Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hobi Mana yang Kau Pilih? Fokus Dong!

8 Januari 2020   23:50 Diperbarui: 9 Januari 2020   02:31 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fokus pada satu Hobi?(brilio.net)

Kalau banyak maunya semua hobi maunya diborong. Bersepeda iya, menulis iya, melukis atau mengambar juga iya, memelihara binatang iya juga, Lah maunya apa sih. Hobi tidak usah banyak tetapi ditekuni dengan total, siapa tahu dari hobi itu akan menghasilkan sesuatu.

Jika hobi menulis, terus pelihara konsistensi, fokus untuk belajar, membaca dan tentu saja menulis. Latihan dan terus menangkap ide untuk dijadikan bahan tulisan. 

Hobi bagaimanapun butuh fokus untuk melakukannya. Dari hobi kemudian berkembang menjadi peluang usaha dan bila ditekuni bisa menjanjikan usaha yang mampu menghidupi diri sendiri dan keluarga.

Totalitas menekuni Hobi

Totalitas penting agar passion yang menjadi fokus perhatian mampu dimaksimalkan. Sudah banyak blogger yang mulanya hanya berawal dari hobi mampu menangkap peluang. 

Ada yang akhirnya menjadi novelis, pembicara, motivator sukses. Semuanya karena selain peka menangkap peluang juga tidak takut gagal dalam menjalani passion yang mereka mau.

Saya sebetulnya mempunyai minat banyak baik dalam bidang menggambar, maupun menulis. Hobi menulis saya dimulai ketika saya sebetulnya bukan orang yang mudah mengungkapkan kata- kata dengan berkomunikasi langsung. 

Waktu masih ABG ketika mulai mulai mengagumi lawan jenis, ada kesulitan mendasar yang membuat saya selalu gagap bila hendak ngomong pada orang yang sedang ditaksir. 

Pelarian saya akhirnya adalah mengungkapkan kegundahan, kegalauan dan perasaan jatuh cinta dengan menulis. Mula -- mula asal nulis, yang penting apa yang dirasakan jiwa bisa terungkap dengan menulis.

Kebetulan salah satu kesukaan saya sejak kecil adalah membaca. Lingkungan saya sangat mendukung untuk menyenangi bacaan karena ayah dan nenek saya suka membaca. 

Bacaan saya termasuk bacaan dewasa karena yang sering saya lihat nenek saya sangat serius jika sudah membaca karya S H Mintardja yaitu Nagasasra Sabuk Inten. 

Ayah saya suka  membaca Api di Bukit Menoreh. Bacaan dari SH Mintardja adalah semacam cerita bersambung yang bergenre silat sejarah. 

Sama Juga dengan cerita Naga Sasra Sabuk Inten. Agak besar sedikit saya sering dipinjami ibu saya bacaan dari tempatnya mengajar, Buku buku terbitan Balai Pustaka, berisi dongeng dan kisah- kisah bocah kampung yang ada unsur petualangannya dan tuntutan pengajaran karakter.

SMP saya menyukai bacaan- bacaan terjemahan yaitu karya Enyd Biliton yaitu Lima Sekawan, cerita misteri dari Agatha Christie, Semasa SMA agak berat lagi karena suka dengan cerita dari Novel John Grisham, dan cerita- cerita puitis dari  sastrawan sekelas Iwan Simatupang. Roman picisan karya Mira W, Wiro Sableng, Lupus.

Cerita- cerita dan bacaan itu terus terang mempengaruhi gaya penulisan saya. Lalu mengapa saya akhirnya memilih kuliah di seni rupa, kenapa tidak memilih sastra atau jurnalistik? Itulah saya sendiri bingung, banyak hobi yang sebetulnya saya minati, hingga akhirnya banyak yang akhirnya saya jalani setengah- setengah. Saya memang kuliah di Jurusan Pendidikan Seni Rupa tapi seringkali malah lebih total menulis.

Saya bekerja berdasarkan intuisi, ada saat ketika menggambar saya sangat sabar menggores -- gores pulpen di atas kertas sampai menjadi sebuah karya sketsa yang menurut teman- teman lebih ke surealis, seperti mencerminkan karya bawah sadar, sketsa yang mengalir, mengikuti intuisi yang ada. Kadang jika hilang mood maka gambarnya akhirnya berantakan juga.  

Sama seperti ketika dalam menulis ada saat tiba- tiba  muncul writer block, tiba- tiba hilang mood dalam menulis, ya tulisan yang tanggung akhirnya saya tinggal saja.

Antara menggambar dan menulis. Semuanya sebagai ekspresi jiwa, dua- duanya menggunakan rasa dan semuanya bagus jika dilakukan secara konsisten dan tekun. Jika saya harus memilih terus terang susah menjawabnya. Biarlah semuanya saya biarkan mengalir, Menulis ya, menggambar iya juga, maruk tuh namanya? Masa Bodo!

Hobi, passion dan apapun pekerjaan yang butuh ketekunan harus dilakukan dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa. Butuh biaya juga untuk memeliharanya. 

Kalau menulis modal utama selain semangat juga bacaan atau literatur dan juga kalau perlu riset, penelitian kecil kecilan dan modal untuk mengunjungi atau melihat obyek- obyek wisata, situs, tempat- tempat yang mempunyai kaitan dengan ide yang sedang ditulis. 

Dalam  filosofi Jawa dikenal dengan Jer Basuki Mawa Bea, Untuk sukses harus ada pengorbanan atau biaya yang harus dikeluarkan.

Kuliah di jurusan seni rupa ternyata biayanya tidaklah sedikit. Dari peralatan lukis, membeli media, mencari obyek- obyek yang menarik untuk dijadikan pemantik ide dalam menggambar. 

Ke pantai, ke kota, ke tempat yang unik nan artistik, ke pegunungan, ke tempat di mana imajinasi dan kekayaan visual bisa ditangkap memori.

Cat lukis dan kanvas  tidaklah murah. Titik penyesalan dulu ketika kuliah adalah totalitas. Saya sering setengah- setengah dalam berkarya, jadinya lulus ya lulus tapi dengan catatan hehehe. 

Saya malah sering sibuk main teater, aktif di olah raga pencak silat. Dan tentu saja menulis sebagai ekspresi saya saat galau, saat suka pada seseorang tetapi susah mengungkapkannya.

Hobi, passion dan totalitas itu amat penting untuk menunjang kesuksesan seseorang menekuni pekerjaannya. Fokus juga membantu memberikan titik konsentrasi agar bakat yang ada seseorang bisa dimaksimalkan. Dengan bekerja total dan maksimal buah- buah kesuksesan akan dengan mudah diraih.

Saya menulis pengalaman saya mencoba membuat refleksi tentang pengalaman hidup, saya share kan kepada pembaca untuk memberikan testimoni agar siapapun yang ingin mengembangkan bakat secara maksimal ingat bahwa ketekunan, fokus, dan kerja keras akan memberikan hasil lebih besar dibandingkan dengan hanya menekuni banyak bidang, menyukai banyak hal tetapi hanya dilakukan setengah- setengah. 

Profesi apapun butuh totalitas agar sukses merengkuh cita -- cita dan usaha. Dan kegagalan demi kegagalan yang mewarnai usaha adalah bumbu, ujian dan tantangan yang harus bisa ditaklukkan.

Lebih Menyenangkan Jika Hobi menjadi Nafkah, Bukan Mencari Nafkah Untuk membiayai Hobi

Hobi yang berawal dari bakat dan kemudian ditekuni lebih nikmat tentunya untuk anda, selain pasti sesuai passion, menyenangkan dan bisa menghasilkan. alangkah bahagianya. 

Hobi kadang membuat orang merogoh kantong dalam- dalam demi kepuasan dan selingan hidup. Tetapi jika hobi malah menambah pendapatan yang sungguh luar biasa.

Menjadi diri sendiri. Itu yang terpenting. Menafkahi hobi boleh tetapi mendapat keuntungan dari hobi jauh lebih penting. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun