Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sudut Pandang "Oposisi" Indonesia

30 Juli 2024   15:03 Diperbarui: 30 Juli 2024   21:09 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Indonesia untuk menjadi visioner dan berpikir ke depan akan banyak rintangannya, sebab masih banyak masyarakat yang berpikir jangka pendek. Maka muncul berbagai persoalan ketika orang-orang hanya berpikir pendek dengan pembangunan yang hanya diusahakan untuk kepentingan partai politik yang banyak menyerap aspirasi berdasarkan kepentingan tertentu, tetapi tidak berpikir bahwa Indonesia harus dipersiapkan menuju masa depan yang gemilang dengan menyiapkan infrastruktur, midset baru dengan lompatan pemikiran ke depan, perilaku orang orang terdidik yang menghargai waktu dan peraturan, disiplin dan bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan, kesadaran membuang sampah untuk kepentingan kesehatan dan keseimbangan ekosistem.

Oposisi tampaknya lebih berpikir pendek, dengan membabi buta beda, mungkin ada yang tidak berpikir bahwa diantara yang buruk-buruk masih ada sisi baik yang mesti diapresiasi. Bahkan saking menggebunya riset, sumber bacaan kredibel dan valid tidak sempat dibaca, yang dibaca hanya hal-hal buruk yang pernah didengar dan mungkin hanya rumor yang santer beredar di masyarakat, lebih menyukai berita viral yang belum tentu benar, tetapi sudah dianggap benar.

Sudut pandang pemikiran seseorang terutama yang datang dari parpol yang merasa tersakiti, dikhianati, seperti ditusuk dari belakang hingga tantrum dengan menyerang membabi buta. Sebagai pemerhati mungkin penulis salah memahami pemikiran petinggi parpol yang tampak begitu membenci seseorang yang menurut mereka dianggap pengkianat. Para petinggi parpol merasa harus menghukum dengan membuat narasi-narasi sepihak untuk membuat "Sang Pengkianat" sebagai penjahat pelanggar konstitusi, mempermainkan institusi dengan cawe-cawe dan mengintervensi putusan lembaga hukum.

Namun pemikiran penulis bisa saja salah sebab jika murni berpikir dan berada di pihak netral merasa bahwa apa yang dirasakan parpol yang merasa terkhianati dan tersakiti itu wajar. Mereka pasti akan merasa tertusuk dari belakang oleh kader andalan yang akhirnya "mbalelo" dan tidak mendukung keputusan partai tempat bernaungnya.

Berbagai silang pendapat yang beredar di media massa, media online, You Tube, Twitter/ X, Instagram,  adalah cerminan masyarakat dari negara yang sedang berkembang. Sedang mencari bentuk sedang proses menuju negara maju tetapi belum disertai pemahaman baik dari masyarakat secara keseluruhan.

Untuk menjadi manusia beradab perlu kesadaran diri untuk tidak melanggar komitmen yang sudah disepakati bersama. Namun demi ambisi kekuasaan manusia seringkali melakukan segala cara hingga akhirnya masyarakat belum percaya sepenuhnya pada partai politik, dan elit kekuasaan, terutama birokrat yang rakus dan  enteng melakukan pungutan.

Sudut pandang tiap orang berbeda makanya ketika ada rivalitas, perbedaan pendapat, perbedaan dalam memahami bahasa politik, perbedaan perilaku politik masyarakat masih bingung siapa sebenarnya yang bisa diikuti dan dipercaya jejaknya.

Masyarakat dibiarkan menunggu atau perlu revolusi di segala lini untuk mengubah mindset masyarakat terhadap politik, partai politik yang masih silang sengkarut. Semoga semakin dewasa, sehingga kita bisa menyaksikan segala komponen masyarakat, partai politik, penguasa, legislatif bisa kompak mengawal demokrasi dan kemajuan bangsa, bukan dengan saling menghina dan mengungkapkan kebencian yang kontraproduktif.salam  demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun