Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sosmed, Sumber Ilmu Pengetahuan dan Dampak Negatifnya

25 Agustus 2024   14:19 Diperbarui: 25 Agustus 2024   17:49 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman teknologi canggih ini teknologi memberi gift bagi manusia mudah mencari peluang pekerjaan, mudah berkomunikasi tanpa mempertimbangkan jarak dan waktu, dari belahan dunia manapun dengan mudah terkoneksi asal memiliki akses internet. Keuntungan sosial media adalah terbukanya dunia, makin banyak hal sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, sangat cepat memperoleh berita, sangat beragam inspirasi yang hadir lewat sosmed. Bahkan sosmed bisa memberi peluang ketemu saudara yang sudah lama lose kontak.


Dampak Positif dan Negatif Media Sosial Era Masa Kini

 Pengaruh Negatif media sosial juga tidak main-main, medsos bisa menebarkan ideologi yang bisa merusak nasionalisme, memberi dampak buruk bagi generasi muda yang terhadap perilaku hedonisme, konsumerisme dan juga pembullian secara global. Sangat mudah mengetahui perkembangan politik dan situasi sebuah negara (kecuali negara itu menutup akses internet dan membatasi masyarakatnya bermedsos). Indonesia salah satu pengguna media sosial terbesar di dunia. Banyak yang mempunya chanel yang tersedia seperti , facebook, twitter/ X, Instagram, tiktok, Treads. Jutaan pengguna itu memanfaatkan media sosial untuk eksistensi diri, menunjukkan prestasi dan kadang kamuflase diri dengan bantuan AI, gambar-gambar yang bisa dibuat dengan aplikasi untuk menyembunyikan jati diri sebenarnya. Banyak yang sudah menjadi korban dari masifnya medsos untuk mengubah perilaku, adab dan perilaku penggunanya.

Dampak medsos bisa menjadi daya rusak paling cepat dan dahsyat kalau masyarakat tidak dibekali literasi yang cukup untuk menangkal pengaruh negatifnya. Jadi kalau ingin menjadikan media sosial sebagai sosial branding, panjat sosial untuk memberi kesempatan mendapatkan pekerjaan layak, segera filter medsos provokatif yang bisa menjerumuskan masyarakat dalam jurang rusaknya peradaban.

Bukan berarti media sosial tidak berguna, sangat berguna kalau bisa memanfaatkannya untuk menambah pengetahuan dan memberi inspirasi pada pekerjaan dan usaha, tapi akan menjadi sia-sia jika hanya dijadikan media ghibah, memuaskan nafsu untuk memaki dan melampiaskan dendam kesumat. Bagi konten kreator media sosial bisa menjadi peluang bagi bertambahnya pendapatan bahkan bisa menjadi tambang uang yang menggiurkan. Jika chanelnya terkenal, sering FYP, sering trending maka fllwer berduyun duyun datang hingga menghasilkan  dollar. Tidak terasa tabungan menggembung dan perekonomian terangkat.

Bahkan petani pun jika bisa memanfaatkan peluang bisa viral dan mendapatkan cuan dari aktivitas media sosialnya. Sayangnya banyak juga media online bermunculan melahirkan berita-berita yang diragukan kebenarannya karena sering terdeteksi menayangkan berita hoaks yang hanya berisi pembohongan publik.

Di era modern dengan medsos yang dominan masyarakat harus lebih pintar dan waspada, jangan telan mentah-mentah sebuah berita harus selalu cek dan ricek, mencari second opinion, mencari berita lain biar seimbang informasinya.  Tidak  mudah terpedaya pada tagline-tagline, atau tagar yang ingin membenturkan masyarakat dengan masyarakat. Sebaiknya tidak mudah tergoda dengan judul-judul cickbait, cermati dan baca tuntas tidak lantas buru-buru komentar hanya dengan membaca judulnya, kalau tidak suka ya langsung scroll dan mencari berita lain yang lebih menarik.

Jepang, Korea, China adalah penghasil teknologi canggih, tapi mereka membatasi penggunaan medsos terutama aktivitas yang bisa membahayakan keamanan negara.  Sedangkan Indonesia temasuk negara yang membebaskan masyarakat menggunakan media sosial.  Jika menilik aktivitas medsos sekarang ini, netizen Indonesia benar-benar agresif. Chanel-chanel politik subur memenuhi visual, YouTube bisa jadi mulai menenggelamkan televisi. Masyarakat dengan mudah mengakses You Tube dimanapun mereka berada, di kereta api, transjakarta, Bis Antar kota, KRL, LRT, MRT, di ruang publik, taman, kantor dan rumah. Sepanjanghari jutaan pengguna menyisir chanel-chanel medsos. Dari channel gosip, podcast, komedi, sampai film pendek. Film-film yang semula tayang di bioskop dan televisi dengan mudah ditonton lewat gadget. Banyaknya aplikasi hiburan dengan cara berlangganan atau gratis tersedia. Mereka akan terdiam, sibuk dengan aktivitas masing masing bermedsos ria atau tengah asyik tenggelam dalam suasana horor, perang, dengan menonton film di gadget.

Anak kecil yang ribut dan bikin repot orang tua akan terdiam saat diberi gadget. Masyarakat asosial semakin banyak dan hubungan bathin antar masyarakat semakin tersingkir dengan adanya medsos. Untuk rapat dan bersilaturahmi tidak perlu ketemu langsung bisa menggunakan Video Call, zoom dan google meet, Untuk kuliah tidak harus datang ke kampus, cukup membuka laptop, membuka aplikasi zoom maka mahasiswa bisa mendengarkan presentasi, penugasan dari dosen tanpa perlu bertatap muka langsung.

Bikin artikel atau paper, tidak perlu repot seperti dulu yang harus datang ke perpust atau toko buku, google menyediakan banyak alternatif pengetahuan, cukup ketik kata kunci maka akan muncul berderet referensi dari apa yang kita cari. Gemini, AI, chat GPT bisa membantu menghasilkan artikel tanpa perlu repot  belajar menulis dan belajar menuangkan gagasan dengan menulis.

Cek dan Ricek Untuk Menghindari Berita Hoaks

Kembali ke daya rusak medsos, sebenarnya bukan mengkampanyekan pengaruh negatifnya tetap semata-mata mengingatkan untuk mewaspadai pengaruh gadget bagi adab, perilaku dan sopan santun  bermedsos. Tidak terjebak untuk mudah mengumpat, menghujat tanpa melakuakn cek dan ricek.

Cek fakta dulu sebelum komentar, cari berita yang bukan sekadar hoaks untuk memastikan komentar kita bukan sekedar fitnah.  Sayangnya menurut pengamatan penulis, banyak pegiat medsos yang dinamakan netizen terjebak dalam polarisasi arus massa yang suka mendesak dan memaksa kesamaan pendapat terutama dalam dunia politk. Dunia politik sangat rawan disusupi oleh banyak kepentingan terutama pihak yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun