Kuikuti arah pandangan dan lambaian tangan Putri, yaitu ke arah tangga. Namun, aku tidak melihat satu pramusaji pun berdiri di sana. Mungkin mereka sudah pergi. Â
 "Gimana sih, dipanggil kok malah turun!" dengus Putri penuh kejengkelan dan kembali duduk.
"Sudahlah Put, kita tunggu sebentar lagi," kataku menenangkan.
***
Keceriaan kami mengambil foto dan menikmati hasilnya berangsur-angsur menurun. Kami semua duduk tepekur di kursi masing-masing dengan ekspresi kelaparan. Namun, kami harus bersabar. Sepertinya pesanan Putri ada di antrean belakang. Mungkin karena malam minggu, jadi semua kursi di lantai dua terisi penuh.
Tetiba seorang pramusaji berseragam hitam datang mendekati meja kami. Seraya tersenyum dan memberi salam, dia mengangsurkan buku menu.
Sontak Putri menghentikannya seraya menyampaikan komplain, "Mbak, saya tadi sudah pesan lho. Tapi sudah lebih dari setengah jam kok pesanan belum datang juga! Sekarang Mbak malah nyuruh kami pesan lagi. Gimana sih?"
Pramusaji tersebut tampak keheranan. Walaupun begitu, dia menyediakan diri untuk memeriksa pesanan atas nama Putri. Si Mbak itu pun berbalik meninggalkan meja kami.
Tidak sampai lima menit, dia sudah kembali.
"Mohon maaf Mbak, belum ada pesanan masuk atas nama Mbak Putri," jelasnya seraya membungkuk sopan.
"Ndak ada gimana to Mbak? Ketika saya menaiki tangga tadi, si mbak pelayan berbaju merah menyapa saya, terus dia juga yang mencarikan meja dan mencatat pesanan saya," Putri menjelaskan panjang lebar dengan sedikit emosi.