Saya mulai meneruskan perjalanan dari Denggung lalu menyusuri jalan dekat Kantor bupati Sleman terus berjalan ke arah Tempel. Di dekat SMA 1 Sleman saya dihampiri Polisi, agak takut juga nanti dikiranya saya penjahat.
“Mau ke mana mas malam-malam begini jalan kaki…?”
“Nggak rumah saya sudah dekat cuma di situ….”(saya bohong lagi)
“Kalau mau silahkan ikut saya…”
“Nggak Pak terimakasih…” Polisinya segera berlalu. Sayapun meneruskan perjalanan kembali. Waktu itu sudah mendekati pukul 12 malam lebih. Saya tetap berjalan meskipun saya mulai merasakan kaki saya mulai berat, tapi tapak kaki saya tetap bergerak konstan untuk berjalan. Sebetulnya saya mulai kelelahan tapi saya tahan. Dalam rasa lelah itu saya mulai merasakan ada seseorang yang mengikuti sepanjang perjalanan. Bulu kuduk say sudah mulai meremang. Kadang-kadang saya memang sering membayangkan korban-korban kecelakaan di jalan Magelang yogya ini. Tapi tekad saya besar hingga pikiran-pikiran itu lama-lama lenyap juga. Saya mulai merasa bulu kuduk terus meremang. Siapakah yang mengikuti saya?
Kata orang jika bulu kuduk berdiri itu pasti ada makhluk halus, atau hantu dan sebangsanya. Seumur hidup saya belum pernah melihat hantu, ketika merasakan ada yang aneh di sekitar saya yang bisa dilakukan hanyalah berdoa mohon keselamatan dan dijauhkan dari godaan.
Jalanan yang saya lalui sungguh sepi, sunyi. Jalan lengang dengan hanya diterangi lampu jalanan yang tidak seberapa terang serta suara-suara malam membuat perjalanan semakin menegangkan. Puncaknya adalah saat melewati kuburan China yang ada di sisi kiri Jalan. Kuburan yang terletak di bukit Gremeng sekitar dua setengah kilo jaraknya dari kota Muntilan dan 2 kilo dari Tempel Sleman Yogyakarta. Kaki saya mulai berubah memerah di telapak kakinya. Rupanya darah mengumpul di telapak kaki, tapi perjalanan masih jauh, masih sekitar 12 Kilo jika Melewati Kecamatan Dukun dan sekitar 15 kilo lagi jika melewati Kota Blabak. Jam menunjukkan sekitar pukul 01.30 pagi. Ada suara ketawa-ketawa terdengar di telinga saya. Jantung berdebar kencang…inikah suara hantu itu…?sementara bulu kuduk meremang. Hantu China…wuss angin dari bukit di kiri kanan jalan semakin mengukuhkan ketegangan saya waktu itu.
Ketakutan yang menjalar itu berusaha saya tutupi dengan doa. Tetap saja suara ketawa itu terdengar di telinga saya. Akhirnya saya putuskan untuk berbalik dan melihat ke belakang. Apapun yang terjadi biarlah terjadi…
“Auppss…..Sialan”
Rupanya sejak dari Tempel Sleman saya sudah diikuti oleh orang gila, yang hampir seluruh tubuhnya tidak berbalut baju. Hanya kolor lusuh yang menempel dibadannya. Wah rupanya ada juga pengikut saya. Si Mahasiswa norak yang mencoba melakukan kegiatan nekat jalan kaki malam malam pulang ke Magelang dengan jalan kaki.
Dalam bathin saya, rupanya ada penggemar yang mengikuti dari belakang.Tapi penggemarnya orang gila. Mungkin ada orang yang bilang orang gila ketemu orang gila.