Semua orang bisa menulis puisi, terlebih dengan teknik akrostik ~ dk
Benar! Termasuk anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Dahulu penulis dan sejumlah teman pun suka bergantian menulis puisi di buku kenangan masing-masing. Dimulai dengan menulis kata secara menurun, lalu menguraikan setiap hurufnya menjadi larik-larik puisi.
Selalu ada keseruan! Begitu pun tidak terekam dalam ingatan, di kelas berapa persisnya bapak/ibu guru mengajari kami menulis puisi demikian. Puisi yang kemudian hari penulis kenal sebagai "puisi akrostik".
Adakah sahabat literasi pernah memiliki keasyikan serupa? Tahukah sahabat literasi bahwa menulis puisi akrostik ternyata memberikan banyak manfaat! Yuk, kita telusuri bersama!
Berkenalan dengan Puisi AkrostikÂ
Menurut wikipedia.en, kata "acrostic" di antaranya berasal dari bahasa Prancis acrostiche dan dari bahasa Latin pasca-klasik acrostichis. Seperti gambaran di atas, puisi akrostik (acrostic poem/poetry) adalah puisi yang ditulis berdasarkan huruf-huruf awal dari sebuah kata/kelompok kata yang ditulis secara vertikal. Kata/kelompok kata tersebut bisa menjadi tema atau judul puisi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akrostik didefinisikan sebagai syair atau puisi yang dibentuk dari rangkaian huruf yang mengawali atau mengakhiri setiap barisnya.
Puisi akrostik telah ditulis sejak ribuan tahun yang lalu. Jamak ditemui pada sastra abad pertengahan, dalam syair maupun prosa. Konon, puisi ini digunakan untuk menonjolkan nama penyair atau pelindungnya. Pada kesempatan lain digunakan pula untuk berdoa kepada orang suci.
Ada beberapa jenis atau varian puisi akrostik. Berikut penjelasan dan contohnya.
- Akrostik Kata: menguraikan huruf-huruf "tema/judul" menjadi satu kata saja. Puisi "KEMARAU" berikut salah satu contohnya.
KEMARAU (dk)
Ketika
Embung
Mengering
Ada
Ribuan
Asa
Urung - Akrostik Larik:Â menguraikan huruf-huruf "tema/judul" menjadi larik-larik puisi (setiap larik terdiri lebih dari satu kata, biasanya 2-10 kata). Puisi "Chelsea" pada gambar kover atau puisi "KUCINGKU" berikut ini bisa menjadi contoh. Â
KUCINGKU (dk)
Kucingku cantik sekali
Unique nama yang kuberikan
Cantik rupawan berbulu warna-warni
Ikan dan daging dia tak suka
Namun tempe diserbu dengan gembira
Geraknya lincah lari pun secepat kilat
Kalau marah dia malah sembunyi
Unik sekali tingkah lakunya Â
- Akrostik Bait: menguraikan setiap huruf "tema/judul" menjadi satu bait puisi. Alih-alih hanya sebaris, satu bait bisa terdiri dari beberapa kalimat.
- Dobel Akrostik: menguraikan huruf-huruf "tema/judul" menjadi larik-larik puisi yang diakhiri dengan huruf yang sama.
- Akrostik Terbalik:Â huruf-huruf "tema/judul" yang diuraikan menjadi larik-larik puisi ditulis dengan urutan terbalik (dari bawah ke atas). Misalnya, AKU akan ditulis menurun sebagai UKA.
- Akrostik Tengah: posisi huruf-huruf "tema/judul" berada di bagian tengah dalam tiap larik puisi. Untuk memudahkan penemuan sering ditulis dalam tanda kurung. Berikut contohnya:
AKU (dk)
Duhai kekasih lihat (a)ku di sini
Terpaku dalam (k)elu menantimu
Kembali (u)ntukku sepenuh jiwaÂ
Â
Cara Membuat Puisi AkrostikÂ
Tantangan utama menulis puisi akrostik adalah menemukan kata untuk huruf  pertama---atau di tengah untuk dobel akrostik---yang sudah "tertentu". Selebihnya bebas saja. Tidak ada tuntutan skema irama, seperti halnya pantun.Â
Untuk sebagian orang teknik akrostik terkesan simpel. Adanya huruf awal bisa menjadi pemicu ide. Sebaliknya, tak sedikit yang menganggap huruf-huruf tertentu sebagai batasan terasa mengekang kreativitas. Jadi, bolehlah penulis katakan menulis akrostik itu "gampang-gampang susah". Â
Walaupun begitu, menulis puisi akrostik bisa dipelajari, bahkan oleh anak-anak. Berikut langkah demi langkah cara menulis puisi akrostik.
- Pikirkan tema apa yang hendak ditulis! Pilihlah satu kata atau kelompok kata sebagai "tema atau judul"! Kata/kelompok kata bisa berupa nama diri, nama objek, nama hari/bulan/musim, situasi, atau kata sifat. Puisi akrostik bisa tentang apa saja.
Contoh: Dwi, Chelsea, Senin, Kucing, Bulan, Bintang, Cinta, Rindu, dll. - Tulislah kata pilihan tersebut secara vertikal! Bisa menurun dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas untuk "Akrostik Terbalik". Idealnya ditulis dengan huruf besar.
- Isilah setiap baris dengan menguraikan huruf-huruf yang ada! Puisi tidak harus selalu dimulai dari baris pertama. Kita bisa memulai dari mana saja. Jumlah kata untuk setiap baris juga tidak dibatasi. Mengingat variasi akrostik, setiap baris bisa berisi satu kata saja sampai beberapa kalimat (membentuk satu bait).
- Lakukan koreksi agar larik-larik puisi sesuai dengan tema.
  Â
Setelah menentukan tema/judul, sebaiknya luangkan waktu untuk mencurahkan gagasan atau memetakan ide. Kita perlu menggali karakter serta hal-hal positif terkait tema/judul tersebut. Kita bisa mengingat penampilan, kebiasaan, kenangan, perasaan terhadapnya, peran yang diberikan, dsb.
Untuk memudahkan proses curah gagasan kita bisa membuat coretan di atas kertas---di sekeliling tema yang telah ditulis vertikal. Sahabat literasi bisa memikirkan sejumlah kata sifat yang mewakili tema. Â Â
Yuk, kita praktikkan bersama langkah-langkah sederhana di atas!
Sebagai contoh, penulis memilih kata BULAN sebagai "tema/judul". Silakan tulis kata yang sahabat literasi pilih pada sehelai kertas atau dalam benak. Tulis secara vertikal, ya!
Selanjutnya, mari luangkan waktu untuk mengoleksi gagasan terkait tema! Penulis mengingat berbagai hal tentang "bulan", seperti: malam, gelap, sinar lembut, purnama, dan indah. Bulan tampak di malam gelap; sinarnya tidak seterik matahari; bentuknya berubah-ubah; bulan purnama sangat indah; dan seterusnya.
Kemudian, kita bisa mengolah sejumlah gagasan tersebut dan memasukkannya ke tiap-tiap baris. Pilih kata yang tepat untuk huruf pertama. Agar lebih menarik, kita perlu melibatkan pancaindra serta menggunakan metafora.
Berikut hasil olah rasa penulis untuk mengisi larik-larik pada kata "BULAN". Â Â Â
BULAN
Bila mentari lesap di cakrawala kau hadir menyapa
Usir rasa takutku pada kegelapan yang mencekam Â
Lembut sinarmu setia menerangi langit malam
Alangkah rupawan wajahmu kala purnama
Nyalakan semangat dan berikan secercah harapan
Bagaimana dengan puisi karya sahabat literasi? Bila berkenan, silakan tulis di kolom komentar!
Untuk mengingat karakteristik puisi akrostik, silakan mencermati ilustrasi berikut.
Manfaat Menulis Puisi AkrostikÂ
Konon, adanya huruf-huruf tertentu sebagai batasan akan mendorong otak kita berpikir lebih keras. Kita tertantang untuk menggali karakter, memori, kenangan, dll. terkait tema/judul. Namun, di sinilah letak keasyikannya yang ternyata juga memberi manfaat.Â
Menurut berbagai referensi dan pengalaman, penulis mencatat setidaknya ada lima manfaat mengarang atau menulis puisi akrostik.Â
1. Sebagai perangkat mnemonik
Adanya kata/kelompok kata yang ditulis vertikal sebagai pembatasan berpotensi menjadikan proses penulisan puisi akrostik sebagai perangkat mnemonik untuk membantu seseorang menghadirkan memori. Â
Mnemonik dalam KBBI terkait komunikasi diartikan sebagai sandi untuk mempermudah ingatan menyusun tata olah komputer dalam bahasa rakitan. Dalam konteks ilmu komputer berarti kata, syair, atau bantuan memori lain yang digunakan untuk mengaitkan sekelompok informasi yang kompleks atau panjang dengan sesuatu yang sederhana dan mudah diingat. Sementara dalam konteks psikologi merupakan rumus atau ungkapan untuk mengingat-ingat sesuatu.
Mnemonik juga disebut "jembatan keledai". Di sekolah banyak digunakan untuk membantu siswa dalam menghafal. Salah satu mnemonik yang paling penulis ingat adalah warna pelangi "Mejikuhibiniu" (Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu).
Contoh akrostik yang ditulis anak berusia 9 tahun berikut menghadirkan ingatan kolektif akan situasi dan kondisi Pandemi Covid-19 dan hal-hal yang boleh dan tak boleh dilakukan.
2. Sarana membangun karakterÂ
Mengarang puisi akrostik berguna untuk membangun karakter seseorang, utamanya anak-anak. Oleh karena itu, sangat tepat bila keterampilan menulis puisi akrostik ini diajarkan kepada anak-anak (PAUD atau SD).
Mengajak anak-anak mengarang puisi akrostik berarti mendorong mereka untuk mengeksplorasi diri. Menemukan berbagai kelebihan atau sisi positif dalam diri mereka. Kesadaran akan kelebihan atau sisi positif yang dimiliki berpotensi mendorong anak-anak menjadi pribadi yang lebih percaya diri.
Puisi akrostik idealnya memang menuliskan hal-hal positif yang bersifat membangun.
Akrostik "nama" juga dapat berisi sejumlah harapan serta doa bagi nama yang ditulis. Tentu sangat menarik bila para orang tua menuliskan doa/harapannya terhadap anak-anak mereka dalam sebuah puisi akrostik.
Tidak sekadar membangun karakter, puisi akrostik juga dapat digunakan sebagai "personal branding". Rudolf von Ems (1200-1254), seorang penyairbesar  kelahiran Austria konon membuka semua karya besarnya dengan akrostik namanya. Â
3. Meningkatkan keterampilan bahasa Â
Teknik akrostik mendorong seseorang untuk menemukan kata yang tepat untuk huruf awal tertentu. Selanjutnya menemukan kata-kata lain untuk menyusun larik puisi sesuai tema. Alih-alih hanya menambah kosa kata, mengarang puisi akrostik juga memperkaya diksi.
Seperti diketahui, diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras yang mampu mengungkapkan ide/gagasan terkait tema serta memberikan efek tertentu. Bukan melulu puitis tetapi juga memiliki kekuatan.
Untuk tujuan membangun karakter, terutama bagi anak-anak, maka dalam menulis puisi akrostik mereka perlu didorong untuk memilih kata-kata positif. Kata-kata yang mengandung rasa cinta, membahagiakan, membangun rasa percaya diri, dan berbagai efek positif lain.
Menulis puisi akrostik juga berpotensi meningkatkan kreativitas seseorang dalam berbahasa. Setidaknya dalam menyampaikan gagasan. Proses menulis puisi akrostik juga membentuk pola berpikir yang lebih runtut.Â
Menulis puisi akrostik diakui sebagai cara yang bagus untuk diajarkan kepada anak-anak agar mulai bisa dan/atau suka menulis puisi.Â
4. Meningkatkan konsentrasi dan keinginan menggali informasiÂ
Dalam menulis puisi akrostik dibutuhkan konsentrasi, terutama untuk menghadirkan ingatan-ingatan terkait suatu tema. Apabila ingatan tidak terungkap, boleh jadi seseorang akan terdorong untuk menggali informasi dengan bertanya dan/atau membaca.Â
Ketika penulis mengarang Akrostik untukmu September, misalnya. Alih-alih sekadar mengingat "data diri" bulan ke-9 ini, penulis tergerak ingin mencari tahu asal-usul, karakter, dan hal-hal terkait bulan tersebut. Â Â
Silakan baca juga: Akrostik untukmu SeptemberÂ
5. Memberikan kegembiraan/kebahagiaan Â
Menulis puisi akrostik itu sangat menyenangkan dan menghadirkan kegembiraan. Ya, ada keseruan tersendiri saat memikirkan berbagai hal terkait nama diri, nama teman, atau objek-objek favorit.
Sejatinya, kebahagiaan memang bersifat relatif.
Setiap orang pasti antusias dan bahagia memikirkan berbagai objek yang disukai. Binatang kesayangan, benda atau makanan favorit, permainan favorit, tokoh super hero favorit, dan lain-lain. Terlebih lagi memikirkan hal-hal baik tentang diri sendiri.
Penulis berpendapat hampir semua orang merasa bahagia saat menyadari adanya kelebihan dalam dirinya. Jangan terkejut bila sahabat literasi tiba-tiba tersenyum bahagia saat muncul kesadaran atau pengenalan akan diri sendiri yang bersifat positif.
"Aih, ternyata meskipun introver saya bisa melawak, atau setidaknya membuat orang lain tersenyum." Misalnya.
6. Sarana berbagi kebahagiaanÂ
Menulis puisi akrostik bersama-sama dalam kelompok dapat dijadikan sarana untuk berbagi kebahagiaan. Caranya dengan saling menuliskan nama teman sebagai "tema" puisi. Tak bisa dimungkiri, pengenalan atau apresiasi positif dari orang lain akan menghadirkan rasa bahagia dalam diri seseorang.
Suatu kali dalam sebuah kelas, penulis terkejut sekaligus bahagia membaca puisi akrostik "DWI KLARASARI" yang ditulis Mentor Naning Pranoto.
Dia orang yang tegas
Walau selalu tersenyum
Itulah ciri khasnya
Kadang jadi pendiam
Lucunya juga sesekali
Aku terhibur oleh leluconnya
Ramah pada setiap orang
Anak-anak juga sayang padanya
Suka mendongeng merupakan hobinya
Ada beberapa judul cerita yang ditulisnya
Rapi alurnya, indah bahasanya
Itulah Dwi Klarasari sahabatku
Nah, silakan sahabat literasi praktikkan! Ajaklah anak-anak di rumah atau siswa-siswi di sekolah Anda menulis puisi akrostik untuk orang lain.
Untuk hasilnya lebih menarik, mintalah mereka menggunakan pensil warna-warni dan/atau menghias puisi dengan gambar-gambar atraktif. Kemudian, ajaklah mereka saling bertukar puisi dengan anggota keluarga atau teman-teman sekelas.
Wasana KataÂ
Ada banyak jenis puisi dengan keindahan dan keunikan masing-masing. Akrostik salah satu yang paling menarik sekalipun tidak menuntut rima. Semoga teknik akrostik membuat kita semakin suka berpuisi, dan berbagi hal-hal positif lewat puisi. Salam literasi!
Depok, 11 September 2021
Salam Literasi, Dwi Klarasari
Sumber bacaan:Â 1Â | Â 2Â | Â 3Â | Â 4Â | Â 5Â | Â 6Â |