Era digital Gaya Menulis Perlu Penyesuaian dengan Media
Sekarang eranya internet, menulis tidak lagi dibatasi dengan teori jurnalistik dengan rumusan 5 W + 1 H. dari tulisan-tulisan sahabat Kompasianer, blogger, dan karya karya zaman milenial kata- kata menjadi sering lebih diefektifkan dengan memilih judul aneh dan membikin penasaran pembaca yang lebih sibuk memainkan scroll di layar gawai.Â
Artikel- artikel di gawai hanya akan dibaca sekilas, sepintas saja. Sambil mendengarkan musik lewat bantuan Headphone, sambil kepala goyang-goyang maka menulislah dengan riang gembira.
Itulah untuk belajar menulis penulis pikir harus mulai dari pengalaman pribadi lalu berkembang menjadi pengulas, pengamat, hingga akhirnya menjadi kritikus. Penulis menasihati diri sendiri agar tidak minder bila tulisan dibaca orang lain. Istilah lainnya adalah pembaca.Â
Tidak terbayangkan dulu ketika sumber bacaan masih dari media mainstream ada dialog interaktif antar pembaca dan penulis. Dengan munculnya Media blog, komunikasi menjadi lebih mudah dan komunitas bisa terbangun.Â
Kelemahannya kita menjadi seperti orang autis yang sebentar- sebentar membuka gawai sekedar mengintip tulisan sudah di komen atau belum. Sudah diganjar Headline atau belum, sudah dibaca oleh ratusan viewer atau hanya sekelumit pembaca disitu perasaan emosi sebagai penulis seperti diuji terus.
@Jokodwi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H