Secanggih-canggihnya teknologi tetap lebih sempurna manusia. Makanya manusia tetaplah leader yang harus mampu menundukkan teknologi bukan untuk mendewakan gawai dan menjadi kacung teknologi.
Efektif Menyebarkan Ujaran Kebencian lewat Media Sosial
Sekarang ini dengan kemajuan teknologi terlalu sering mendengar gawai menjadi benda efektif untuk menebarkan ujaran kebencian, memprovokasi orang-orang untuk pesimis atau memanfaatkan teknologi untuk selingkuh dan melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku, seksual atau persekusi lewat kata-kata. Media sosial menjadi penyebar berita bohong, dan penyebaran paham radikal yang mengurangi kadar kebudayaan bangsa yang begitu dibanggakan.
Semakin lama manusia sering terjebak dalam paham fanatik yang membeda-bedakan keyakinan. Agama sering dimanfaatkan untuk melebarkan perbedaan, memicu perseteruan dan mengobarkan perang antar saudara. Budaya menjadi tercabik-cabik remuk redam bila menyaksikan perang komentar di media sosial.
Manusia harus bijaksana memanfaatkan teknologi. Kalau tidak nanti akan akan menjadi bumerang bagi manusia menjauhkan dengan budaya luhur bangsa, etika ketimuran dan terjebak dalam arus liberalisme yang sangat mengagungkan hukum pasar.Â
Gotong royong, ragam budaya nusantara yang kaya filosofi yang adiluhur, lokal genius serta sifat ramah tamah yang dikagumi bangsa lain yang harus dipelihara.
Kalau masyarakat terpancing untuk menebarkan kebencian di media sosial berarti tinggal menunggu kehancuran sebuah bangsa, yang tercabik-cabik dan terpecah- belah oleh kata-kata nyinyir yang beranak pinak dan viral di media sosial.Â
Saatnya kita serukan "Siapa Kita? Indonesia!" (bersama membangun negara agar sejajar dengan negara maju).Jangan hanya sibuk saling sindir dan nyinyir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H