Mohon tunggu...
Dwi Agustina
Dwi Agustina Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar Sepanjang Hayat

Alumni Pendidikan Masyarakat - Universitas Pendidikan Indonesia, Domilisi Kota Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Keindahan "Miniatur" Gunung Rinjani di Garut

8 Februari 2024   00:38 Diperbarui: 8 Februari 2024   20:30 1089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri . diunduh dari Facebook  pribadi Dwi Agustina

Indonesia telah menjadi surganya para penggemar alam terutama di pegunungan, di mana setiap gunung memiliki cerita dan daya tariknya sendiri. Garut, salah satu daerah di Jawa Barat  yang  tak henti-hentinya menawarkan pesona alam yang menawan. 

Setelah mendaki Gunung Papandayan, perjalanan saya selanjutnya adalah ke Gunung Sagara. Gunung ini terletak di wilayah timur Kabupaten Garut, tepatnya di Kampung Sagara, Kecamatan Sucinaraja, sekitar 14 kilometer dari pusat Kota Garut. 

Anda dapat mencapainya melalui rute Jalan Karangpawitan - Jalan Raya Wanaraja hingga pertigaan Sadang, lalu belok kanan ke Jalan Sucinaraja dan terus lurus hingga Desa Sindangprabu. 

Basecamp Sagara berada di sepanjang Jalan Sucinaraja, sementara Basecamp Tajur dapat dijangkau melalui Desa Sindangprabu.

Empat tahun lalu, saya dan tim berkunjung ke Gunung Sagara dengan penuh antusiasme. Kami merupakan rombongan dari Bandung yang berangkat ke Garut menggunakan beberapa kendaraan pribadi.  

Meskipun pada saat itu angka kasus Covid-19 masih tinggi, kami tetap memutuskan untuk melakukan pendakian karena rasa kebosananan yang luar biasa saat berada di rumah. Meski begitu, kami tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.

Gunung Sagara baru dibuka untuk pendakian pada tahun 2019 dan memiliki dua jalur alternatif. Jalur pertama adalah Jalur Tajur di Tajur Kidul, yang menantang bagi pendaki berpengalaman. Sementara itu, Jalur Sagara adalah jalur yang lebih baru dengan waktu tempuh yang lebih singkat.

Saat itu, saya memilih Jalur Sagara dengan biaya registrasi sebesar Rp 20.000. Sebelum memulai pendakian, kami registrasi dan berdoa terlebih dahulu. 

Pendakian biasanya memakan waktu sekitar 4-5 jam. Jalur pertama yang kami lalui adalah melewati perkebunan warga, perjalanan dari basecamp ke pos satu memakan waktu sekitar 75 menit. 

Kami menemukan bahwa jalur ini cukup panjang dan memakan waktu lama, sehingga disarankan untuk menggunakan jasa ojek atau membawa motor hingga ke pos satu agar dapat menghemat tenaga untuk perjalanan selanjutnya.

dok. Santri Mountaineering dari ig santrimountaineering
dok. Santri Mountaineering dari ig santrimountaineering

dokpri. diunduh dari Fb pribadi Dwi Agustina
dokpri. diunduh dari Fb pribadi Dwi Agustina
Medan pendakian Jalur Sagara relatif landai namun kadang-kadang menantang, . Penting untuk diingat bahwa di Gunung Sagara tidak terdapat mata air, sehingga persediaan air minum harus mencukupi sebelum pendakian.

Saat memasuki Pos 1 menuju Pos 2, kami disuguhkan oleh pepohonan di kanan dan kiri. Setelah melewati Pos 2, suasana hutan mulai terasa sangat kental. 

Meskipun awalnya agak waswas karena khawatir akan keberadaan hewan buas, namun  tidak perlu khawatir, ternyata menurut rangernya di Gunung Sagara hanya terdapat burung dan tidak ada hewan buas karena sebelum menjadi destinasi pendakian, gunung ini adalah tempat favorit warga sekitar untuk berburu, terutama burung. 

Makin kearah puncak, perjalanan semakin menantang khususnya di pos tiga, kamu akan merasakan sensasi lutut bertemu dagu. he he 

Akhirnya, kami pun sampai di Pos 4. ada 2 pilihan tempat untuk mendirikan tenda yaitu di pos 4 dan area puncak. saat itu belum banyak pendaki jadi kami memilih untuk camping di area puncak saja, ya alasan utamanya sih agar lebih cepat melihat pemandangan Puncak Gunung Sagara. 

Dokpri diunduh dari Facebook pribadi Dwi Agustina
Dokpri diunduh dari Facebook pribadi Dwi Agustina

Dokpri diunduh dari FB pribadi Dwi Agustina
Dokpri diunduh dari FB pribadi Dwi Agustina

Gunung Sagara sendiri memiliki ciri khas yang unik dengan memiliki dua punggung sekaligus. Di sisi Timur puncak, para pendaki dapat menikmati keindahan Danau Putih vulkanik yang dikenal sebagai Talaga Bodas. 

Danau vulkanik ini telah menjadi objek wisata sejak awal abad ke-20 saat dikelola oleh pemerintah Kolonial Belanda. 

Talaga Bodas yang memiliki luas yang sangat besar dan warnanya yang putih kehijau-hijauan menciptakan kontras yang mencolok ketika dilihat dari puncak Gunung Sagara. Selain itu,  saya juga melihat ada air terjun yang pemandangannya tidak begitu kontras. 

Gunung Sagara bukan hanya menawarkan keindahan alam yang menakjubkan, tetapi juga menyimpan pantangan yang harus diikuti oleh setiap pendaki. 

Salah satu pantangan yang dikenal adalah larangan memakai baju dan celana berwarna hijau oleh warga setempat. Alasan di balik pantangan ini masih menjadi misteri bagi kami.

Tetapi, menurut penuturan warga, mitos tersebut terkait dengan kisah permulaan ketika Gunung Sagara akan dibuka untuk umum, seseorang yang dihormati oleh warga memberikan pesan ini kepada pengelola untuk dipatuhi oleh semua pendaki yang hendak mengunjungi Gunung Sagara.

Jika ada yang melanggar dan menggunakan pakaian berwarna hijau, maka mereka harus segera mengganti pakaiannya.

bersama kawan kawan/dok. pri
bersama kawan kawan/dok. pri

jalur basecamp menuju pos 1/dok. pri
jalur basecamp menuju pos 1/dok. pri

dok. santri mountaineering diunduh dari instagram
dok. santri mountaineering diunduh dari instagram

Setelah menikmati perjalanan selama 2 Hari 1 Malam, kami akhirnya turun gunung sekitar pukul 10.00. Saya sangat menyukai proses turun ini karena perjalannya lebih cepat dibandingkan saat mendaki. 

Setelah menuruni Gunung Sagara, rasanya kurang lengkap jika tidak membawa oleh-oleh. Berbagai souvenir dengan tema Gunung Sagara tersedia di basecamp, mulai dari kaos hingga gantungan kunci. 

Selain itu, Kopi Sagara juga merupakan hidangan khas yang wajib dicicipi dan dibawa pulang sebagai kenang-kenangan untuk keluarga di rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun