Ayah saya suka  membaca Api di Bukit Menoreh. Bacaan dari SH Mintardja adalah semacam cerita bersambung yang bergenre silat sejarah.Â
Sama Juga dengan cerita Naga Sasra Sabuk Inten. Agak besar sedikit saya sering dipinjami ibu saya bacaan dari tempatnya mengajar, Buku buku terbitan Balai Pustaka, berisi dongeng dan kisah- kisah bocah kampung yang ada unsur petualangannya dan tuntutan pengajaran karakter.
SMP saya menyukai bacaan- bacaan terjemahan yaitu karya Enyd Biliton yaitu Lima Sekawan, cerita misteri dari Agatha Christie, Semasa SMA agak berat lagi karena suka dengan cerita dari Novel John Grisham, dan cerita- cerita puitis dari  sastrawan sekelas Iwan Simatupang. Roman picisan karya Mira W, Wiro Sableng, Lupus.
Cerita- cerita dan bacaan itu terus terang mempengaruhi gaya penulisan saya. Lalu mengapa saya akhirnya memilih kuliah di seni rupa, kenapa tidak memilih sastra atau jurnalistik? Itulah saya sendiri bingung, banyak hobi yang sebetulnya saya minati, hingga akhirnya banyak yang akhirnya saya jalani setengah- setengah. Saya memang kuliah di Jurusan Pendidikan Seni Rupa tapi seringkali malah lebih total menulis.
Saya bekerja berdasarkan intuisi, ada saat ketika menggambar saya sangat sabar menggores -- gores pulpen di atas kertas sampai menjadi sebuah karya sketsa yang menurut teman- teman lebih ke surealis, seperti mencerminkan karya bawah sadar, sketsa yang mengalir, mengikuti intuisi yang ada. Kadang jika hilang mood maka gambarnya akhirnya berantakan juga. Â
Sama seperti ketika dalam menulis ada saat tiba- tiba  muncul writer block, tiba- tiba hilang mood dalam menulis, ya tulisan yang tanggung akhirnya saya tinggal saja.
Antara menggambar dan menulis. Semuanya sebagai ekspresi jiwa, dua- duanya menggunakan rasa dan semuanya bagus jika dilakukan secara konsisten dan tekun. Jika saya harus memilih terus terang susah menjawabnya. Biarlah semuanya saya biarkan mengalir, Menulis ya, menggambar iya juga, maruk tuh namanya? Masa Bodo!
Hobi, passion dan apapun pekerjaan yang butuh ketekunan harus dilakukan dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa. Butuh biaya juga untuk memeliharanya.Â
Kalau menulis modal utama selain semangat juga bacaan atau literatur dan juga kalau perlu riset, penelitian kecil kecilan dan modal untuk mengunjungi atau melihat obyek- obyek wisata, situs, tempat- tempat yang mempunyai kaitan dengan ide yang sedang ditulis.Â
Dalam  filosofi Jawa dikenal dengan Jer Basuki Mawa Bea, Untuk sukses harus ada pengorbanan atau biaya yang harus dikeluarkan.
Kuliah di jurusan seni rupa ternyata biayanya tidaklah sedikit. Dari peralatan lukis, membeli media, mencari obyek- obyek yang menarik untuk dijadikan pemantik ide dalam menggambar.Â