Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gelisah Jiwa Pak Guru Seno

21 Mei 2018   15:33 Diperbarui: 21 Mei 2018   15:50 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh:Ign Joko Dwiatmoko

"Sebagai pengalaman hidup sekali-kali perlu Do''

"Okelah nanti saya coba Pak Guru"

"Hahaha..... bagus!"

Hardo teringat dua tahun lalu, sebuah masa penuh petualangan cinta dan akhirnya ia memang sempat pacaran dengan Ningrum meskipun kini harus berpisah karena keluarga Ningrum memutuskan pindah kota dan kini ia tak tahu lagi kabar tentang Ningrum.

Ia melihat mata itu persis apa yang dirasakan Ayahnya. Ia sayang sama pak Guru Seno dan tak ingin kehilangan lagi. Sesosok ayah yang menginspirasi bahasa kerennya.

Ia mendekat ke Pak Guru, Matanya lekat menerobos liar dalam jiwa Pak Guru Seno. Tercekat Pak Guru Seno menatap betapa tajamnya mata Hardo sampai terasa ada bahasa kalbu yang mampu ia tangkap dari mata bocah yang telah beranjak dewasa tersebut.

Hardo lalu bercerita tentang ayahnya dan cerita pilu yang akhirnya mengakhiri perjalanannya di dunia ini.

"Terimakasih Do, tadinya aku sudah frustasi menghadapi istriku. Apalah dayaku seorang guru yang berpenghasilan pas-pasan tapi tuntutan begitu berat harus kutanggung."Kalau kau tidak datang sekarang mungkin aku sudah mati. Aku ingin mengakhiri hidup Do. Tapi saat melihat sorot matamu, aku jadi sadar, perjalananku masih panjang. Aku harus bisa melewati perjalanan panjang itu dengan usaha dan doa. Melihat senyummu aku seperti melihat kehidupan lagi."

"Ia pak, Bapak itu seperti ayahku, Dodo tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya."

Semburat senja memerah, senja hadir menutup percakapan antara Guru dan Murid. Malam tiba dan mereka kembali ke rumah masing-masing. Dengan hati cerah Pak Guru Seno pulang, ia akan hadapi omelan, keceriwisan istrinya dengan kesadaran penuh. Mencoba bijaksana tidak terpancing emosi dan berusaha mengalah, mengalah dan mengalah dengan senyum kemenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun