Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Ternyata Ide Menulis Itu Teramat Dekat

28 November 2018   13:55 Diperbarui: 28 November 2018   17:13 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bukan termasuk orang yang pandai mengungkapkan kata lewat lisan. Boleh dikatakan agak belibet, belepotan dan kadang lupa apa yang harus ducapkan pada dialog berikutnya. 

Banyak orang ngomong saya kalau ngomong kurang jelas, kumur- kumur. Maka ketika ada vonis seperti itu saya menjadi bimbang, menjadi ragu apakah saya bisa  bergaul dengan leluasan dengan teman- teman. 

Saya bukan narrator yang baik, bukan pencerita yang runtut kurang PD jika bicara lama- lama. Itu saya alami sejak kecil. Maka ketika saya menemukan bacaan dan menulis sebagai ekspresi jiwa saya lebih banyak berdialog dengan diri sendiri. 

Amat jarang curhat kepada teman kecuali kepada ibu saya.

Awal menyukai menulis sebetulnya saya sering membuat buku- buku pelajaran saya penuh coretan, gambar dan tulisan yang tidak jelas. 

Bacaan- bacaan masa kecil semisal cerita silat Kho Ping Ho, buku-buku dari Balai Pustaka( dengan meminjam dari arsip SD tempat ibu atau ayah saya. Di rumah ada banyak buku- buku yang saya temukan di laci, majalah intisari  1970 an yang warnanya sudah menguning.

Saya baru belajar menulis ketika Jatuh cinta sewaktu SMA. Tulisan- tulisan saya ditulis di lembaran buku. Kalau keren istilahnya mungkin buku diary atau buku harian. 

Ungkapan-ungkapan yang susah diceritakan saya coba tulis. Berantakan, kacau luar biasa. Lalu kertas itu saya sobek dan buang di pojok kamar. Malu rasanya membaca tulisan saya. 

Selama beberapa tahun saya menyimpan penggalan tulisan saya. Dulu saya belum tahu bahwa tulisan itu bisa dikumpulkan dan dikirimkan ke koran, majalah atau penerbit. 

Hidup saya di desa tapi soal bacaannya sebetulnya tidak kalah dengan orang kota. Karena kebiasaan melihat ayah dan Nenek saya membaca saya terbsesi untuk mencoba melihat apa sih yang membuat mereka asyik masyuk dengan buku. 

Ternyata membaca cerita berseri itu mengasyikkan danakhirnya menjadi ketagihan. SMP saya menyukai bacaan lima sekawan karya Enyd Bilyton, atau buku karya Hilman Hariwijaya berjudul Lupus dan Agatha Christie. SMA bacaan yang seru adalah bacaan silat Wiro Sableng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun