Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ganjar dan Puan Bersaing yang Cantik Saja Jangan Saling Sindir

9 Mei 2022   11:29 Diperbarui: 9 Mei 2022   11:59 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Matahari di PDIP Puan dan Ganjar (nasional.kompas.com)

Begitulah sepertinya sebagian masyarakat kita sudah terkena penyakit "Gendeng permanen" yang oposisi terus menyerang tidak peduli apapun pada kesuksesan penguasa, yang penting bisa mencari titik lemah, dan ngublak-ublak kekurangan kemudian diviralkan hingga membuat para barisan sakit hati kompak, seragam misuh-misuh dengan bahasa vulgar yang tidak menunjukkan adab ketimuran sama sekali.

Kembali ke bahasan tentang Puan dan Ganjar. Puan Maharani Anak Megawati Soekarno Putri dan Taufik Kiemas sudah terjun cukup lama mengikuti jejak ibunya menjadi aktivis politik. Masuk organisasi politik Partai Demokrasi Indonesia perjuangan. 

Belajar dari Megawati yang anak biologis sekaligus ideologis Soekarno. Banyak diam namun sekali bicara mirip dengan Soekarno yang menggebu-gebu jika bicara tentang demokrasi dan masalah rakyat.

Puan belajar dari tangguhnya partai menghadapi tekanan demi tekanan, hujatan demi hujatan partai lain dan pengamat politik dan pemerintahan. Sosok seperti Megawati Puan dan Megawati sudah kenyang dengan semburan hinaan dan cacian dari lawan politiknya, apalagi netizen julid era digital ini. 

Ribuan bahkan jutaan kata nyinyir pasti sering sampai ke telinga mereka. Apapun hal jelek dari lawan politik dan para buzzer tentang mereka tidak menggoyahkan prinsip politiknya.

Serangan dari lawan politik yang menginginkan Indonesia diarahkan menjadi negara berdasarkan agama tidak surut. Maka ketika demokrasi bisa merangkul banyak agama dan berusaha mendengungkan tentang pentingnya toleransi, ada banyak serangan muncul dari para politisi yang menjalankan strategi politik berdasarkan kebenaran-kebenaran agama. 

Dan tampaknya agama mayoritas saat ini tengah bergolak dengan munculnya akidah dan tafsir beda padahal mereka berasal dari agama yang sama. Betapa rumitnya menyatukan partai politik dalam satu kandang bersama untuk menegakkan suara- suara satu dalam mayoritas agama. 

Malah pergolakan, percekcokan dan saling serang antar umat memperuncing situasi dan membuat terjadinya pembelahan. Yang mengaku nasionalis dan yang menginginkan negara agamis.

Agama menjadi pemantik dari pertikaian, membelah dalam sel-sel dan menjadi ormas yang berdiri berdasarkan mashab yang berbeda. Tidak tersedia ruang dialog, yang ada adalah saling mengklaim yang terbenar. Tidak ada yang mau mengalah sebab mereka menanggap diri merekalah yang terbenar yang lain ke laut saja.

Maka muncul partai nasionalis, yang berdiri bukan berdasarkan agama, namun merangkul semua agama termasuk minoritas untuk membangun negeri. Karena Indonesia beragam dan multi ras dan kepercayaan tampaknya cita- cita membangun negara berdasarkan agama utopis. 

Kalau sampai terjadi sebuah negeri yang terbentuk dan bersatu karena keragaman dan perbedaan yang disatukan secara ideologis dalam negara kesatuan Pancasila dan akan diarahkan ke negara berbentuk berbasis agama akan seperti apakah bentuk negeri ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun