Saya pun menemukan sedikit informasi mengenai Ilana Tan, namun saya tidak dapat memastikan bahwa informasi itu benar.
Heith Rusli, penyunting novel-novel Ilana Tan menyebutkan, "Banyak penggemar yang sering tanya-tanya ke saya, Tapi saya nggak boleh mengatakan apapun. Yang jelas dia di Jakarta tapi suka traveling ke berbagai Negara. Dia hanya nggak suka diprofilkan saja, dan memang nggak suka muncul di publik. Bukan karena cari sensasi, tapi biar bisa lebih tenang nulis."
 'Summer In Seoul adalah karya pertama Ilana Tan yang berbentuk novel, selain berbagai cerpen. Ia penggemar film, buku, dan bahasa asing. Kini Ilana menetap di Jakarta dan bekerja di bidang yang disukainya.' Tambah Heith Rusli.
Saya mencoba mengidentifikasi unsur Ekstrinsik sesuai dengan informasi minim yang tersedia di atas, dan alhasil, saya hanya mampu mengambil tiga hal dan menghubungkannya dengan cerita; Pengambilan latar tempat, budaya dari tempat tinggal penulis, dan juga kesukaan penulis terhadap bahasa asing.
Melihat penggunaan latarnya pada Novel Summer In Seoul,yaitu Seoul, dapat mengindikasikan bahwa Ilana Tan adalah seorang yang mungkin pernah traveling ke Seoul. Meski pengambilan latar tempat pada novel ini bisa di kata secara keseluruhan merupakan khayalan penulis saja, namun ada dua tempat nyata yang menjadi latar dalam novel ini, yaitu Apgujeong-dongdan Myeong-dong.
Dalam cerita, penulis menjelaskan sedikit mengenai Apgujeong-dong melalui pemikiran Sandy bahwa Apgujeong-dong merupakan kawasan elit.
"Jung Tae-Woo menghentikan mobil di depan toko pakaian yang kelihatan mewah di Apgujeong-dong, salah satu kawasan paling trendi di Seoul, dipenuhi restoran kelas atas dan toko pakaian dari para desainer terkenal. Sandy tahu toko itu karena ia sering melewatinya. Kadang-kadang ia berhenti dan mengagumi pakaian yang dipajang di etalasenya, tapi tidak pernah sekali pun ia menapakkan kakinya di dalam toko itu. Ia tidak perlu masuk ke toko itu untuk tahu bahwa harga barang yang dijual di toko itu pasti mahal, sama seperti butik Mister Kim. Ia lebih suka berbelanja di Meyong-dong yang sering disebut Ginza-nya Seoul, salah satu kawasan perbelanjaan yang populer. Harga barang-barang di Myeong-dong memang tidak jauh berbeda dengan harga barang di Apgujeong-dong, tetapi Sandy merasa lebih nyaman karena sudah terbiasa berbelanja di sana."
Pengetahuannya mengenai tempat ini tidak menutup kemungkinan bahwa dia pernah jalan-jalan ke Seoul.Â
Pada novel-novel Ilana Tan yang lainnya, secara keseluruhan menggunakan latar tempat luar negeri seperti Paris pada Autumn In Paris, Tokyo dan Kyoto dalam Winter In Tokyo, London dan Lake District pada Spring In London, dan New York pada 2 novel terakhir yaitu Sunshine Becomes You dan In A Blue Moon. Melihat latar-latar tempat yang diambilnya pada novel-novelnya semakin memperkuat bahwa Ilana Tan memanglah seseorang yang menyukai traveling keluar negeri.Â
Penulis pun memasukkan budaya tempat tinggalnya, yaitu Jakarta kedalam cerita ini. Meski berlatarkan Seoul, ada saat di mana penulis memunculkan Indonesia sebagai latar. Budaya yang ditampilkan dalam cerita ini merupakan penggunaan bahasa gaul seperti 'lo', 'gue',dan 'gebetan'.Penulis menyampaikannya tidak melalui tokoh Sandy, melainkan dari tokoh sampingan yaitu sepupu Sandy, Tara Dupont (yang menjadi tokoh utama dalam novel kedua Ilana Tan yaitu Autumn In Paris).
""Gue bosan di rumah," jawab sepupunya ringan. Ia duduk di tepi tempat tidur Sandy dan merapikan ikal-ikal rambutnya. "Ngomong-ngomong, lo kok tiba-tiba nongol di Jakarta. Bikin kaget aja. Lagi patah ati?"
"Apa?"
"Udah punya gebetan belon sih?" Tara mengganti pertanyaannya." (Hal. 154, Lima Belas)
Meski bukan terhadap pemeran utama, penulis juga menambahkan salah satu kesukaannya menjadi bagian dari tokoh Tara Dupont, yaitu Bahasa Asing. Penulis menyampaikan sosok Tara Dupont yang bagus dalam bahasa Inggris, Indonesia, dan juga bahasa Perancis melalui isi hati Sandy.
"...Ada kalanya ia ingin seperti sepupunya itu. Tara gadis yang periang, santai, dan berbakat dalam bahasa. Lihat saja, walaupun menghabiskan hampir seluruh hidupnya di Paris bersama ayahnya dan hanya sesekali mengunjungi ibunya di Jakarta bila sedang liburan seperti sekarang, bahasa Indonesia Tara tanpa cela. Bahkan ia sama sekali tidak kesulitan mengikuti perkembangan bahasa gaul Indonesia...." (Hal.154, Lima Belas)
Catatan: Saya mencantumkan bab novelnya agar pembaca yang membacanya melalui buku tidak kesulitan menemukannya, berhubung saya mengerjakan pembedahan novel Ilana Tan -- Summer In Seoul --menggunakan e-book.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H