Tak terasa ada air mengalir dari kelopak mata Dodo, ia tidak tega melihat betapa sengsaranya ayah menahan sakit yang amat sangat. Badannya lemah, senyumnya berat dan sorot matanya menerawang seakan-akan seperti melihat jauh ke awang-awang.
Ia berbisik ke telinga Hardo."Jadilah laki-laki tegar, dan bertanggung jaaawaaabbbbbhhhh...."
Itulah pesan terakhirnya. Kata-kata itu masih ia ingat sampai sekarang. Akhirnya nyawanya meninggalkan raganya merdeka dalam arti sebenarnya meskipun berat meninggalkan anak laki-lakinya yang sedang tumbuh kembang.
Percuma air matanya menetes toh ayahnya tidak akan kembali lagi. Ia sudah bahagia di alam lain, tinggal kini ia harus realistis. Yang ia hadapi adalah realita hidup ia tidak boleh cengeng seperti yang diajarkan ibunya yang keras.
Ia menemukan sosok ayahnya saat masuk ke jenjang SMA Â Ia adalah guru IPS yang suka mendongeng dan selalu bercerita tentang bagaimana hidup itu harus dihadapi dengan keceriaan dan kekocakan.
"Hardo, Kau sudah PDKT ke Ningrum belum, ah percuma aku dongengi cerita Arjuna bila kau tidak punya nyali mendekatinya."
"Ehmm. Emang harus pak Guru..."
"Ciee, cupu kau..."
"La bapak guru dulu juga takut ditolak khan hingga jomblo lama...."
" makanya jangan tiru bapak, tiru itu si Arjuna, kau tidak buruk-buruk amat bahkan lumayan ganteng, kulihat Ningrum sebenarnya juga suka sama kamu, kamunya aja yang pasif."
"Ehm kata ibu saya belum waktunya pacaran, nanti berantakan belajarnya."