Yang terjadi saat ini di media sosial mncul pembelahan. Muncul kata-kata yang bisa memilah milah manusia berdasarkan perbedaan suku, agama, ras ideologi. Banyak pendepat berseliweran terutama bila menyangkut agama, politik yang membuat masyarakat seperti tengah menghadapi perang. Ada yang fair, menggunakan nalar dalam berpendapat ada yang sekadar beda dan bahkan emosional ketika sudah dihadapkan pada keyakinan.
Sebagai penulis, sumbangsih pada negara hanyalah mencoba memberi keseimbangan pola pikir, tidak mudah terjebak pada dukung mendukung tanpa akurasi berita yang bisa dipertanggungjawabkan. Bukan berarti mematikan daya kritis dengan membela sebuah rezim, tetapi mencoba mendudukkan persoalan dengan hati lapang terbuka, menghargai perbedaan tetapi tidak terjebak pada provokasi negatif.
Kritis dan Solutif Masyarakat Pengguna Medsos
Semoga Indonesia semakin berkembang dengan adanya teknologi canggih, namun sebagai masyarakat berharap pemerintah bijak memfilter pengaruh buruk budaya yang ingin membenturkan masyarakat dengan masyarakat.  Bukan berarti pemerintah membungkam informasi di era keterbukaan ini, tetapi adanya perangkat hukum dan peraturan lebih pada pencegahan potensi perpecahan, dan perang akibat perbedaan opini, perbedaan ideologi dan sentimen agama. Masyarakat yang bersatu pasti susah dikalahkan. Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang kritis terhadap informasi, tidak menelan mentah-mentah  berita tetapi melalui pertimbangan matang, hingga bisa menanggapi sebuah isu dengan bijaksana dan tidak emosional. Itu salah satu nasihat hati nurani saya yang coba saya resapi. Salam damai selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H