Di zaman teknologi canggih ini teknologi memberi gift bagi manusia mudah mencari peluang pekerjaan, mudah berkomunikasi tanpa mempertimbangkan jarak dan waktu, dari belahan dunia manapun dengan mudah terkoneksi asal memiliki akses internet. Keuntungan sosial media adalah terbukanya dunia, makin banyak hal sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, sangat cepat memperoleh berita, sangat beragam inspirasi yang hadir lewat sosmed. Bahkan sosmed bisa memberi peluang ketemu saudara yang sudah lama lose kontak.
Dampak Positif dan Negatif Media Sosial Era Masa Kini
 Pengaruh Negatif media sosial juga tidak main-main, medsos bisa menebarkan ideologi yang bisa merusak nasionalisme, memberi dampak buruk bagi generasi muda yang terhadap perilaku hedonisme, konsumerisme dan juga pembullian secara global. Sangat mudah mengetahui perkembangan politik dan situasi sebuah negara (kecuali negara itu menutup akses internet dan membatasi masyarakatnya bermedsos). Indonesia salah satu pengguna media sosial terbesar di dunia. Banyak yang mempunya chanel yang tersedia seperti , facebook, twitter/ X, Instagram, tiktok, Treads. Jutaan pengguna itu memanfaatkan media sosial untuk eksistensi diri, menunjukkan prestasi dan kadang kamuflase diri dengan bantuan AI, gambar-gambar yang bisa dibuat dengan aplikasi untuk menyembunyikan jati diri sebenarnya. Banyak yang sudah menjadi korban dari masifnya medsos untuk mengubah perilaku, adab dan perilaku penggunanya.
Dampak medsos bisa menjadi daya rusak paling cepat dan dahsyat kalau masyarakat tidak dibekali literasi yang cukup untuk menangkal pengaruh negatifnya. Jadi kalau ingin menjadikan media sosial sebagai sosial branding, panjat sosial untuk memberi kesempatan mendapatkan pekerjaan layak, segera filter medsos provokatif yang bisa menjerumuskan masyarakat dalam jurang rusaknya peradaban.
Bukan berarti media sosial tidak berguna, sangat berguna kalau bisa memanfaatkannya untuk menambah pengetahuan dan memberi inspirasi pada pekerjaan dan usaha, tapi akan menjadi sia-sia jika hanya dijadikan media ghibah, memuaskan nafsu untuk memaki dan melampiaskan dendam kesumat. Bagi konten kreator media sosial bisa menjadi peluang bagi bertambahnya pendapatan bahkan bisa menjadi tambang uang yang menggiurkan. Jika chanelnya terkenal, sering FYP, sering trending maka fllwer berduyun duyun datang hingga menghasilkan  dollar. Tidak terasa tabungan menggembung dan perekonomian terangkat.
Bahkan petani pun jika bisa memanfaatkan peluang bisa viral dan mendapatkan cuan dari aktivitas media sosialnya. Sayangnya banyak juga media online bermunculan melahirkan berita-berita yang diragukan kebenarannya karena sering terdeteksi menayangkan berita hoaks yang hanya berisi pembohongan publik.
Di era modern dengan medsos yang dominan masyarakat harus lebih pintar dan waspada, jangan telan mentah-mentah sebuah berita harus selalu cek dan ricek, mencari second opinion, mencari berita lain biar seimbang informasinya.  Tidak  mudah terpedaya pada tagline-tagline, atau tagar yang ingin membenturkan masyarakat dengan masyarakat. Sebaiknya tidak mudah tergoda dengan judul-judul cickbait, cermati dan baca tuntas tidak lantas buru-buru komentar hanya dengan membaca judulnya, kalau tidak suka ya langsung scroll dan mencari berita lain yang lebih menarik.
