Mohon tunggu...
Dwi Astuti
Dwi Astuti Mohon Tunggu... Guru - Guru, Dosen, dan Penulis

Dwi Astuti memiliki nama pena Atsuka D. Menulis diberbagai platform digital. Jika berkenan, mampir ya. Terima kasih sudah mendukung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi Alif: Sepanjang Doa di Pelataran

26 Maret 2022   20:47 Diperbarui: 27 Maret 2022   04:03 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bapak terdiam. Beberapa saat ia bisa menahan batuknya. Namun, tak bisa lebih lama hingga Alif percaya bahwa ia baik-baik saja meski ditinggal. Batuknya pun menyeruak keras, berulang-ulang.

Dada bapak sesak. Bukan karena batuk, melainkan karena beban hidup yang harus ditanggung. Tahu apa Alif soal beban hidup? Hanya bapak yang harusnya tahu dan menanggungnya. Hanya saja, belakangan ini, sejak ia menjadi begitu lemah, Alif berubah.

Bocah 11 tahun, sebentar lagi 12 tahun itu tidak lagi merengek. Ia bahkan lupa kalau pernah meminta sesuatu di hari ulang tahunnya. Tidak, ia tidak lupa. Ia hanya tidak lagi membicarakannya. Bapak mengerti, agar bapak tidak khawatir.

"Telat atau nggak, bapak nggak khawatir Alif. Tapi kalau doamu berkurang, bapak takut Allah nggak liat keseriusanmu. Doa kok main-main." Tangan bapak lihai memunguti kerupuk kering yang sudah dijemur seharian ini. Warnanya mengilap sedikit keabu-abuan. "Pergilah, doa yang banyak supaya Allah kabulkan doamu."

Alif tertegun. Ia harusnya sudah mandi, bersiap ke surau untuk mengaji dengan ustad Salim. Satu hal yang Alif ingat dari kegiatan menyenangkan itu adalah suatu ketika ustad Salim menyampaikan bahwa Allah berfirman, berdoalah, maka akan Kukabulkan.

Sejak itu, Alif datang lebih awal ke surau. Lalu duduk di barisan paling depan, menengadah tangan, berkomat-kamit melafalkan doa panjangnya.

"Kalau bapak yang berdoa, mana mungkin Tuhan kabulkan. Lihat bapak," pandangan bapak menyapu dirinya sendiri, "kotor. Malu bapak kalau harus minta sama Tuhan. Jadi, kau saja yang pergi. Mintalah yang banyak, sebanyak mungkin, bila perlu sebanyak ikan di lautan dan sepanjang rel kereta."

"Nanti nggak ada yang bantuin Bapak. Kalau Alif bantu Bapak, kerjaannya cepet selesai. Kalau udah selesai, Alif bisa pergi."

"Lah, kerjaan ini nggak akan ada selesainya, Alif. Ini bisa dikerjakan nanti. Tapi doamu nggak bisa nanti-nanti. Kalau nanti-nanti, Tuhan ngabulinnya juga nanti-nanti."

Alif termangu. Benar kata bapak, doa Alif tidak bisa menunggu nanti. Akhirnya ia luluh. Ia meninggalkan pekerjaan memunguti kerupuk kering dan membereskan sasag.

"Alif bersiap dulu ya, Pak," pamit Alif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun