Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Penulis adalah Penikmat Kehidupan Jadikan Menulis Kegiatan Menyenangkan

29 Januari 2018   16:04 Diperbarui: 30 Januari 2018   11:49 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memulai menulis, itu bukan pekerjaan mudah, perlu berjuang untuk menaklukkan pikiran agar fokus menyelesaikan apa yang telah dimulai. Dan musuh yang membuat tulisan terasa hambar, tidak berbobot, tidak memuaskan adalah kemalasan. Jika lama tidak menulis untuk membuka kran ide harus tersendat- sendat bahkan akhirnya tulisan awal dibabat habis, dihilangkan dan dilupakan. Jika kemudian kemalasan masih hadir pastilah tulisan menjadi  aneh, lucu, dan terasa memaksa diri hanya untuk menguntai kata- demi akta.

Ada titik jenuh jika seorang penulis terus menerus berkutat di depan laptop. Pada tulisan sebelumnya penulis mengulas tentang  bagaimana mendorong  kembali semangat menulis setelah sempat macet atau stuck/buntu karena ada titik kebosanan dan jenuh. Untuk memaksa tetap menulis tentu harus melalui sebuah perjuangan yaitu melawan kemalasan yang ada dalam diri sendiri. 

Perlawanan pada diri sendiri itu akan menemui titik terang jika mencoba bertahan menulis sampai muncul keinginan dan rasa nyaman dengan tulisan yang sedang diproses. Jika perlawanan itu berhasil, terus saja menulis samapai mendapatkan klimaks yang diinginkan. Setelah  selesai baru kemudian di save dan dibiarkan beberapa saat. 

Tulisan yang dihasilkan dari hasil sebuah perjuangan melawan kemalasan tentu tidak sesempurna ketika penulis memang dan sedang santai dan sedang menikmati keasyikan menulis. Tengoklah draf tulisan yang sudah di save, baca kembali barangkali ada paragraph, judl, susunan bahasa, kata-kata yang salah yang bertebaran di sepanjang artikel. Jika antar paragraf tidak "Nyambung" segera benahi dengan membacanya pelan- pelan dan teliti. 

Tulisan hasil pemaksaan biasanya memang kurang fokus, jadi  perlu dikembalikan dan diedit kembali untuk mendapatkan "rasa" yang diperlukan pada tulisan yang katakanlah berkualitas. Tapi kadang tulisan yang lahir dari pemaksaan malah mempunyai keunikan tersendiri, bisa saja tulisan itu menjadi semacam ungkapan jujur penulisnya.

Mengembalikan semangat menulis itu akan selalu dirasakan oleh penulis, terutama penulis yang sempat berhenti lama dari rutinitas menulis karena  terlalu sibuk pada pekerjaan utamanya, banyak masalah-masalah pribadi yang membuat aktifitasnya berhenti dan terutama rasa kecewa akibat kegagalan-kegagalan merengkuh asa dari target pribadinya(misalnya sudah menulis beberapa kali tapi tidak ada tulisan yang berhasil tembus menjadi artikel utama;contoh).

Kekecewaan dan kegagalan itu membuat secara psikologis ada tekanan bahwa mungkin ia tidak berbakat menulis, tidak mempunyai kecakapan sehingga berhenti menulis itu sebuah solusi. Padahal jika sabar akan ada moment di mana seorang penulis menemukan jawaban mengapa susah menembus (artikel utama) atau bagian impian penulis adalah bisa dimuat di koran Kompas yang terkenal susah ditembus.

Menulis itu harus sabar, siap "berdarah-darah" dalam memperjuangkan nasib tulisan yang dikirimkan ke redaksi/platform blog. Jangan buru-buru mentargetkan bahwa menulis itu akan mendapat honor besar. Jika orientasi itu(mendapat honor besar) yang selalu berdengung dipikiran calon penulis maka calon penulis akan drop, putus asa jika tidak ada titik terang dari nasib artikelnya yang sering hanya masuk meja redaksi tapi tidak pernah tembus menjadi artikel pilihan redaksi.

Kegigihan untuk selalu menulis menjadi kunci keberhasilan penulis. Suatu saat hasil karya menulis akan menemukan takdirnya, dibaca, diapresiasi, mendapat respon positif, dikomentari dan di like. Kalau beruntung tulisan-tulisan yang sudah  pernah dipublish misalnya di Kompasiana mendapat tawaran penerbit untuk dibukukan. Dan ini menjadi titik awal keyakinan bahwa menulis adalah kegiatan menyenangkan dan bisa menjadi profesi yang menjanjikan.

Apakah ada tips -- tips Agar menulis terasa menyenangkan?

1.Lingkungan tentukan kesenangan menulis?

Tentu ada!cari tempat tenang untuk menulis. Situasi yang mendukung akan mendorong seseorang bisa menulis dengan lancar. Tapi semuanya juga tergantung oleh pribadi masing-masing sebab ada penulis tetap bisa menulis dalam situasi apapun. Saat ramai, saat tenang, saat sedih, marah tetap saja bisa menulis. Tapi ada beberapa tipe penulis yang hanya bisa menulis jika suasana sepi, tenang, udara segar, dan lingkungan mendukung. Kunci utama mengapa menulis itu menyenangkan karena seorang penulis itu bekerja sesuai passionnya, menulis karena dorongan jiwa, menulis karena menjadi kegiatan yang mampu membangkitkan gairah hidup setelah suntuk dalam masalah-masalah yang  yang membelitnya. Setelah menulis ia menemukan ketenangan dan bisa menghadapi masalah dan memecahkan dengan cara menulis.

2. Menulis itu menikmati kehidupan

Singkirkan ambisi yang terlalu besar bahwa menulis itu akan membuat kaya  seperti JK Rowling, Andrea Hirata,Dee (Dewi Lestari). enjoy / santai adalah salah satu  kunci menikmati kegiatan menulis. Rasa santai  itu bukan berarti membiarkan liar dan tidak taat aturan. Seorang penulis adalah penikmat kehidupan apapun peristiwa bisa menjadi  sumber ide baginya. Cinta, kebencian, kesenangan, penderitaan, keputusasaan atau penyakit psikologis adalah makanan penulis. Dan ide itu tidak akan habis karena ada jutaan peristiwa, jutaan informasi yang siap diolah menjadi tulisan.

3. Sudah banyak kiat-kiat agar menulis terasa menyenangkan. Kunci utama senang menulis adalah karena menulis itu dibayangkan seperti makanan sehari-hari. Tidak ada tekanan atau paksaan yang menyebabkan seseorang menjadi benci pada suatu pekerjaan. Pekerjaan apapun jika dilakukan dengan senang hati maka hasilnya lebih maksimal daripada bekerja karena paksaan diluar dirinya. Miliki rasa senang saat menulis maka menulis menjadi lebih asyik.

4. Kebiasaan dan mantra kata-kata "Witing Tresno Jalaran Seko Kulino"

Pernahkan mendengar kata-kata Alah bisa karena biasa, atau ada ungkapan Jawa witing tresno jalaran seko kulino(awal cinta itu karena kebiasaan dan seringnya bertemu). Inti dari ungkapan itu sebetulnya ingin menunjukkan bahwa kebiasaan akan membentuk seseorang  menikmati kegiatan yang selalu dilakukan dengan kontinyu, berulang-ulang dan akhirnya menjadi kebiasaan yang menyatu dalam diri penulis. Kebiasaan akan memudahkan penulis menangkap ide-ide baru dan menuliskannya dengan bahasa yang sudah ia kuasai.

Banyak tips lain yang bisa dibaca di buku tentang kiat menulis, kiat menjadi penulis sukses, kiat menjadi penulis handal. Tapi yang utama kunci menjadi penulis adalah dengan menulis, menulis dan menulis. Tidak lupa juga jaga kesehatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun