Di saat ini ketika banyak orang bicara akhlak, bicara etika sambil marah-marah sambil berdiri di mimbar-mimbar demo, benarkah mereka adalah pejuang akhlak dan mampu menunjukkan adab dan etika yang baik.Â
Mereka berteriak dimimbar dengan melontakkan makian, menilai dan menjatuhkan sosok berdasarkan informasi katanya-katanya, dari media-media gosip dan bocor halus dari orang orang yang tengah tertekan karena tidak mendapatkan apa yang mereka maui.
Aku hanya menulis dan mencatat beberapa peristiwa yang kuingat dari jutaan cerita yang berseliweran dalam ruang memori. Semakin gelisah oleh banyaknya pikiran yang tersimpan diruang gagasan semakin gelisah untuk segera menyalurkan dalam aktifitas menulis.
Kini sebagian gagasan telah ditampung oleh platform seperti Kompasiana, sebagian tertulis di gelasah kertas yang tercecer, sebagian rapi tertulis di diary dan sebagian lagi di status media sosial.Â
Itulah jejak tulisan. Ia tidak akan terhapus selama masih tersimpan rapi dalam jagat digital dan sekumpulan tulisan yang telah menjadi buku.
Dan ketika tulisan dilihat, diapresiasi diberi reaksi dan menjadi bahan diskusi hangat ada spirit lebih untuk terus menorehkan kata-demi kata untuk selalu menjaga kewarasan pikiran.Â
Dari silang sengkarut diksi kata yang banyak muncul diruang ruang publik dari spanduk sampai stiker-stiker bak truk, ternyata manusia menyimpan bara seperti filsuf yang mampu mengejawantahkan sisi humanisme manusia bisa memotret apa yang ada dalam sebagian pikiran manusia.
Menulis adalah tentang menulis adalah soal rasa, menulis adalah saat gagasan menjadi deretan ide yang terakumulasi lewat karya imajiner, bisa ilmiah logis, bisa hanyalah imajinasi fiktif tetapi hasil dari pengendapan nurani manusia yang berharap kesempurnaan tetapi tidak pernah bisa sempurna.Â
Yang berharap bisa melebur dosa sampai setuntas-tuntasnya meskipun dikemudian hari terperosok lagi dalam dosa demi dosa, kesalahan demi kesalahan dan kesesatan-demi kesesatan karena ambisi kekuasaan.
Biarkanlah tangan bergerak menulis, dan otak membantu mengalirkan susunan kata-kata dan nurani memberi keseimbangan dengan menggarap sisi rasanya.Â
Baiklah. Semoga secuil tulisanku mampu memancing teman-teman mengadu gagasan dan sharing pengalaman menulis, siapapun bisa menulis hanya  yang berhasil konsisten biasanya mampu memiliki menjaga ritme hingga tidak terasa sudah ribuan tulisan berhasil dipublikasikan entah sebagai penulis profesional maupun mereka yang sekedar hobi untuk menyalurkan kesenangan.
Kesehatan jiwa itu penting untuk menjaga kewarasan di tengah dunia yang tengah sakit, dan demokrasi yang tengah limbung (katanya)