Bertahun-tahun aku hanya berkabar lewat telepon itupun kadang lupa, kadang terlewatkan perhatianku pada orang tua satu-satunya yang masih hidup. Bapakku sudah beberapa tahun meninggal saat aku juga belum sempat berbakti dan membalas perhatian di masa tua.
Darmin, Darmin, kamu tampaknya melewatkan beberapa peristiwa penting dalam hidupmu. Terlalu suntuk dengan kehidupan di kota sehingga melupakan kenangan manis saat masih ada di desa. Masih ingatkah teman kecilmu, Marsih. Setiap ketemu ia menunduk, tapi diam-diam mencuri perhatian. Wajah polos remaja desa, yang banyak dihabiskan di sawah untuk membantu orang tuanya yang hanya buruh tani, dan sering menggarap sawah tetangganya yang seorang guru. Yaitu orang tuaku. Aku sendiri benar-benar tidak sadar ada gadis remaja yang diam-diam suka padaku.
Seorang remaja yang pertama kali merasakan getar-getar cinta, namun hanya bisa dipendam. Terus terang ia pasti malu mengatakan bahwa ia diam-diam jatuh cinta. Apakah kamu merasakan getar-getar cinta Darmin?
Waktu itu aku hanya tahu, bahwa selain sekolah blusukan dan nonton wayang burung merpati saja yang mencuri perhatianku. Bahwa aku tidak sadar bahwa aku sudah mulai besar, Terbukti aku sering mimpi bermesraan dengan perempuan cantik. Adegan percintaan itu membawaku pada sebuah mimpi yang membuat pipiku merah padam. Ibuku melihat celanaku basah. Dalam puncak mimpi aku merasakan ada yang keluar dari tubuh dan setelah itu kurasakan basah di celana. Untunglah guru biologiku dan guru BK ku pernah bercerita tentang masa akhil balik laki-laki. Berarti aku sudah beranjak remaja dan mulai dewasa.
Tapi hanya mimpi yang menemaniku, sedangkan rasa jatuh cinta belum sama sekali kurasakan. Marsiih sudah mulai merasakan perubahan baik dari perubahan pada tubuhnya juga perhatiannya pada lelaki, kebetulan akulah yang pertama kali yang membuat ia jatuh cinta.
Aku sendiri malah risih dengan segala perhatiannya yang bagiku berlebihan, jengah dan bingung harus menghindar setiap kali tatapannya mulai membuatku kheki. Itu puluhan tahun lalu saat aku mulai beranjak dewasa, nanti akan kuceritakan cerita-cerita aneh dan norak, tapi jangan berharap mendayu-dayu seperti sinetron atau cerita drama aneh yang sering muncul di kisah cerita cinta yang mirip dengan Romeo dan Yuliet. Yang ada adalah cerita cinta laki-laki aneh yang hampir sepanjang perjalanan hidup di desa tahunya hanya cerita tentang perjalanan dan alam serta burung merpati yang menemani sepanjang waktu.
Widodo, preman kampung dukdeng kampung sering mengejekku. "Kamu itu laki-laki, tapi sama perempuan dingin banget... aneh...wandu?"
Wandu itu adalah julukan pada laki-laki yang kelakuannya mirip perempuan. Aku sebenarnya marah dikatakan seperti itu tapi terus terang takut bila harus melawan preman kampung itu. Jadi diam saja sambil menahan geram.
Pelan-pelan aku hanya mengatakan: "Buajinguk!" Eh sepertinya ia dengar umpatanku. Sebuah bogem mentah mendarat di mukaku.
"Dueeessss!!!" mataku berkunang-kunang dan hampir pingsan. Sambil terhuyung-huyung aku menjauh dari preman itu, pergi menghindari masalah.
Dari jauh sayup-sayup ke dengar Widodo "Ndower" itu memakiku