Jepang, Korea, China adalah penghasil teknologi canggih, tapi mereka membatasi penggunaan medsos terutama aktivitas yang bisa membahayakan keamanan negara. Â Sedangkan Indonesia temasuk negara yang membebaskan masyarakat menggunakan media sosial. Â Jika menilik aktivitas medsos sekarang ini, netizen Indonesia benar-benar agresif. Chanel-chanel politik subur memenuhi visual, YouTube bisa jadi mulai menenggelamkan televisi. Masyarakat dengan mudah mengakses You Tube dimanapun mereka berada, di kereta api, transjakarta, Bis Antar kota, KRL, LRT, MRT, di ruang publik, taman, kantor dan rumah. Sepanjanghari jutaan pengguna menyisir chanel-chanel medsos. Dari channel gosip, podcast, komedi, sampai film pendek. Film-film yang semula tayang di bioskop dan televisi dengan mudah ditonton lewat gadget. Banyaknya aplikasi hiburan dengan cara berlangganan atau gratis tersedia. Mereka akan terdiam, sibuk dengan aktivitas masing masing bermedsos ria atau tengah asyik tenggelam dalam suasana horor, perang, dengan menonton film di gadget.
Anak kecil yang ribut dan bikin repot orang tua akan terdiam saat diberi gadget. Masyarakat asosial semakin banyak dan hubungan bathin antar masyarakat semakin tersingkir dengan adanya medsos. Untuk rapat dan bersilaturahmi tidak perlu ketemu langsung bisa menggunakan Video Call, zoom dan google meet, Untuk kuliah tidak harus datang ke kampus, cukup membuka laptop, membuka aplikasi zoom maka mahasiswa bisa mendengarkan presentasi, penugasan dari dosen tanpa perlu bertatap muka langsung.
Bikin artikel atau paper, tidak perlu repot seperti dulu yang harus datang ke perpust atau toko buku, google menyediakan banyak alternatif pengetahuan, cukup ketik kata kunci maka akan muncul berderet referensi dari apa yang kita cari. Gemini, AI, chat GPT bisa membantu menghasilkan artikel tanpa perlu repot  belajar menulis dan belajar menuangkan gagasan dengan menulis.
Cek dan Ricek Untuk Menghindari Berita Hoaks
Kembali ke daya rusak medsos, sebenarnya bukan mengkampanyekan pengaruh negatifnya tetap semata-mata mengingatkan untuk mewaspadai pengaruh gadget bagi adab, perilaku dan sopan santun  bermedsos. Tidak terjebak untuk mudah mengumpat, menghujat tanpa melakuakn cek dan ricek.
Cek fakta dulu sebelum komentar, cari berita yang bukan sekadar hoaks untuk memastikan komentar kita bukan sekedar fitnah. Â Sayangnya menurut pengamatan penulis, banyak pegiat medsos yang dinamakan netizen terjebak dalam polarisasi arus massa yang suka mendesak dan memaksa kesamaan pendapat terutama dalam dunia politk. Dunia politik sangat rawan disusupi oleh banyak kepentingan terutama pihak yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Yang terjadi saat ini di media sosial mncul pembelahan. Muncul kata-kata yang bisa memilah milah manusia berdasarkan perbedaan suku, agama, ras ideologi. Banyak pendepat berseliweran terutama bila menyangkut agama, politik yang membuat masyarakat seperti tengah menghadapi perang. Ada yang fair, menggunakan nalar dalam berpendapat ada yang sekadar beda dan bahkan emosional ketika sudah dihadapkan pada keyakinan.
Sebagai penulis, sumbangsih pada negara hanyalah mencoba memberi keseimbangan pola pikir, tidak mudah terjebak pada dukung mendukung tanpa akurasi berita yang bisa dipertanggungjawabkan. Bukan berarti mematikan daya kritis dengan membela sebuah rezim, tetapi mencoba mendudukkan persoalan dengan hati lapang terbuka, menghargai perbedaan tetapi tidak terjebak pada provokasi negatif.
Kritis dan Solutif Masyarakat Pengguna Medsos
Semoga Indonesia semakin berkembang dengan adanya teknologi canggih, namun sebagai masyarakat berharap pemerintah bijak memfilter pengaruh buruk budaya yang ingin membenturkan masyarakat dengan masyarakat.  Bukan berarti pemerintah membungkam informasi di era keterbukaan ini, tetapi adanya perangkat hukum dan peraturan lebih pada pencegahan potensi perpecahan, dan perang akibat perbedaan opini, perbedaan ideologi dan sentimen agama. Masyarakat yang bersatu pasti susah dikalahkan. Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang kritis terhadap informasi, tidak menelan mentah-mentah  berita tetapi melalui pertimbangan matang, hingga bisa menanggapi sebuah isu dengan bijaksana dan tidak emosional. Itu salah satu nasihat hati nurani saya yang coba saya resapi. Salam damai selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H